BangFriend [Love] END

Nostalgia

Focus : Yerin

Awas Typo

Happy reading~

-000-

Tepat di seisi gudang, Jimin tampak masih sibuk dengan ponselnya. Tidak ada acara khusus yang dapat dimainkan pria itu melainkan game di dalam ponselnya, bahkan itulah aktivitasnya sehari-hari sementara dirinya masih terikat dengan syarat Wonwoo.

Tapi tengah sibuk bermain, Jimin merasakan pintu masuk utama gudang dibuka dan terdengar bunyi tapak kaki yang terdengar tengah menuju ke posisinya.

"Wonwoo? tidak biasanya kau kesini di jam seperti ini atau ada urusan penting ingin kau bicarakan dengan..."

purg! purg!

Jimin dibuat tersentak ketika mendengar beberapa das tembakan yang tiba dilepaskan, bahkan ponselnya refleks terlepas dari genggaman nya akibat rasa shock yang menyerangnya.

"Kau kenapa!!" bentak Jimin emosi, tapi sejenak emosi itu terlindung apabila Jimin melihat tatapan membunuh milik Wonwoon yang sepertinya benar menyerap segala keberaniannya.

"Rencananya harus kita kerjakan besok"

Mendengarkan kalimat Wonwoo, Jimin seketika memasang wajah bingung. Lantaran pada awalnya pria itu sendiri yang menuntutnya untuk bersabar dan meramalkan rencananya akan dilakukan jika genap 1 bulan ia menghilang, tapi justeru sekarang ia baru menghilang sekitar 2 minggu.

"Tapi kenapa?!"

Wonwoo tidak menjawab dan hanya mengakhiri percakapannya dengan singkat. Mulutnya masih keberatan untuk berkata lebih tatkala otaknya yang masih betah mengimbas kembali perilaku Jungkook padanya beberapa minit yang lalu membuatkan amarahnya benar-benar tak bisa terkendalikan.

Sungguh ia sudah tak perdulikan apa kaitan antaranya dengan pria itu.

Cuman kini yang ia buntuhkan hanyalah melihat pria itu sengsara dibalik kesenangan yang sepatutnya menjadi hak asasinya.

-000-

Pagi yang cerah, namun suasana itu sama sekali tak mempengaruhi sebuah senyuman di bibir Yerin. Gadis itu masih begitu terpuruk disamping kondisi perasaan yang kini keseringan bolak balik. Lantaran disatu sisi ia berjuang sendiri untuk mencoba melantarkan sosok Jimin yang terus bermain di pikirannya, tapi disisi lain ia justeru sedar jika ia sama sekali tak mampu untuk melakukannya.

Selang beberapa detik, pintunya terbuka dan menampilkan kepala Eunha yang terlihat sedang menjenguknya.

"Eonnie, kau sudah siap...paman menunggu kita di mobil" ujar Eunha dan terlihat Yerin mengangguk singkat lalu menyandang tas sekolahnya lalu menyusul Eunha bergerak ke mobil.