"Karena menerima sebuah kenyataan adalah tantangan terberat"
🐼🐼🐼
Lian memacu motor sportnya dengan kecepatan tinggi untungnya keadaan jalan sedang lenggang sehingga tidak terlalu banyak kendaraan yang berlalu-lalang. Hingga ia memberhentikan motornya di sebuah danau yang indah tidak ada orang lain di danau ini selain dirinya.
Lian kemudian duduk di sebuah kursi panjang sambil memandang kearah danau tangannya mengepal kuat namun tatapan matanya kosong pikirannya sedang memutar kejadian di cafe tadi.
"Brengsek!" Maki Lian lalu mengacak-ngacak rambutnya frustasi. Sulit baginya untuk menerima kenyataan bahwa sahabatnya menyukai kekasihnya.
"kenapa harus Karin" ujar Lian lirih lalu menundukkan kepalanya dengan bertumpu pada kedua tangannya yang menutup wajahnya. Tanpa diketahui hidung Lian mengeluarkan cairan pekat berwarna merah yang mengalir terus.
Lian mengusap hidungnya dan melihat darah yang ada ditangannya, ia pun mendongak agar cairan tersebut tidak keluar lagi.
***
Karin baru selesai mandi lalu duduk di atas kasur king sizenya. Perasaannya tidak enak ia mendadak gelisah dan selalu memikirkan Lian, Karin lalu mengambil ponselnya yang ada di atas nakas kemudian berusaha menelpon Lian.
Kecemasan Karin bertambah karena sudah berkali-kali Karin mencoba menghubungi Lian tak ada satupun panggilan dari Karin yang diangkat oleh kekasihnya tersebut. Karin menatap jam yang ada diponselnya yang menunjukan pukul 16:00.
"Kenapa nggak diangkat sih" ujar Karin cemas karena panggilan darinya masih belum dijawab oleh Lian. Lama Karin berpikir akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke apartemen Lian untuk melihat kekasihnya.
"kak, Karin pergi keluar bentar!" Ujar Karin saat melihat Roland yang sedang duduk santai sambil membaca sebuah buku di ruang tamu. Roland mengalihkan pandangannya dari buku yang ia baca lalu menatap Karin.
"Jangan pulang kemalaman" peringat Roland yang dibalas anggukan Karin.
Karin lalu keluar dan melihat taksi yang sudah dipesannya sudah parkir didepan. Karin lalu naik dan menyebutkan arah apartemen Lian kepada supir taksi tersebut.
Karin beberapa kali memencet bel apartemen Lian namun pintu apartemen Lian sama sekali tidak ada tanda-tanda akan terbuka.
Lian lo dimana? Gue ada di depan pintu apartemen lo
Karin mengirim pesan pada Lian, lama Karin menunggu pesannya tak juga mendapat balasan akhirnya Karin memilih untuk pulang ke rumahnya.
***
Sudah seminggu sejak Karin datang ke apartemen Lian, bahkan sampai sekarang Karin tidak pernah bertemu dengan Lian lagi. Entahlah Karin bingung kenapa Lian tiba-tiba tidak ada kabar di hubungi selalu tidak dijawab bahkan pesan dari Karin tidak pernah di balas.
"Kenapa?" Tanya Resky yang tiba-tiba sudah duduk disamping Karin yang sedang melamun sambil menatap kearah ponselnya. Sekarang adalah jam istirahat sebagian siswa sudah keluar untuk pergi kekantin sedangkan Karin memutuskan untuk tetap di tempat duduknya.
"Gue bingung Res, sudah seminggu Lian nggak ada kabar, gue hubungin nggak diangkat gue sms nggak dibalas" ujar Karin sambil menghembuskan napasnya kasar.
"Lo udah ke apartemennya?" Tanya Resky lagi.
"Udah tapi dia nggak ada di apartemennya" balas Karin lesuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAFAELKARINA [COMPLETED]✅
Teen FictionBeberapa part di private, follow sebelum membaca!! Lo boleh benci sama gue tapi gue mohon tolong kasih gue kesempatan buat memperbaiki semuanya ~ Rafael Aditya Revaldi Lo terlalu takut sama trauma masa lalu lo sampai lo lupa caranya menghargai cewek...