Ethan menggulir layar ponselnya membuka pesan chat. Hanya ada beberapa pesan dari grup kelas, grup angkatan yang semuanya tidak menarik minatnya untuk membalas.
Ethan membiarkan jari-jarinya menelusuri rambutnya. Ia geram dengan semua yang terjadi. Mulai dari kebodohannya berbicara dengan Eliza, kebodohannya berharap pada perempuan bermata hazel itu, sampai rasa iri pada Keenan yang mulai menyelimutinya.
Irena tergila-gila dengan Keenan. Ethan tahu itu walau ia baru mengenal Irena beberapa minggu belakangan ini. Tapi Keenan malah memilih Eliza dan meninggalkan Irena.
Dari pengamatannya, Eliza pun suka pada Keenan entah sejak kapan, mungkin bahkan sejak Ethan belum mengenal mereka semua.
Lalu, dimana posisinya sekarang? Seorang sahabat yang akan menghancurkan hubungan sahabatnya sendiri?
Ethan melempar tubuh ke ranjang kamar. Ia tidak yakin, ia lelah karena baru sampai ke rumah setelah terjebak macet di perjalanan pulang dari Puncak tadi, atau lelah pada penantiannya yang sepertinya sia-sia?
---
Ethan baru keluar dari toilet saat melihat Kevin membuntuti Eliza. Jadi ia putuskan untuk mengikuti mereka.
"Lo, kelewatan ya lo." Kevin menarik tangan Eliza kasar ke arah lorong tempat perpustakaan berada.
Ethan tahu lorong perpustakaan itu sepi, tapi ia tidak tahu apa yang mereka bicarakan.
"Kenapa? Lo emang pantes diskors kok, kalau perlu dikeluarin sekalian."
Refleks, Ethan segera berlari menahan tangan Kevin yang sudah terangkat tinggi, sedangkan Eliza terlihat kaget.
"Lo dan lo," Kevin melepaskan eratan tangan Ethan dan menunjuk Eliza lalu Ethan bergantian. "Gak usah sok pahlawan."
"Dan lo, cuma berani main tangan tapi gak berani terima konsekuensi." Balas Ethan sinis. Kalau saja ia telat menampakkan diri, sudah dapat dipastikan Eliza sudah kena tamparan Kevin.
Ia sudah dengar desas desus Kevin dan Aldi kena skors selama seminggu akibat laporan Eliza, tapi tetap saja ia tidak menyangka kalau Kevin akan bertindak kasar seperti yang terjadi saat ini.
"Ada apa ribut-ribut?"
Kevin geram, tapi ia tidak dapat berbuat banyak selain pergi setelah menatap Ethan dan Eliza dengan tajam.
---
Ingatan itu merasuk begitu saja dalam benak Ethan. Seharusnya ia sadar, dari dulu, Keenan selalu ada bagi Eliza, bukan cuma ia sendiri yang selalu ada bagi Eliza.
"Ethan cepet turun, kita makan bareng."
Ethan terlalu malas untuk bangkit dari kasurnya. Pasti sekarang mamanya menyuruhnya untuk turun ke bawah dan makan bersama. Belum lagi pasti mereka harus membicarakan topik sulit. Kuliah. Sebelum Ethan pergi acara perpisahan, mama dan papanya sudah menagih-nagih keputusannya mengenai jurusan yang akan ditempuhnya nanti.
Ethan hanya belum tahu dan belum siap mengambil keputusan besar untuk masa depannya sendiri.
"Ethan gak laper ma." Teriak Ethan seadanya tanpa perlu repot-repot turun ke ruang makan.
---
Hari ini resmi menjadi hari pertama libur pergantian tahun. Eliza gak punya banyak rencana selain menghabiskan waktunya menonton film melalui situs online.
KAMU SEDANG MEMBACA
Are We Friends?
أدب المراهقينEliza suka Keenan. Namun Eliza tahu diri untuk menyingkir. Keenan itu punya Irena, itu dulu. Sekarang, ada Nata dan Ethan. Bagi Eliza, kehadiran kedua sahabatnya udah lebih dari cukup untuknya. Namun, saat semua sudah tentram, Irena kembali muncul d...