Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba, hari pernikahan Ari. Akadnya akan berlangsung pagi ini di salah satu masjid di Jakarta, lalu melaksanakan resepsi di salah satu hotel yang tidak jauh dari tempat akadnya. Gita tidak bisa tidur karena ia ikut berdebar menanti hari ini. Gita menelepon Erigo, bertanya mengenai keberadaan pria itu dan memberitahunya bahwa ia tidak bisa tidur. Ternyata, Erigo berada di hotel, tempat dimana keluarga Ari berkumpul dan menawarkan Gita untuk bergabung dengannya. Katanya, Ari sangat gugup dan teman-temannya berkumpul di sana untuk menenangkannya. Karena Gita pun tidak tahu melakukan apa, akhirnya ia menyetujuinya. Lagipula, ia tidak sempat bertemu dengan Sam dan Ari sejak ia berada di Jakarta karena ia selalu bersama Erigo. Gita pun sudah lama tidak melihat Ari.
Suara bel terdengar tepat ketika Gita selesai menyisir rambutnya. Ia meraih tasnya dan setelan pakaian yang akan ia kenakan nanti dan bergegas keluar. Di depan pintu tampak Sam yang tengah bergandengan dengan Olip, yang matanya segar, tidak terlihat mengantuk. Padahal waktu masih menunjukkan pukul tiga subuh.
"Sam? Kok?" tanya Gita heran karena bukan Erigo yang menjemputnya.
"Hai, Git. Udah lama, ya, haha...," ucapnya sembari tertawa, "Erigo yang nyuruh gue. Nggak tau, deh tiba-tiba katanya mau ke suatu tempat. Gaya bener, dah, sumpah! Pengen gue jitak aja rasanya."
"Ke suatu tempat? Subuh-subuh gini?" tanya Gita lagi.
Sam mengangguk. "Erigo, kan aneh, Git. Masa dia pernah nggak pulang semaleman, terus nggak kerja juga. Gue lacak ponselnya, ternyata ketiduran di tempat pemancingan."
"Yang bener aja?"
"Tuh, kan dia cuman sok-sok keren di depan lo aja." ujar Sam yang masih geli dengan kejadian itu. "Lip, inget aunty ini, nggak? Kamu pernah, loh seharian dijaga sama dia!"
Gita tersenyum ketika Olip menatapnya dengan bingung. Bayi itu telah menjadi balita yang menggemaskan. Masih jelas diingatan Gita ketika ia dan Erigo kewalahan menjaga Olip yang terus-menerus menangis, namun lega selega-leganya ketika ia tertidur.
Gita mengelus kepala Olip. "Hai, Olip! Aku Aunty Gita."
Mendengar nama itu, membuat pupil Olip melebar, seperti ada sesuatu yang terlintas di kepalanya.
"Bidadari-nya Uncle Go, ya?"
Hal itu membuat Gita salah tingkah. Dasar, ya pria itu!
"Gue nggak kaget lagi," sahut Sam. "Setiap Erigo pulang, habis main sama Olip, Olip sering cerita, tuh curhatan dia. Katanya, Uncle Go mau guling-guling aja sampai Paris biar ketemu sama bidadari dia. Merinding gue."
Gita terkekeh mendengarnya. Kalau dulu, Gita pasti segera menelepon Erigo dan memarahinya karena mengatakan yang tidak-tidak dan membuatnya malu. Namun, kini Gita merasa berbunga-bunga mendengarnya karena hanya Erigo yang dapat melakukannya. Ia tidak bisa mendengar kata-kata menggelikan itu dari orang lain.
Setelah itu, mereka segera pergi ke hotel tepat dimana Ari berada. Di perjalanan, Sam bercerita tentang Ari, yang tiba-tiba menikah. Ari memang sosok yang pendiam, tetapi Sam tidak menyangka bahwa diam-nya mengantarkan undangan pernikahan di meja kerjanya. Awalnya, Sam kira hanya akal-akalan Erigo karena pria itu sangat jahil. Namun, tidak lama kemudian, Erigo masuk ke ruangannya dengan napas ngos-ngosan dan membawa undangan yang sama dengan wajah yang syok berat. Mereka segera pergi ke tempat kerja Ari dan pria itu dengan ringannya mengatakan bahwa ia akan menikah bulan depan.
Apa tidak jantungan dibuatnya?
Sam bilang, ia sangat jelas mengingat ketika Erigo memukul bahu Ari bilang dan mengatakan bahwa Ari telah melakukan kesalahan. Seharusnya, Ari bersabar sedikit lagi agar tidak terjadi insiden seperti ini. Seketika Ari menyadari apa maksud dari pria itu dan segera mendorong pria itu dan mengatakan bahwa ia tidak melakukan apa-apa. Pernikahannya tidak dilakukan semendadak ini. Ia telah merencanakannya setengah tahun yang lalu dan mendapat persetujuan kedua pihak keluarga. Salahnya Ari, ia tidak memberitahukan sahabat-sahabatnya lebih awal karena sudah dapat dipastikan, respon mereka sangat mengganggu hingga membuatnya malu. Walau begitu, Ari tetap meminta maaf.
Gita tidak henti-hentinya tertawa ketika mendengarkan cerita itu. Erigo tidak pernah menceritakan kejadian tersebut kepadanya. Namun, pria itu meneleponnya dan bilang kalau ada berita terbaru yang menggemparkan dunianya, berita pernikahan Ari. Dari antusiasnya Erigo, Gita bisa tahu bahwa pria itu sangat terkejut. Akhirnya, dari mereka bertiga, ada lagi yang akan melepaskan masa lajangnya.
"Jadi, kapan?" goda Sam.
"Apanya?"
"Lo dan Erigo."
Sepasang mata Gita sukses melebar. "Eh?"
Melihat hal itu, membuat Sam tertawa. "Erigo nggak ada nyinggung-nyinggung gitu?"
Gita menggeleng, lalu sedikit heran karena Sam hanya tertawa. Sepertinya, Erigo tidak mengatakan apapun mengenai kejadian di sekolah dulu. Cincin ranting pohon.
"Btw, Erigo pernah cerita, nggak, tiga tahun lalu?" tanya Gita, sedikit ragu. Namun, dia penasaran.
"Cerita apa?"
"Gue sama Erigo ke SMA."
"Oh ya?" seru Sam, tampak terkejut. "Erigo sering, sih ngungkit-ngungkit, tentang sekolah. Kayak ke sekolah bareng-bareng gitu, lihat keadaan sekarang. Tetapi, dia nggak pernah cerita, tuh kalau kalian ke sana."
Entah kenapa, Gita sedikit kecewa. "Beneran?"
"Iya, beneran. Memangnya kenapa? Ada sesuatu?"
Gita menggeleng, lalu menyenderkan punggungnya di kursi penumpang. Ternyata, kejadian itu tidak membekas sedikitpun di benak Erigo sehingga untuk memceritakannya ke sahabat-sahabatnya saja tidak. Hanya Gita yang tidak berhenti tersenyum setelah cincin ranting pohon itu melekat di jari manisnya dan menunggu janji itu hingga hari ini. Gita berharap setiap harinya, Erigo akan datang dan membahas pernikahan dengannya. Namun, pria itu tidak pernah sedikitpun menyenggol topik itu, seolah-olah tidak ada janji yang pernah ia lontarkan.
Gita, sadarlah! Kenapa kamu sangat ingin Erigo menikahimu?
Lagi-lagi Gita belajar memaklumi Erigo. Kehidupan pernikahan tidak pernah muda, tidak seindah masa-masa berpacaran. Ketika telah menikah nanti, ada banyak tanggung jawab yang akan dipikul. Harus bermental baja untuk menjalaninya. Harus ada persiapan yang matang. Harus benar-benar siap mengorbankan banyak hal. Mungkin saja, Erigo belum siap karena ada banyak hal yang harus ia kerjakan sebelum menikah, seperti alasan kebanyakan orang.
Gita mengerti. Ia akan belajar memahami Erigo.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
EnG's-02: Stairway [COMPLETE]
Teen Fiction[SEQUEL OF ELEVATOR] Erigo dan Gita, dua orang yang dulunya tidak pernah mau akur. Tapi itu 'dulu', sebelum ada jembatan yang menghubungi hati mereka masing-masing. Ya, sebelum ada cinta. Mereka dipertemukan di Paris, setelah delapan tahun...