"Y- yah! Joohyun pakai bajumu!" teriakku panik begitu sosok mungil dalam balutan sprei kusut itu nampak di belokan lorong dari arah kamar tidur.
Matanya melebar terkejut namun ia malah berdiri mematung disana dengan jari menunjuk kearah jendela kaca yang sekarang bebas terlihat; dengan mulutnya terbuka hanya sekilas.
"Wendy?!"
Ya, Wendy. Si penggedor pintu itu adalah Wendy; manusia pendek yang sekarang melongo menatap Joohyun dengan rahang turun hampir menyentuh lantai.
"Y- yah! Berhenti menatapnya seperti itu!" pekikku marah seraya menghalangi pandangan matanya dibalik kaca. "Joohyun! Pakai bajumu!"
"A- ah, b- baiklah." agak gelagapan, Joohyun kembali menghilang kedalam lorong menuju kamar tidur dengan sedikit terpincang.
Aku berdecak kesal, menyingkirkan telapak tanganku dari kaca jendela dan kembali bertatapan dengan Wendy; yang memandangku dengan seringai kecil serta alis yang terangkat-angkat menggoda.
"Orang ini..." desisku kesal sambil memutar mata bosan.
"Hei, bisakah kau setidaknya membiarkanku masuk?!" Wendy bertanya dengan suaranya yang teredam oleh kaca. Helaan nafas lelah keluar dari mulutku sebelum aku membuka kunci pintu dan membukakannya untuk Wendy.
"Gracìas~" ujarnya seraya melangkah masuk kedalam rumahku, matanya melirikki sedikit kemudian beredar keseluruh ruangan. "Phew, tidak terlalu banyak perubahan disini."
Aku kembali menutup pintu lalu menatapnya dengan kedua lengan terlipat didepan dada; merasa sedikit kesal dan jengkel karena ayolah....
Aku tidak pergi bekerja dan tadinya berencana untuk bermalas-malasan bersama Joohyun seharian; hanya berdua saja. Namun ugh, hamster ini malah datang tak diundang.
"You're coming at such a bad timing, Wannie." keluhku tak senang dan langsung membuatnya membalikan badan kearahku; menampilkan senyuman manis tanpa dosa.
"I know, dilihat dari penampilanmu..." katanya sembari menatapku dari ujung kaki sampai kepala. "Aku cukup mengacaukan momen panas kalian, eoh?"
Aku membuang muka pada perkataannya dengan pipi merona malu; membuatnya terkekeh geli. "A- aniyo, aku dan Joohyun baru saja bangun."
"Dan berniat untuk melanjutkan apa yang kalian lakukan pada malam sebelumnya?" Wendy bertanya menggoda. "Damn, Irene-unnie terlihat sangat kacau, Seul... apa yang kau lakukan pada buah da-"
"Yah!" potongku dingin seraya menatapnya tajam. "Jangan bicarakan istriku seperti itu!"
"Oh," kekehnya lagi. "Okay, chill... aku merindukanmu, by the way."
Aku menghela nafas lalu seketika merasa emosional saat Wendy menghampiriku untuk memberikan satu pelukan erat; tangan pendeknya menarik tubuhku dan memaksaku untuk balas memeluknya erat.
"Aku juga merindukanmu, Seungwan." lirihku pada telinganya, "Aku sangat senang bisa bertemu denganmu."
Pelukan kami terpisah setelah itu; Wendy menatapku dengan senyuman lembut dan akupun dapat dengan jelas memperhatikan wajah dan penampilannya sekarang.
Rambutnya panjang mencapai dada; lurus dan pirang, cocok dengan warna kulitnya yang masih saja terlihat pucat. Setelan santainya; jeans biru, sweater merah marun juga sneakers putihnya entah kenapa membuatku teringat masa-masa mudaku.
Maksudku, masa-masa saat aku jauh lebih muda.
"Kenapa kau tidak bilang kau akan datang?" tanyaku mulai menginterogasi; menarik lengannya kearah sofa ruang tamu dan mendudukannya disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
[M] Into You 2
Fiksi Penggemar⚠MATURE CONTENT [gxg, NC] "A little less conversation and a little more touch my body."