Melihat Eliza sibuk mengetik pada ponselnya membuat Nata kesal. Pasalnya Ethan belum datang, jadi secara teknis, hanya ia yang sedang belajar untuk ujian kimia besok. Ia mengambil sekeping cookies vanilla yang terisi penuh dalam toples kaca milik Eliza.
Mereka bertiga janjian untuk belajar bareng ujian akhir semester kimia atas permintaan Nata. Dibandingkan kedua temannya, memang ia yang paling kurang menguasai pelajaran walau ia sebenarnya masih termasuk diatas rata-rata.
"Lo lagi chat siapa sih?"
Nata akhirnya gerah. Dengan gerakan cepat ia mengintip layar ponsel Eliza.
"Gue kira lo chat Ethan. Kemana coba tuh anak gak dateng-dateng." Gerutu Nata saat melihat nama yang terpampang bukan Ethan.
"Lo lagi chat apaan sih, seru banget. Besok masih ujian woi! Chatnya besok aja kenapa?"
Eliza menutup ponselnya sebelum Nata mengoceh lebih panjang. Kemarin ini, setelah ia pulang makan ramen dengan Ethan, ternyata Nata memborbardirnya dengan puluhan pesan berisi, 'Lo pulang sama Keenan? Kok gak cerita sih?'
Nata sempat marah saat tahu hubungannya dengan Keenan membaik, tetapi beberapa hari kemudian Nata sudah bersikap biasa dan tidak mempermasalahkan lagi.
"Sorry lama, tadi gue mampir cari ini dulu." Ethan mengangkat tinggi-tinggi sebungkus plastik berisi ayam goreng kesukaan Eliza.
"Mauu!" teriak Nata antusias, padahal Ethan masih menaruh sepatu di samping pintu.
Sekilas Nata dapat melihat Eliza juga sama senangnya tapi hanya saja tidak berteriak ricuh sepertinya.
"Makan dulu baru entar aja belajarnya."
"Halah, dari tadi yang belajar tuh cuma gue, Eliza mah asyik sendiri sama handphonenya."
"Eh, lo," Eliza meneloyor pundak Nata, "Enggak woi, gue kan nungguin lo." bela Eliza pada Ethan.
"Nungguin gue?" Ethan menaik-turunkan alisnya, "Makanya ini gue beliin ayam kesukaan lo."
Sumpah, Nata berasa nyamuk. Tapi ia memilih diam dan memakan ayam goreng itu sebelum kehabisan.
---
Eliza menyebalkan.
Ia terus menerus mengetik pada ponselnya. Nata dan Ethan sibuk belajar, Eliza sibuk sendiri.
"Lo jangan main mulu gitu." Protes Nata. Ia sudah menanyakan soal nomer 7 untuk yang kedua kalinya tapi Eliza malah bilang nanti aja nanyanya, sedangkan Ethan? Ia bilang kalau ia baru nomer 6.
"Liz, lo lagi ngapain sih?" tanya Ethan ikut-ikutan. "Senyum-senyum sendiri gitu lagi."
"Sahabat lo tuh! Chat mulu aja sama Keenan, kita yang di depan mata dianggurin."
Perkataan Nata itu membuat Eliza menyimpan ponselnya. Eliza jadi gak enak. Nata sudah menekuk wajahnya entah dari kapan. Sedangkan Ethan? Eliza tidak tahu, ia tidak dapat menebak apa yang dipikirkannya.
---
"Lo sama Keenan ada apaan sebenernya?"
Setelah memikirkan hal itu tiga kali, barulah Ethan berani bertanya. Bukan karena ia takut Eliza marah atas pertanyaan itu, tapi ia takut kalau ia mendengar jawaban yang membuatnya kecewa.
Padahal, baru kemarin rasanya ia pikir Eliza mungkin menyukainya. Ethan yakin itu karena saat Irena memeluknya kemarin, Eliza terlihat kesal. Ia sebenarnya melihat pantulan cermin kalau Eliza akan masuk ke ruang tari sore itu, tapi ia sengaja pura-pura tidak melihatnya saat Irena tiba-tiba memeluknya. Tujuannya satu, ia penasaran, apa Eliza akan bersikap biasa atau cemburu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Are We Friends?
Teen FictionEliza suka Keenan. Namun Eliza tahu diri untuk menyingkir. Keenan itu punya Irena, itu dulu. Sekarang, ada Nata dan Ethan. Bagi Eliza, kehadiran kedua sahabatnya udah lebih dari cukup untuknya. Namun, saat semua sudah tentram, Irena kembali muncul d...