Gita terbangun begitu alarmnya berbunyi nyaring. Ia terpaksa mengaktifkannya karena hari ini ia harus bekerja. Ia membereskan tempat tidurnya—hanya sebuah sofa—lalu beranjak menuju dapur, memasak sarapan pagi. Ia membuka kulkas yang dipenuhi oleh bahan-bahan makanan yang ia beli dua hari yang lalu dan mulai memasak omelette, dua porsi. Begitu ia selesai memasak, seorang pria keluar dari kamar dengan rambut acak-acakkan, baru bangun tidur. Senyumnya mengembang begitu melihat Gita dengan celemek biru laut miliknya.
"Hari ini pasti baik karena aku memulainya dengan makan masakanmu." ucapnya lembut, sembari duduk di depan hidangan Gita. Bahasa Inggris-nya begitu fasih.
Gita duduk dihadapannya, tersenyum simpul. "Kuharap juga begitu."
Pria itu memakan masakan Gita dengan lahap, sesuai dugaan Gita. Tidak ada sekalipun pria itu memasang ekspresi aneh atau menyebalkan ketika menyantap masakan Gita. Dia pernah mengakui, bahwa salah satu hal yang paling bahagia di hidupnya adalah menikmati masakan Gita. Pria itu tidak malu-malu mengakuinya. Hal itu membuat Gita bangga karena pria itu mulai mengekspresikan perasaannya.
Gita segera membereskan meja makan ketika makanan tidak lagi bersisa dan mencucinya. Tiba-tiba pria itu berdiri di sampingnya, bersiap-siap membantu Gita mencuci piring.
"Kev, kamu nonton TV aja. Aku bisa sendiri, kok." sahut Gita pelan.
Kev, nama pria itu, menggeleng. "Mendadak aja, aku ingin mencuci piring denganmu. Walau tahu, aku akan melupakannya kembali."
Kalimat terakhir yang keluar dari mulut Kev, membuat Gita tertegun. Melihat hal itu, membuat Kev mengambil piring di tangan Gita dan mulai menyabuninya. "Aku tidak tahu kapan aku akan melupakanmu, Gita. Aku hanya takut."
Mendengar kata-kata itu, rasanya Gita ingin menangis. Ia mundur selangkah, menatap punggung yang tegap itu. Sejak tiga hari yang lalu, Gita berada di sini, menginap karena Kev membutuhkannya. Kev mencarinya malam itu, ketika ia berada di rumah Erigo. Ketika Gita pergi ke rumah Kev, pria itu langsung mendekap tubuhnya dan menangis. Ia mengulangi kalimat yang sama.
"Aku takut melupakanmu."
Kev demam tinggi malam itu, membuat Gita harus menginap di rumahnya. Sebenarnya, Kev memiliki keluarga, tetapi dia menganggap tidak. Sama saja, di dunia ini, Kev merupakan sosok sebatang kara. Karena takut terjadi apa-apa dengan Kev, Gita memutuskan hal itu tanpa mengabari siapapun. Gita tahu, Leo akan menganggapnya sedang menginap di luar karena melakukan pengintaian, seperti biasa. Bagi Gita, yang ia butuhkan hanyalah kepercayaan Leo, walau ia melanggarnya.
Tadi malam, suhu tubuh Kev turun, kembali ke suhu tubuh normal.
Gita tidak tahu berapa lama ia memandangi punggung Kev, sehingga tidak sadar kalau Kev telah mencuci semua piring. Kev berbalik dan menatap balik Gita dengan tatapan sendu.
"Sampai kapan mau menatapku seperti itu? Bukankah hari ini kamu bekerja?" tegurnya lembut, membuat Gita tersadar. Gadis itu cepat-cepat melepas celemeknya dan bergegas ke kamar mandi, lalu bersiap-siap pergi ke kantor. Kev menunggunya di depan TV, menonton siaran berita pagi hari, acara kesukaannya. Begitu melihat Gita yang sudah siap dengan pakaian serba hitamnya, Kev hendak bersiap-siap untuk mengantar Gita.
"Aku bisa pergi sendiri, Kev. Nanti aku ke sini lagi." tolak Gita dengan cepat, sembari mengikat tali sepatunya.
"Kamu tidak membawa kendaraan. Memakai transportasi umum akan memakan waktu yang lama." sergah Kev.
"Untuk itu, aku bangun sepagi ini, Kev." ujar Gita. "Duluan, ya. Jangan sampai telat makan!"
Kev memandangi kepergian Gita, lalu terduduk kembali ketika langkah gadis kaki itu tidak terdengar lagi. Ia memandangi layar TV, kali ini dengan tatapan kosong.
KAMU SEDANG MEMBACA
EnG's-02: Stairway [COMPLETE]
Teen Fiction[SEQUEL OF ELEVATOR] Erigo dan Gita, dua orang yang dulunya tidak pernah mau akur. Tapi itu 'dulu', sebelum ada jembatan yang menghubungi hati mereka masing-masing. Ya, sebelum ada cinta. Mereka dipertemukan di Paris, setelah delapan tahun...