2― KALAH CERDIK

1.3K 162 8
                                    

Hari baru dimulai, dengan semangat Sojung melangkahkan kakinya ke gedung sekolah. Setelah sebelumnya, turun dari mobil yang dikemudi kakaknya.

Senyuman riangnya hadir untuk menyapa teman-temannya, di sepanjang koridor. Tapi senyuman itu memudar saat masuk ke kelas tatkala melihat tas Seokjin kembali duduk di bangku sebelahnya. "Mau sampai kapan dia duduk sebangku denganku?" dumal Sojung kesal.

Sojung lantas menaruh tas miliknya di bangku, kemudian berjalan menghampiri Yerin. "Kenapa kau membiarkannya duduk di situ lagi?" tanya Sojung sembari menunjuk bangku Seokjin –yang seharusnya itu adalah bangku milik Yerin.

"Dia sendiri yang memintanya, Sojung," jawab Yerin.

"Kau tahu, dia sangat menyebalkan! Aku benci dia!" kata Sojung.

Yerin spontan menarik lengan Sojung, dan memarahinya. "Jangan teriak Sojung! Kau tahu, jika Seokjin dengar, dia akan marah padamu!"

"Aku tidak peduli dengan itu, Yerin!" balas Sojung.

"Sojung!" tegur Yerin yang meminta Sojung menutup mulutnya. "Sudah sana, kembali ke bangkumu," lanjut titah Yerin.

Menuruti perintah Yerin, Sojung kembali ke bangkunya. Anak pintar.

"Seokjin harus kuberi pelajaran," kata Sojung dengan senyum miringnya.

Tepat setelah itu, bel sekolah berbunyi. Seokjin beserta teman-teman yang lain, kembali masuk ke dalam kelas.

▫▫▫

Hari ini ulangan Bahasa Indonesia. Ibu guru Seera juga sudah membagikan lembar soal dan juga lembar jawaban kepada setiap anak, tak terkecuali Sojung.

Sojung sudah siap dengan semua rencananya, tinggal tunggu waktu yang tepat saja untuk mengerjai Seokjin, si laki-laki menyebalkan ini.

"Tiga puluh menit ke depan, Ibu harap kalian sudah bisa mengumpulkannya kembali. Hanya lima belas soal, soal yang diberikan juga tidak begitu sulit. Jadi Ibu harap, tiga puluh menit ke depan, semua sudah selesai," papar Ibu Seera di depan kelas.

Sojung mengangguk, kemudian mulai mengerjakan soal yang diberikan. Dia begitu serius mengerjakan soal yang diberikan.

Dua puluh menit kemudian, Sojung menulis sesuatu di sobekan kertas, kemudian melempar itu pada Yerin. Ya, Sojung memang anak yang pandai, tapi dalam pelajaran Bahasa Indonesia, otaknya sedikit lebih lamban dalam bekerja.

Oleh karena itu, Sojung meminta bantuan pada Yerin. Oh, atau lebih tepatnya, meminta contekan, ya?

Sembari menunggu, Sojung terus memerhatikan Seokjin. Anak itu frustrasi rupanya, pikir Sojung. Ya, setidaknya masih ada yang jauh lebih buruk dari dia dalam pelajaran Bahasa Indonesia ini.

Sojung menerima kembali kertas yang tadi dia berikan kepada Yerin. Setelah beberapa detik kemudian, Seokjin menoleh pada Sojung. Dia berniat mau bertanya pada Sojung.

Tapi baru saja dia akan membuka mulutnya, Sojung lebih dulu membuka mulutnya. "Bu, Seokjin sedari tadi terus menggangguku. Dia bahkan terus mendesakku untuk memberikan jawaban," adu Sojung pada Ibu guru Seera.

Seokjin spontan membelalakan matanya. Bagaimana bisa Sojung berbohong? Sepertinya anak ini ingin bermain-main dengannya.

Ibu guru Seera spontan mendekati meja Seokjin. Beliau melipat tangannya di depan dada, dan memasang wajah menyeramkannya.

"Sojung berbohong, yang ada malah dia yang mencontek," adu balik Seokjin.

Seokjin lantas mengambil sobekan kertas yang ada di meja Sojung. Sojung yang melihatnya membulatkan matanya.

"Coba lihat ini," kata Seokjin.

Ibu guru Seera membuka, kemudian membaca sobekan kertas yang di berikan Seokjin.

Setelahnya Ibu guru Seera berkata, "Sojung, kau dihukum! Kemarikan lembar soal dan jawabanmu, selesai tidak selesai! Dan pergi ke perpustakaan, bantu pak Joo merapihkan buku-buku di perpustakaan!" ucap Ibu guru Seera pada Sojung.

Sojung menunjukkan ekspresi kesalnya, kemudian memberikan lembar soal dan jawabannya pada Ibu guru Seera. Ah, dia kalah cerdik!

Sojung melangkahkan kakinya keluar kelas.

"Seokjin, kau juga dihukum! Ikut Sojung ke perpustakaan! Dan kemarikan lembar soal dan jawabanmu!" tekan Ibu guru Seera.

"T-tapi, Bu―"

"Tidak ada tapi-tapi!"

Seokjin mendesah pelan setelah mendengar kalimat yang di keluarkan Ibu guru Seera. Sementara Sojung hanya tertawa pelan. Setidaknya, tidak dia sendiri yang di hukum oleh Ibu guru Seera.

▫▫▫

Keduanya sama-sama kesal saat sampai di perpustakaan, apalagi Sojung. Pak Joo malah pergi keluar, dan menyuruhnya juga Seokjin untuk merapihkan perpustakaan. Sebenarnya bukan itu masalahnya, masalah yang sebenarnya adalah, dia berada di dalam satu ruangan dengan Seokjin. Hanya dia, dan Seokjin. Menyebalkan.

"Ini semua karenamu!" kata Seokjin.

"Tidak, ini karenamu!" balas Sojung.

"Kalau saja kau tadi tidak mengaduh, pasti aku masih berada di kelas, tidak disini!" kata Seokjin tadi.

"Kalau saja kau tidak menyebalkan, mungkin aku tidak akan mengerjaimu!" balas Sojung.

"Oh, jadi kau sengaja mau mengerjaiku, ya?" tanya Seokjin sembari menjauh dari Sojung dan menuju ke dekat tombol lampu.

"Sojung, kau takut gelap?" tanya Seokjin.

"T-tidak," jawab Sojung ragu.

Seperdetik kemudian, satu ruangan ini menjadi gelap gulita. Sojung ketakutan, sebenarnya dia takut gelap.

"Seokjin, jangan main-main!" marah Sojung. "Cepat nyalakan lampunya!"

Seokjin terkekeh geli tanpa suara, saat mendengar suara ketakutan Sojung.

Jika Sojung saja bisa mengerjainya, kenapa Seokjin tidak bisa.

Perlahan, dia kembali mendekati Sojung.

"Seokjin, kau masih di sini, 'kan?" tanya Sojung.

Seokjin tak menjawab, ia memang sengaja tak menjawab.

Dia mengambil ponsel di sakunya, bersiap akan menyalakan lampu senter di ponselnya saat hitungannya dimulai.

Satu ...

Dua ...

"WOA!" jerit Seokjin menakuti Sojung. Saat itu juga, Sojung menjerit dengan cukup keras. Dia hampir saja mati ketakutan karena ulah Seokjin.

"SEOKJIN, NYALAKAN LAMPUNYA!" suruh Sojung.

"Malas," jawab Seokjin, "tapi beda lagi ceritanya jika kau mau mengecup pipi kiriku," lanjutnya sembari memberikan pipi kirinya pada Sojung.

Alih-alih mencium, Sojung malah menamparnya dengan cukup kecang. "NYALAKAN LAMPUNYA, SEOKJIN!"

Ah, Sojung galak. Masa hanya karena meminta ciuman, Seokjin mendapat tamparan keras.

Dengan malas, Seokjin berjalan kembali menjauhi Sojung dan menyalakan lampunya.

Setelah lampu menyala, Sojung mendekati Seokjin.

Dia melihat pipi Seokjin yang memerah karena tamparannya. Dia jadi merasa bersalah sekarang.

"Seokjin, apa itu sakit?" tanya Sojung.

"Tentu saja, sakit," jawab Seokjin tak acuh.

Sojung benar-benar merasa bersalah sekarang. "M-maaf ...."

Seokjin tak menjawab.

Sojung menarik tangan Seokjin. "Ikut aku ke UKS, akan kuobati memar di pipimu itu," kata Sojung yang menyesal karena telah menampar Seokjin begitu keras.

▫▫▫

A/n-; skskskkskskskskskskskskksksksksksk
Tidak jelas kali aku ni:')

tekan bintang sehabis baca, ya! 🌟⭐
Terimakasih🤗

Annoying; Sowjin ミ°endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang