14. Confession

8.6K 696 124
                                    

"ugh... "

Aku perlahan tersadar oleh rasa sakit yang teramat sangat di keningku; berdentum liar di ubun-ubun dan belakang kepalaku tanpa henti.

Erangan parau teselip keluar dari mulutku begitu aku perlahan membuka kedua kelopak mataku; berkedip beberapa kali karena cahaya terang yang mengisi ruangan.

Sial, rasanya sakit sekali.

Walaupun begitu aku memaksakan diri untuk bangkit terduduk diatas (yang ternyata ranjang) lalu menyenderkan punggungku di headboard,  meraup helaian rambutku sendiri selagi meringis kesakitan.

"Kau sudah sadar."

Reflek aku menoleh ke sumber suara; melihat bosku Anna duduk dibibir ranjang di seberang milikku dengan t-shirt oversized  dan brief  hitamnya.

"Ugh... Y- Ya," responku lemah dan serak sembari terus mengernyitkan dahi. Aku sedikit menunduk untuk melihat pakaianku; mendesah begitu jeans  biru dan kemeja ku masih melekat... walaupun beberapa kancing teratasnya terlepas.

"Aku sudah menyediakan painkiller  diatas meja untukkmu." ujarnya tenang sambil menunjuk nightsand  dengan dagunya. "Aku tahu kau akan membutuhkannya."

"Uh, ya... terima kasih." tanpa berpikir panjang aku menoleh kesamping ranjang dan menangkap sebotol kecil yang berisi pil dan segelas air; membuka tutupnya lalu langsung mengambil beberapa butir dan meneguknya dengan air.

"Kau mungkin butuh lebih banyak istirahat." Anna kembali berucap tenang lalu menaikkan kedua kakinya keatas kasur lalu mengecek ponselnya disana. "Hangover  mu sangat buruk, kukira toleran alkoholmu tidak serendah itu."

"Apa yang terjadi semalam?" bukannya menurut pada perkataannya, aku mencoba menghiraukan rasa sakit di kepalaku ini dan melontarkan pertanyaan itu.

Anna terlihat sedikit ragu dan tak yakin, ia menatap ponselnya selama beberapa saat sebelum menatapku lagi; bibir bawahnya yang penuh ia gigiti dengan gugup.

"Kau... benar-benar tidak mengingatnya?" tanyanya grogi dan terkadang mengalihkan tatapannya dari mataku yang memincing menginterogasi.

Aku menggelengkan kepala lalu lanjut menatapnya lekat; menungguk jawabannya dengan perasaan... yang tidak menentu.

"Aku- Aku juga tidak terlalu mengingatnya, yang kutahu... aku sedikit bertengkar dengan salah satu wanita di bar dan kita-"

"Kita apa?!" sambarku tak sabar dengan nada yang luar biasa khawatir, serius; rasanya jantungk berhenti berdetak tiba-tiba dan keringat juga mulai bermunculan di keningku.

Anna menarik nafas lalu membuangnya perlahan, "Jan dan Sammy datang menjemput kita, menghentikkan perkelahian yang terjadi dan membawa kita kembali kesini."

"Oh God..." erangku sembari menjambak rambutku sendiri lalu kembali melihat kearahnya. "Mengapa kau bertengkar dengan wanita itu?"

Decakkan kesal keluar dari bibirnya, Anna memincingkan matanya kesamping lalu melipat kedua lengannya didepan dada. "Karena... dia mencoba menggodamu."

"... Apa?"

Kali ini ia mendesis jengkel, iris lautannya mendelik kearahku. "Wanita itu terus berusaha menggodamu walaupun kau menolak. Tapi karena kau mabuk, kau tidak mampu mendorong wanita itu menjauh dari atas pangkuanmu."

"....."

"Dia merayumu, dia... berusaha menyentuhmu. Namun, kau terus menolak dan berkata 'Aku sudah punya istri dan dia sedang menungguku dirumah!' "

[M] Into You 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang