Prologue : The Beginning

32.2K 1.2K 124
                                    

Perhatian : Fanfic ini mengandung unsur dewasa, tidak disarankan bagi pembaca dibawah umur.


© seulrenation23, 2019














"Seulgi."

Ucapnya dalam lirihan dalam yang menggetarkan telingaku. Diantara sinar oranye mentari senja, kulihat iris obsidiannya kali ini bercahaya terang; hangat dan kecokelatan.

Bulir keringat menghiasi kulit porselen-nya, ujung bibirnya yang merekah merah terangkat naik keatas untuk menampilkan senyuman lebar; deretan giginya yang seputih mutiara pun terlihat.

"... Apa yang kau pikirkan?"

Suaranya yang selembut beludru lagi bersuara, terngiang-ngiang di kepala dan mendebar-debarkan jantungku. Bahkan setelah selama ini, rasanya masih saja sama dan aku tak tahu kenapa.

"Entahlah," kudengar suaraku sendiri. "Aku hanya berpikir bahwa... kau begitu cantik."

Ia mengeluarkan kekehan pelan, kepalanya menggeleng sedikit seakan tak percaya dan dalam hati aku berkata; andai saja kau bisa melihat apa yang aku lihat.

Dengan tubuh kecil dan rampingnya; terbalutkan mini dress putih yang selalu berhasil membuatnya semakin bersinar, juga helaian rambut sekelam malamnya yang kontras berayun oleh deruan angin hangat.

Sosoknya berdiri tepat dihadapanku, senyumku tak pernah pudar dan rasanya aku merasa sedikit sakit.

"Disini sangat panas, ya?" tanyaku lembut seraya mengangkat satu tangan untuk menyingkirkan helaian rambutnya yang menempel di dahi karena peluh. "Kau sampai berkeringat begini."

"Gwenchana," jawabnya disertai kekehan. "Aku suka disini."

"Benarkah?"

"Mm," ia mengangguk lalu melangkah lebih dekat. "Terima kasih, sudah membawaku kesini sebagai hadiah ulang tahunku."

Kali ini aku yang menggelengkan kepala, senyumanku kian lebar saat ia mendekat dan mengalungkan kedua lengannya dileherku; membuatku sedikit membungkukkan badan karena dekapannya.

"Aku tidak tahu kalau ada tempat seindah ini di Thailand," ucapnya masih dengan senyuman lebar. "Pantai-nya juga hangat."

"Kau sangat suka pantai, ya?" tanyaku lalu melingkarkan kedua lengan disekitar pinggangnya; menariknya lebih dalam lagi hingga ujung hidung kami bersentuhan.

"Ya, mungkin aku akan senang jika tinggal di dekat pantai."

Pengakuannya membuatku sedikit tertegun dibalik senyuman manis yang masih aku perlihatkan namun pandangan mataku terus terkunci padanya, hanyut dalam siratan mata lembutnya.

Berusaha melupakan rasa gugupku, aku mengusap-usap pinggangnya dibalik kain tipis pakainnya sembari terus tersenyum.

"Apa kau lelah?" tanyaku lagi. Ia kembali menggelengkan kepalanya kemudian menangkup satu pipiku; matanya masih menatapku lekat.

"Ani, semua tempat yang kau tunjukkan begitu menakjubkan sampai aku lupa jika aku lelah atau tidak." ujarnya dengan tawa kecil yang membuatku tertawa juga.

"Jaa... apa ada hal lain yang kau inginkan untuk ulang tahunmu?"

Ia mengerlingkan matanya kesamping, kulihat giginya menggigit bibir bawahnya sedikit sebelum kembali menatap wajahku dengan kilatan mata yang menantang.

"Kau."

"....."

"Kau blushing, Seulgi." kekehnya dengan pandangan yang kali ini terlihat mengejek.

[M] Into You 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang