Tiga Puluh Satu : Sabotase

188 17 1
                                    

Warning, ini flashback!

---

"Pokoknya gimana pun caranya, lo harus sembunyiin CVnya!"

Eliza sengaja menguping pembicaraan Irena dengan Kevin. Awalnya ia berniat membeli jus di kantin untuk menemaninya menunggu jemputan pulangnya saat tidak sengaja melihat mereka di taman dekat kantin.

Perasaannya tidak enak, jadi ia diam-diam mendekat dan mendengarkan pembicaraan mereka.

"Lo mau gue sembunyiin gimana? CV Nata emangnya udah dikumpulin ke sekre osis?"

Nah! Benar kan, pasti ini tentang Nata dan pendaftaran calon ketua osis.

"Gue liat tadi pas istirahat dia udah ngumpul, please dong, lo tolongin gue.." Irena merajuk. "Lo ambil aja udah gitu taruh ke gudang sekolah. Sepi, gak bakal ada yang tau."

Eliza kesal karena tidak banyak yang bisa ia lakukan selain mengamati dalam diam. Bila Kevin sampai benar-benar mencuri CV pendaftaran ketua osis milik Nata, Eliza akan turun tangan. Ia akan pergi ke gudang lalu kembali mengumpulkan dokumen itu ke ruang osis.

"Gue gak mau sebenernya," Kevin merangkul Irena. "Tapi buat lo, apa sih yang gak?"

Bukan cuma Eliza yang kesal, tidak jauh dari tempat Eliza bersembunyi, ia bisa melihat Keenan mengepal tangannya kuat. Keenan terlihat emosi lebih daripadanya.

"Pokoknya gak boleh sampai ada yang tau!" Suara Irena meninggi.

"Iya sayang, iya. Sebenernya kenapa harus gue?"

"Karena Keenan gak bisa diandelin kayak lo."

Eliza terbelalak. Apa maksudnya? Apa Irena diam-diam selingkuh dari Keenan dengan Kevin?

Eliza langsung melirik ke tempat Keenan berdiri tadi, tapi Keenan sudah tidak disana.

"Terus kalau gitu, lo putus aja dari dia. Jadi cewek gue."

Irena melepaskan rangkulan Kevin, "Apaan sih lo? Gila ya! Gak mau."

"Kalau gitu gue gak mau bantuin lo."

"Lebih baik gue kerjain sendiri dibanding gue harus putus dari Keenan apalagi jadi cewek lo." Irena segera pergi dari bangku taman kalau Kevin tidak menahannya.

"Iya, iya, gue bantuin lo. Besok." Kevin ikutan berdiri, "Sana, pasti Keenan udah nyariin lo."

Irena mengangguk berterima kasih sebelum benar-benar pergi.

---

Keenan berusaha bertindak senormal mungkin dengan Irena. Walau nyatanya, ia tidak bisa.

Tidak dengan fakta yang ia dengar dan lihat tadi.

"Gue gak mau sebenernya, tapi buat lo, apa sih yang gak?"

"Pokoknya gak boleh sampai ada yang tau!"

Tahu apa? Keenan tidak mengerti.

"Iya sayang, iya. Sebenernya kenapa gue?"

"Karena Keenan gak kayak lo."

Cukup sampai situ Keenan mendengar kata-kata Irena. Apa maksudnya? Ia tidak seperti Kevin apanya? Dan apa-apaan Kevin memanggil Irena dengan kata sayang?

Kepala Keenan mengebul, ia mencari Irena untuk pulang bersama, tetapi yang ia dapati malah Irena berduaan dengan Kevin. Keenan bahkan tidak peduli dengan Eliza yang terlihat ikut menguping pembicaraan mereka.

"Maaf lama, tadi aku ke toilet dulu."

Keenan tahu, Irena bohong. Tapi ia memilih diam, ia yakin Irena tidak akan memilih Kevin daripadanya, atau setidaknya, ia berharap demikian.

Are We Friends?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang