30― KAFE

767 93 21
                                    

Sudah berbulan-bulan lamanya waktu berjalan. Tak terasa, masa-masa Sojung sebagai seorang siswa akan segera berakhir.

Sekarang tinggal menunggu hari kelulusan. Ujian telah selesai, Sojung terus berdoa akan nilainya, semoga tidak mengecewakan.

Sore ini rencananya, Sojung akan menemui Seokjin di taman. Tidak khawatir akan ayahnya, karena sedari kemarin Tuan Hans sudah berangkat ke Surabaya, menemui kerabat lamanya.

Sojung mengambil sling bag di atas nakas. Kemudian bergegas keluar dan segera turun ke bawah.

"Bu, aku mau pergi sebentar," ujar Sojung pada ibunya yang sedang memasak untuk makan malam.

"Nanti makan malam di rumah saja, ya? Ibu sudah masak ayam asam manis untukmu dan Mingyu."

Sojung mengangguk, mengiyakan sang ibu. "Iya, bu ...."

Ibunya tersenyum, kemudian mengusap halus lengan Sojung. "Yasudah sana, hati-hati di jalan ya."

Sojung mengangguk, kemudian mengecup kening sang ibu. "Dah, Ibu."

"Bersenang-senanglah, Sayang," seru Ibunya ketika Sojung sudah berjalan menjauh darinya.

▫▫▫

Sojung tiba di taman, dirinya sedikit berlari menghampiri sosok laki-laki yang tengah berdiri di depan memunggunginya.

"Seokjin, sudah lama menunggu, ya?" tanya Sojung dengan nada merasa bersalah.

Alih-alih menjawab, Seokjin justru tersenyum. "Belum, aku baru saja sampai di sini. Sekitar dua puluh menit yang lalu."

Sojung terkejut. "Dua puluh menit itu 'kan lama, Seokjin ... maafkan aku, ya?"

Seokjin terkekeh sebentar. "Menunggu pujaan hati itu tidak peduli lama atau cepat. Mau sampai besok kau datang pun, percayalah aku masih di sini menantimu."

"Oh, begitu?"

Seokjin mengangguk.

"Kau yakin akan kuat berdiri di sini sampai besok? Menunggu kedatanganku?" tanya Sojung.

"Tentu saja. Hatiku saja masih setia menunggu jawaban iya darimu, masa ragaku tidak setia untuk menunggu kedatanganmu?"

Sojung terdiam membisu. Dia menunduk tak berani menatap Seokjin. Waktu itu memang Seokjin pernah menyatakan cinta untuk ke sekian kalinya, tapi Sojung bilang dia akan memikirkan jawabannya matang-matang. Dan akan menjawab ketika dia sudah siap.

"Ah, Sojung. Kau mau beli es krim?"

Mengerti keadaan yang sekarang terasa canggung, Seokjin berusaha mencairkan suasana lagi dengan mengajak Sojung membeli es krim.

Sojung mengangkat kembali kepalanya. "Bagaimana kalau kita pergi ke kafe saja? Aku lelah jika harus terus berdiri seperti ini,"–Sojung mengedarkan pandangannya ke sekeliling–"tidak ada bangku yang kosong di sini."

Seokjin mengangguk setuju. Kemudian pergi, mulai melangkahkan kakinya seirama dengan langkah kaki Sojung.

Saat sampai di kafe, Sojung meminta Seokjin untuk duduk di tepi jendela. Dia bilang dia mau menikmati hiruk pikuk jalanan sekitar.

Seokjin lagi-lagi mengangguk menyetujui.

Saat pelayan menawarkan pesanan. Sojung bilang dia mau pesan vanilla latte, kemudian Seokjin menyahut, dia juga mau pesan pesanan yang sama dengan Sojung.

Pelayan itu menulis pesanan, tersenyum kepada mereka berdua, kemudian pergi.

Sojung menatap Seokjin serius. Sampai Seokjin bertanya, "ada apa?"

Annoying; Sowjin ミ°endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang