Pagi ini Eliza diantar orang tuanya sekolah. Rutinitas biasa, tiap pagi ia akan diantar sekolah, sedangkan orang tuanya berangkat bersama ke pabrik kimia milik mereka.
Semalam ia memutuskan untuk tidak memberitahu Nata lebih jauh soal Keenan dan Irena. Tidak setelah Ethan bertemu dengan Irena. Awalnya Eliza pikir, Keenan hanya berbohong soal Irena.
Emang sih dia pernah dengar kalau Irena itu ambil akselerasi dan sekarang lagi fokus kuliah, tapi soal Irena menjadi guru paruh waktu di sekolahnya? Itu satu hal yang Eliza gak habis pikir. Apalagi kalau Irena harus ada satu sekolah lagi dengannya. Eliza lelah, ia takut semua hal kembali terulang.
"Liz!" Sebuah tangan mendarat begitu saja di pundak Eliza membuat orang yang dipanggil terkejut. "Kenapa muka lo kok gak ceria gitu sih?"
Sejenak Eliza harus menarik diri dari pikiran-pikiran buruk yang menghantuinya.
"Iya, lo kenapa Liz? Cerita aja lagi." tambah seseorang yang tiba-tiba saja muncul dan duduk di kursi depan Eliza.
Sekarang ini mereka lagi nunggu bel masuk sekolah, yang tadi nepuk Eliza? Itu Nata. Dia gak maksud bikin Eliza kaget sebenernya, dia cuma mau nyuruh Eliza buat minggir karena Nata mau duduk dibangku sebelah Eliza. Sementara orang yang tadi nyamber kayak petir? Siapa lagi kalau bukan Ethan.
"Gue kenapa? Biasa aja, muka gue emang udah begini dari lahir."
Nata mengedikan bahu. Ia bergegas mengeluarkan buku tulisnya, "Eh pinjem pr soal fisika nomer 4 dong, siapapun, gue belom selesai nih."
Kalau boleh ditebak, Nata pasti ketiduran terus bangun kesiangan pagi ini sampai gak sempet nyelesaiin pr fisika yang cuma 4 nomer itu.
"Nih, lo pasti ketiduran pas ngerjainkan?" Ethan mengeluarkan buku tulis berwarna hijau yang langsung disambut antusias oleh Nata. Ya iyalah, pelajaran fisika itu jam pertama hari ini, yang berarti kurang dari 5 menit lagi gurunya bakalan dateng!
"Nata, lo kenal Irena siapa gak?" Pancing Ethan yang berhasil membuat Nata berhenti menyalin dan Eliza seperti tertampar angin dingin.
"Kenal." Bukan Nata namanya kalau gak cepet dalam hal menyalin, "Selesai!" Cepat-cepat Nata menutup bukunya dan mengembalikan buku Ethan.
"Kenapa tadi? Irena? Lo kenal emangnya?"
Wah, celaka, bisa panjang kalau Ethan udah nanya info dari Nata! Bisa ngalahin panjangnya sungai Nil! Ethan itu pinter cari informasi, Nata itu suka memberi informasi, cocok deh.
"Kemarin gue ketemu orang kan, seumuran gitu deh kayaknya sama kita, dia ngelamar jadi guru di--"
"Udah woi, gurunya udah dateng, daripada lo berdua diusir mending gak usah dilanjutin." Potong Eliza begitu melihat guru fisika mereka udah sampai di depan kelas.
"Liz, lo beneran utang cerita ya sama gue." bisik Nata yang duduk disebelah Eliza. "Jem olahraga, lo cerita pokoknya."
---
"Lo bercanda kan?" Sungguh, kalau ada kamera disini, dan kalau ini sinetron, pasti kameramennya bakal bikin zoom in zoom out ke muka Nata dengan dramatis.
Eliza hanya menggeleng. "Jadi kemarin Keenan tuh ketemu gue cuma buat ngasih tau gitu doang. Gue takut, kalau misalkan dia balik kayak dulu gimana? Gue gak mau sisa waktu sekolah gue kayak waktu SMP dulu."
"Gak bakalan lah." Nata mengedarkan penglihatannya ke sekitar. Anak-anak sekelas pada lagi main basket, dan bagi yang gak mau, juga gapapa, asalkan tetap berada di lapangan.
"Jadi Irena bakal ngajar jadi guru tari disini?"
Eliza mengangguk.
"Berarti nanti dia bisa banyak kerja bareng Ethan dong?" ucap Nata santai, seolah itu adalah hal alamiah. Tapi tidak dengan Eliza yang balas menatapnya bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Are We Friends?
Teen FictionEliza suka Keenan. Namun Eliza tahu diri untuk menyingkir. Keenan itu punya Irena, itu dulu. Sekarang, ada Nata dan Ethan. Bagi Eliza, kehadiran kedua sahabatnya udah lebih dari cukup untuknya. Namun, saat semua sudah tentram, Irena kembali muncul d...