18― HYUNBIN MENANGIS

671 93 3
                                    

"Pacar?"

Seokjin mengangguk. "Sejujurnya kupikir, hubungan kita ini sudah seperti sepasang kekasih."

"Memang iya, begitu?"

Sekali lagi Seokjin mengangguk. "Padahal kita hanya berteman, tapi terasa seperti sepasang kekasih."

Sojung memutar badannya dan berjalan mengikuti Seokjin yang sudah jalan lebih dahulu. "Bagus kalau begitu," ucap Sojung yang membuat tanda tanya besar di kepala Seokjin.

Seokjin menoleh memandang Sojung yang juga memandangnya. "Kau pernah menonton film tidak, sih?"

"Film apa?" tanya Sojung.

"Film tentang kisah pertemanan antara perempuan dan laki-laki."

Sojung mengangguk sembari memutar kepalanya kembali menghadap depan.

"Pertemanan mereka pasti berakhir dengan cerita cinta. Entah itu si lelaki, atau si perempuan yang jatuh cinta lebih dulu."

"Meski tidak semua, tapi kuakui itu benar," kata Sojung.

"Lalu bagaimana dengan kita?"

Sojung menoleh menatap Seokjin bingung. "Bagaimana apanya?"

"Apa kita juga akan seperti mereka? Yang akan sama-sama jatuh cinta di masa depan?"

"Memangnya kita berteman, ya?"

"Kupikir begitu," jawab Seokjin. "Memangnya selama ini, kau tidak menganggapku sebagai temanmu?"

Sojung menggeleng mantap. "Dari dulu sampai sekarang, aku itu menganggapmu sebagai pria yang menyebalkan, dan suka menggangguku!"

"Kau menilaiku menyebalkan, seperti kau tidak menyebalkan saja," cibir Seokjin.

"Memangnya aku menyebalkan? Tidak sama sekali, ya!" protes Sojung.

"Jelas kau menyebalkan! Buktinya tadi, kau bertingkah aneh dan memelukku. Membuat beberapa pasang mata menatap kita."

"Tapi kau lebih menyebalkan dariku ya! Kau mendorongku hingga terjatuh! Kau pikir bokongku tidak sakit?!"

"Bukannya kau juga mendorongku? Kau juga meninggalkanku saat aku terjatuh," balas Seokjin tak mau kalah.

"Tetap saja, kau yang paling menyebalkan, Seokjin!"

"Kau, Sojung!"

"Kau!" balas Sojung.

"Kau!"

"Kau, Seokjin!"

Titt...

Suara klakson mobil itu berhasil menghentikan perdebatan Sojung dan Seokjin.

Jantung Sojung berdebar dua kali lebih cepat, ada rasa takut juga dalam hatinya. Pasalnya mobil yang berhenti tepat di dekatnya itu adalah mobil sang ayah.

Tapi Sojung akhirnya bisa bernapas lega saat mendapati pengemudi mobil tersebut bukanlah sang ayah, melainkan Mingyu.

"Hai, Sojung!" sapa Mingyu.

"Kupikir ayah yang tadi mengemudi," kata Sojung.

Mingyu tertawa kecil. "Untung bukan ayah yang kau dapati."

"Kau tahu kalau aku di sini darimana?" tanya Sojung.

"Kebetulan saja," jawab Mingyu. "Ayah juga tadi menelponku. Dia bilang kalau kau harus segera kubawa pulang."

Sojung menatap Seokjin sebelum menjawab, "aku kan bisa pulang sendiri? Lagipula kenapa sih ayah memintaku untuk segera pulang?"

Alih-alih menjawab, Mingyu justru berucap, "sekarang pukul berapa?"

Annoying; Sowjin ミ°endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang