Chapter - 14

1.8K 286 49
                                    

Kamar dengan nuansa langit itu tidak banyak berubah seperti ketika pertama kali ia masuk.
Masih sama, rapi dan bersih terasa nyaman.

Masih suasana yang sama, pemandangan yang sama. Dengan posisi yang sama.

Cklek

Suara pintu terbuka membuat nya yang tadi sedang menekuni rak buku milik Ve menoleh kebelakang. Dan melihat Ve masuk sambil membawakan segelas minuman dan juga sepiring puding.
Keynal beranjak duduk di tempat semula.

"Thank " ucapnya meraih gelas yang berisi coklat hangat.

Ve mengangguk, gadis itu duduk bersandar pada kaki ranjang. Memandangi Keynal yang tengah menyesap minuman buatan nya. Sebenarnya ada banyak pertanyaan yang ada dalam benak nya.
Salah satu nya tentang kemunculan laki-laki itu yang tiba-tiba bisa ada di balkon kamar nya. Dan, juga mata yang sedikit merah. Seperti habis menangis, Walau sekarang sudah tidak lagi memerah.
Tapi, ia tidak berani menanyakan nya, karena teringat pada syarat yang Keynal ajukan Tempo hari.

Namun seperti nya cowok itu juga tidak berniat untuk bercerita tentang apa yang membuatnya datang dan menyelinap ke kamar nya. Keynal terlihat duduk termenung setelah menyesap minuman nya. Menyendok puding dengan tidak terlalu minat. Itu membuatnya sedikit kesal dan bete. Tapi, sial nya hati kecil menyuruh nya untuk diam.

"Key, mau main Truth Or Dare ?" Tata Ve membuka suara. Karena, tidak bisa lagi lebih lama menahan diri.

Cowok itu menoleh, menatap nya dengan lekat. Kemudian seolah bisa membaca isi fikiran nya. Keynal menggeleng.
Ve menghela napas beratnya, menyibakkan rambut panjang nya kebelakang dengan sedikit frustasi. Ia pun memilih untuk menyalakan tivi dan DVD.

"Kalau kamu gak mau cerita apapun. Buat apa kamu datang kesini ?" Tanya Ve dengan nada kesal.

Keynal diam, menunduk sejenak. Membuat Ve menyesal sendiri karena terlalu ketus. Sehingga membuat raut wajah Keynal berubah sendu tiba-tiba.

"Gue bakal pergi " ucap Keynal sambil beranjak dari duduk nya.

Ve langsung menghela napas kasar, ia dengan cepat meraih lengan cowok itu dan mendorong nya ke kasur. Lalu menindih nya tanpa membebani tubuh nya di atas Keynal.

"Kenapa kamu jadi baperan gini ?" Tanya Ve menatap mata Keynal.

Laki-laki itu memandangi nya, bahkan tidak ada raut kaget sama sekali di sana karena aksi nya barusan. Keynal malah membuang mukanya ke samping tidak ingin membalas tatapan Veranda. Membuat nya tau kalau cowok itu sedang mempunyai beban fikiran.

"Key -"

"Apa arti keluarga buat kamu ?" Tanya Keynal tiba-tiba.

Veranda terdiam sejenak, memandangi Keynal yang kini kembali memandangi nya. Menatap matanya dengan lekat, namun ada berbagai keluhan di sana. Sinar mata itu terlihat berbeda. Sangat berbeda dari biasanya. Ada banyak kesedihan dan juga kesakitan di sana. Membuat Veranda menarik diri dari atas Keynal, bersamaan dengan Keynal yang juga ikut duduk.

"Sumber kehidupan ku. " Jawab Veranda memandangi Keynal yang duduk di tepi kasur nya. Sedangkan ia berdiri di hadapan cowok itu. "Mereka akan menjadi orang pertama yang akan memeluk ku saat aku menangis. Mereka yang akan mengusap peluh ku saat aku lelah dan ingin menyerah. Sumber kebahagiaan dan juga sedih ku. Keluarga orang paling setia dalam hidup ini " ujar Ve.

Keynal diam, kemudian menunduk dalam.

"Bagaimana dengan saudara tiri ?"

Dahi Ve langsung berkerut mendengar itu. Ia semakin memandangi Keynal yang kembali mengangkat kepalanya untuk menatapnya.

At Least OnceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang