7. Visitor

10.9K 773 92
                                        

Sudah seminggu semenjak keputusan itu dibuat, aku dan Joohyun telah melakukan pertemuan dengan seorang dokter di ibu kota Meksiko; membahas soal proses awal dan cara pembuahan sel telur juga... biaya yang dibutuhkan.

Jujur, aku tidak ada masalah dalam urusan finansial namun yang sedikit aku khawatirkan adalah proses panjang yang mungkin akan menyusahkan dan merepotkan Joohyun; yang jelas-jelas akan menjadi pihak yang mengandung.

Dokter Alice; dokter yang kami temui tempo hari itu hanya berpesan agar aku dan Joohyun menjaga kesehatan agar tetap fit untuk proses lebih lanjut dalam sekitar dua minggu dan minggu ini menjadi yang minggu yang berat bagiku.

Anna; wanita itu memang bitchy. Bos baru yang berlagak sangat bossy terutama terhadapku.

Ditengah-tengah meeting ia kerap menyuruhku untuk membuatkannya secangkir kopi sampai aku harus bertanya pada Sammy soal apa yang mereka bahas selagi aku di pantry.

Dia menyuruhku untuk menghadapi komplainan client di telepon, marah-marah padaku atas semua kesalahan yang terjadi dan ugh... intinya dia sangat suka mengincarku.

"Cheer up, bro." Sammy, yang tengah fokus mengukur panjang garis menggunakan penggaris diatas mejanya disampingku berbisik simpatik; melirikku yang tengah merebahkan kepala diatas lipatan tanganku dengan ujung matanya.

"Mungkin dia sedang mengalami PMS," tambahnya dengan kekehan kecil. "That's why dia selalu marah-marah."

"Ya, tapi hanya marah-marah padaku." jawabku dengan rengekkan lemah yang membuatnya tertawa.

"Bicaralah pada Joohyun, aku yakin dia akan membuatmu merasa lebih baik." Sammy menyarankan tanpa mengalihkan pusat perhatian pada pekerjaannya itu.

"Ah," sahutku sedikit sumringah. "Benar juga."

Dengan lunglai, aku mengambil ponselku dari saku celana dan langsung mengotak-atiknya menuju kontak Joohyun untuk video call- menopang pipiku dengan satu tangan selagi menunggu panggilannya tersambung.

Tak lebih dari satu menit, layar ponselku sedikit membeku sebelum memperlihatkan wajah cantik Joohyun yang tengah duduk bersila diatas kasur; mengenakan salah satu t-shirt-nya yang kebesaran.

"Hai, sayang." sapanya ceria dengan senyuman cerah yang membuatku ikut tersenyum.

Aku sedikit melambai dan balas tersenyum walaupun lemah; menatapnya lembut lewat ponselku kemudian menyapa balik. "Hai, chagi. Bagaimana keadaanmu dirumah?"

"Ah~ tidak banyak, aku hanya melakukan beberapa pekerjaan rumah. Membersihkan kamar dan mencuci sprei yang pastinya." Joohyun menjawab dengan tawa kecil.

"Aigoo~ kau sangat senang bersih-bersih, ya?" ejekku dengan kekehan pelan. "Kau tahu, rumah yang terlalu bersih itu justru tidak baik untuk kesehatan."

Joohyun tertawa diseberang sana, "Arayo~ aku tahu! Jangan khawatir, aku bukan penderita OCD!"

Aku ikut tertawa, menatapnya semakin lembut begitu perasaan hangat dan desakkan untuk segera pulang dan bersamanya memenuhi pikiranku.

Joohyun yang tersadar akan ke-bungkamanku mengangkat alisnya heran, "Kau baik-baik saja, sayang?"

"Ah," sadarku. "Ya, aku baik-baik saja. Aku hanya sangat merindukanmu."

Senyum Joohyun diujung sambungan berubah getir, ia menyelipkan helaian rambutnya kebelakang telinga lalu mendekat kearah kamera. "Aku juga sangat merindukanmu, Seulgi. Aku harap kau tahu itu."

"Mm~" anggukku. "Aku tahu, sayang. Dan aku harap kau juga tahu bahwa aku tidak sabar untuk disambut oleh kaki kecil yang berlari kearahku sembari berteriak 'Eomma!' setiap aku pulang."

[M] Into You 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang