02-A Loser

622 42 1
                                    

Semua tampak buram. Wajah pria yang selalu ia rindukan, terlihat suram. Ia tidak tahu kenapa ia merasa sangat jauh disaat keduanya berhadapan seperti ini. Ia tidak tahu sebab semuanya seperti ini. Melihat wajahnya yang tak karuan membuat ia yakin, ada yang tidak beres di sini.

"Waktu akan membuatmu melupakan semuanya. Tentang masa lalu dan kita. Bagaimanapun juga." bisiknya, serak.

Dia tidak mengerti, kenapa pria itu selalu mengatakan hal yang sama. Dia menggeleng, mengatakan apa maksud dari perkataan pria itu. Namun, pria itu hanya tersenyum. Terlihat menyedihkan.

Tidak lama kemudian, semuanya gelap, lalu pandangannya tergantikan dengan cahaya remang-remang yang terasa familiar. Ia mengerjapkan sepasang matanya berulang kali, memastikan yang ia lihat sekarang adalah kenyataan. Lalu ia meregangkan otot lehernya dan beralih ke punggung dan pinggangnya. Setelah itu, ia menghela napas, lega. Semua itu hanya mimpi, yang ia harapkan tidak pernah menjadi nyata.

"Detektif, bagaimana tidurmu?" tanya seorang gadis yang duduk di seberangnya dengan bahasa Jerman yang baik.

"Sedikit buruk," balas Gita, lalu mengalihkan topik. "Shir, apakah laporan pencurian Mr. Josh sudah selesai?"

Shireen, nama gadis itu, mengangguk, "Hanya membutuhkan tanda tangan Pak Kepala, Detektif."

"Kerja bagus, Shireen."

Gita membuka berkas catatan yang berisi kasus Mr. Josh. Kasus Mr. Josh bisa dikatakan tidak terlalu mengejutkan publik karena kasus-kasus seperti ini sering terjadi. Pencurian dengan motif status sosial, dalam kasus Mr. Josh adalah untuk menghidupi anak semata wayangnya yang masih duduk di kelas 3 SD. Biasanya, kasus-kasus seperti ini mendapat hukuman yang cukup berat, sekitar 10 tahun penjara dengan denda yang diputuskan oleh hakim. Apalagi, dengan status sosial Mr. Josh yang bisa dibilang kurang mampu membuatnya tidak bisa membayar denda. Hal itu dapat menambah hukuman kurungannya. Sebagai manusia, tentu saja hati nurani Gita tergerak. Siapa yang tidak merasa kasihan mendengar kisah seperti itu? Namun, sebagai Detektif, Gita harus memercayai hukum dan keadilan.

"Anda terlihat sangat lelah," ujar Shireen tiba-tiba, "Bahkan setelah tidurpun anda terlihat lelah."

"Aku tidak bisa tidur nyenyak jika masih banyak orang jahat di dunia ini, Shireen." balas Gita tanpa memalingkan pandangannya dari berkas kasus.

Shireen tersenyum mendengarnya, "Tentu saja, ambisius anda bukan main."

Ambisi Gita yang dikatakan Shireen benar adanya. Gita tidak akan tidur bila sebuah kasus masih belum mencapai setengah jalan. Bahkan Gita tidak tidur lebih dari dua jam ketika pelaku dari sebuah kasus belum ditangkapnya. Sifatnya itu membuatnya terkenal seantero kantor, membuat polisi-polisi segan dengannya. Hal itulah yang membuat Gita hanya dekat dengan beberapa orang. Sebut saja anggota-anggota timnya, seperti Shireen, Danish, Jay, dan Seo. Ah, tidak lupa juga dengan Detektif Roo. Biasanya, minimal ada sepuluh orang yang tergabung dalam sebuah tim. Namun, tim Gita hanya berisi lima orang dan bisa menyelesaikan sebagian besar kasus kriminal. Tahun kemarin, tim Gita mendapat penghargaan sebagai tim yang paling banyak memecahkan kasus. Hal itu membuat tim lainnya iri dengan kinerja tim Gita.

Proses perekrutan membentuk tim Gita bukanlah sesuatu yang mudah. Hanya Shireen yang sukarela bergabung. Jay dan Seo, dua pria itu bergabung karena paksaan dari Detektif Roo. Sebelum Detektif Roo naik pangkat dan masih menjadi ketua tim, Jay dan Seo bergabung di timnya, Mereka berdua seperti Tom and Jerry, tidak pernah berhenti bertengkar. Namun, jika mereka berdiskusi, keduanya cocok, membuat Detektif Roo berusaha memersatukan mereka di tim Gita. Walau awalnya menolak mentah-mentah, akhirnya mereka bergabung dengan memercayai perkataan Gita bahwa tim ini akan sukses. Sementara Danish, karena masih junior, tidak ada yang ingin merekrutnya. Apalagi dengan sifat ceroboh dan pelupanya. Sebenarnya, Gita pun enggan menerima Danish. Tetapi, Detektif Roo bilang, kemampuan hacker Danish sangat mengagumkan dan Gita bisa membimbingnya menjadi polisi yang lebih baik lagi. Gita tidak bisa berbohong dengan kemampuan melacak dan meretas Danish. Dia adalah yang paling hebat di negara ini.

"Detektif Novera!"

Mendengar itu, membuat Gita refleks berdiri dengan tangan membentuk hormat, "Yes, sir."

Ternyata Detektif Jeremy, ketua tim kasus penipuan. "Anda dipanggil Komisaris Roo."

"Baik."

Gita segera menuju ruangan Detektif Roo yang berjarak dua lantai dari ruangannya. Sesampai di sana, ia menekan knop pintu dan mendapati Detektif Roo sedang berbicara dengan seseorang di telepon. Detektif Roo segera mengakhiri perbincangannya begitu melihat Gita.

"Kasus Mr. Josh sudah selesai, bukan?" tanya Detektif Roo sembari mempersilahkan Gita duduk di sofa.

Gita duduk, lalu diikuti Detektif Roo di seberangnya. "Akan dilanjutkan oleg Kejaksaan. Ada apa, Komisaris Roo?"

"Sudah kubilang, panggil saja aku Paman." protes Detektif Roo.

"Bagaimana bisa aku memanggilmu seperti itu ketika kamu lebih kuhormati dari Paman?" balas Gita. "Kalau malu, aku akan tetap memanggilmu Detektif Roo saja."

"Terserah kamu saja, Gita. Tidak ada yang bisa menandingimu." ledek Detektif Roo, membuat Gita terkekeh. Sejak kejadian itu, hubungan Detektif Roo, Gita, dan Leo seperti keluarga. Kini, Detektif Roo adalah wali Gita dan Leo. Dia memilih untuk bertanggung jawab akan hidup kakak-adik itu setelah kasus di masa lalu itu usai. Gita yakin, Detektif Roo melakukan itu karena merasa bersalah dengan kelalaian penyelidikkannya terdahulu. Walau tahu, Gita tidak mengungkitnya karena hanya akan menambah rasa bersalah itu sendiri.

Detektif Roo melempar sebuah buku kasus yang lumayan tebal ke atas meja. Gita membaca judulnya. Penganiayaan Janetta Weasley oleh Kelly Weasley.

"Kasus baru?"

"Benar," ucap Detektif Roo. "Tim lain masih dalam penyelidikkan kasus lain. Hanya timmu yang luang. Selidikilah kasus ini bersama timmu."

Gita membuka berkas itu, membaca sekilas karena hanya ingin tahu garis besarnya. "Penganiayaan anak oleh ibu kandungnya sendiri?"

Detektif Roo mengangguk. "Mereka tinggal di apartemen Sunny. Tetangga mereka yang melapor karena sering mendengar tangisan anak kecil. Ketika polisi datang, keadaan Janetta sangat memprihatinkan. Luka-lukanya mengeluarkan darah segar dan lebam ada dimana-mana. Sementara Ms. Weasley sedang memasak di dapur. Ms. Weasley tidak mengaku bahwa ia-lah pelakunya, tetapi ia bilang pelakunya adalah Mr. Weasley, suami-nya."

"Namun, Mr. Weasley bekerja di Lyon, yang membutuhkan waktu empat jam dari Paris." ujar Gita.

"Penyelidikkan polisi setempat berakhir hingga ditemukan bahwa hari itu, Mr. Weasley sedang berada di kantornya di Lyon dan pengakuan rekan-rekan kantornya mengklarifikasi alibinya. Mr. Weasley berada di kantor sehari sebelum kejadian hingga polisi datang untuk menginterogasinya. Mr. Weasley tidak pergi kemanapun."

Gita menutup berkasnya sembari memanggut-manggut. "Aku akan menyelidikinya bersama dengan timku."

Gita berdiri sembari membawa berkasnya. Ia hendak melangkah keluar.

"Apakah dia tahu?" ucapan Detektif Roo membuat Gita berhenti dan berbalik, menghadapnya.

"Siapa?"

"Erigo Pratama. Apakah dia tahu soal Kev?" tanya Detektif Roo. "Kamu tahu, akan sulit membuatnya percaya padamu. Dia pasti lebih mencintaimu dibanding ketika kalian SMA."

Gita terdiam. Beberapa detik kemudian, ia menggeleng. "Aku tidak berniat memberitahunya tentang Kev. Dia juga tidak menanyakannya."

Melihat tatapan Detektif Roo, membuat Gita kembali meyakinkannya. "Aku akan menyelesaikannya. Jangan khawatir, Detektif Roo."

"Aku permisi."

Begitu keluar dari ruangan Detektif Roo, Gita memegang dada kirinya karena terasa sedikit sesak. Entah kenapa, mengatakan hal itu membuatnya sakit. Ia tahu, keputusannya sangat merugikan Erigo. Ia tahu, ia sangat egois. Namun, tujuh tahun bukanlah waktu yang sebentar. Ada banyak yang terjadi sebelum ia bertemu dengan Erigo kembali. Gita pun yakin, Erigo pun demikian.

Dan Gita lebih memilih jalan untuk menjadi seorang pengecut.

****

EnG's-02: Stairway [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang