Part 32

2.2K 63 11
                                    

"Tetaplah seperti itu dan jangan pernah berubah"

🐼🐼🐼

Sepanjang perjalanan pulang senyum bahagia Karin selalu terpancar dari raut wajahnya, tak jauh berbeda dengan Lian yang selalu tersenyum.

Namun dibalik senyum bahagia Lian tersembunyi senyum kecut karena kebahagiaan yang ia rasakan ini tidak akan bertahan lama. Karena tanpa divonis dokterpun, Lian tahu bahwa ia tak akan lama berada di bumi ini bukan pesimis tapi memang Lian bisa merasakan ajalnya yang semakin mendekat.

Setiap harinya Lian selalu merasa kesakitan, dan ia sadar bahwa obat-obatan yang selalu di konsumsinya bukan menyembuhkannya tapi hanya memperlambat kematiannya saja.

Dan setiap harinya setelah ia bangun tidur Lian selalu mendapatkan helai demi helai rambutnya yang dulu tebal dan hitam sekarang lama kelamaan mulai menipis.

"Eh apartemen gue kelewat" ujar Karin menyadarkan Lian dari lamunannya. Lian tersentak kaget lalu dengan spontan ia menginjak rem. Untungnya jalanan saat ini sepi sehingga tidak terjadi apa-apa dengan mereka.

"Eh sorry, ya udah kita putar balik" ujar Lian lalu mulai menjalankan mobilnya. Setelah berada di depan apartemen Karin Lian menghentikan mobilnya lalu mereka turun bersama-sama.

"Makasih yah udah anterin pulang, lo mau singgah dulu?" Tanya Karin sambil tersenyum manis.

"Gak usah udah malam soalnya nanti lain kali aja" ujar Lian sambil mengacak-acak rambut Karin lalu terkekeh pelan saat melihat Karin yang cemberut karena rambutnya diacak-acak.

"Ya udah kalau gitu gue masuk dulu" ucap Karin lalu berbalik pulang.

"Rin" panggilan Lian membuat Karin menoleh. Karin melihat Lian yang berjalan kearahnya kemudian saat sudah berada di depannya Lian tiba-tiba memeluk Karin erat.

"Biarin gue peluk lo sebentar saja" Ujar Lian pelan. Karin yang terkejut dengan pelukan Lianpun berangsur-angsur sadar dari keterkejutannya lalu ia mulai membalas pelukan Lian.

Karin membalas pelukan Lian sambil tangannya mengelus punggung Lian, Karin merasakan punggung Lian yang bergetar.

"Lo nangis?" Tanya Karin lalu melepaskan pelukannya untuk menatap wajah Lian namun Lian tak membiarkan pelukan mereka terlepas.

"Biarin gini dulu, gue cuman butuh pelukan dari lo Rin" ujar Lian. Lama kelamaan Lian mulai melepaskan pelukan mereka lalu ia mengecup kening Karin lama.

"Gue cinta sama lo Rin" ujar Lian pelan lalu tanpa kata ia langsung masuk ke mobilnya lalu pergi meninggalkan Karin yang mematung mendengar ucapan Lian.

***

Karin sedang duduk termenung di balkon apartemennya, ia memikirkan tentang pernyataan Lian tadi. Jika Lian masih memiliki perasaan cinta padanya lantas kenapa ia memutuskan hubungan mereka. Pertanyaan itulah yang selalu ingin ia tanyakan pada Lian.

Lantas mengapa juga saat itu Karin melihat Lian yang bermesraan dengan Citra. Apakah pernyataan Lian itu hanya candaan? Lalu kenapa juga Lian menangis tadi?

Karin menghela nafas lalu mengacak-acak rambutnya frustasi dengan semua ini.

"Rambut lo udah kusut, jadi jangan ditambah kusutin" ujar Seseorang di belakang Karin dan dapat Karin rasakan ada sebuah tangan yang sedang merapikan rambutnya dari belakang.

RAFAELKARINA [COMPLETED]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang