BangFriend [Love] END

Scenario

fokus : Yuju & Jungkook

Awas Typo!

Happy reading...

-000-

"BERHENTI MENYENTUH MILIKKU!!"

BUG!

Mata Yuju membulat sempurna menangkap sosok Jungkook yang entah darimana tiba, justeru yang lebih mengagetkannya kala menyaksikan aksi Jungkook menghajar Wonwoo dengan sungguh keterlaluan. Pada awalnya Yuju tak berkutik sedikit pun, namun nilai kemanusiaannya timbul saat melihat Wonwoo yang sudah babak belur ditangan Jungkook.

"Jungkook cukup, kau sudah keterlaluan!!" Yuju berusaha menahan lengan Jungkook, tapi Jungkook mengacuhkannya dan justeru lebih mengeraskan pukulannya sehingga darah tertumpah dari wajah Wonwoo.

"Jungkook cukup! apa kau ingin membunuhnya!!"

"Tepat sekali"

Yuju tersentak mendengarkan respon Jungkook. "Jangan bertindak yang tidak-tidak Jungkook, apa kau gila ingin membunuh kakakmu sendiri"

"Diam!!!" Entah sadar atau tidak Jungkook sudah menakup keras pipi Yuju seraya memaparkan kepalan tangannya seolah siap melayangkan tinjuan itu pada gadis didepannya. Dan itu tentunya mengagetkan Yuju, termasuklah Wonwoo.

"Kenapa kau terus menerus membelanya. Atau kau justeru sudah berpaling hati padanya. Dan ciuman tadi...kau menikmatinya bukan!....DASAR JALANG!!"

Plakk!!

Sebuah tamparan menghinggap ke pipi Jungkook membuatkan pria itu bungkam. Apa benar Yuju barusan menamparnya?

"Jaga bicaramu!!!"

Bukannya meringis kesakitan, Jungkook malah menampilkan seringainya seraya tertawa sinis. Sebuah tepukan kecil ia lakukan sambil mengucapkan sepotong kalimat.

"Kau marah saat aku mengolah fakta kotor itu padamu. Baiklah, jika aku salah menyamaimu dengan sebutan jalang saat kau berciuman dengan pria lain, Justeru kau juga tidak pantas mengatakan aku seorang buaya jika aku nekad berhubungan sulit dengan wanita lain disaat kita masih berstatus sebagai sepasang kekasih"

Yuju menggeleng tak percaya menanggapi kalimat Jungkook. Matanya mulai berkaca berharap pria itu tidak akan sigap melakukan hal sedemikian. Namun percuma...

Disaat Jungkook mulai menghindar dari depannya. Ingin mencagah tapi kakinya seolah rapuh untuk bangkit dan membahaskan kembali masalah ini. Justeru yang hanya bisa ia lakukan hanya lah terduduk lemas ditanah dengan air mata yang tergenang dimatanya.

Bersama seseorang yang masih tetap diposisinya dengan senyum liciknya yang merekah di bibirnya.

-000-