Matanya mengerjap beberapa kali begitu seberkas cahaya menyilaukannya. Ia membuka matanya sedikit, lalu mendapati seseorang yang berdiri di dekat jendela. Kemudian, ia mengucek kedua matanya untuk memperjelas penglihatannya.
Ah, ternyata Nella.
Erigo merentangkan kedua lengannya yang pegal karena tertidur di sofa. Ia berdehem, menetralisir tenggorokannya yang tercekat, membutuhkan air.
"Sarapannya udah siap, tuh, Go." ujar Nella yang kini berada di dapur.
"Hm," balas Erigo, lalu melirik ke sebelahnya. Tepat di sebelahnya, ada Olip dan Gita yang tertidur pulas. Tiba-tiba raut wajah Erigo berubah pucat pasi. Tunggu, jadi tadi malam mereka bertiga tidur di sofa?
Semalaman?
"Duh, sohib bolo-bolo gue ini nyenyak banget, dah tidurnya. Sampai kita nyelinap masuk aja, lo nggak bereaksi." ucap Sam, yang baru keluar dari kamar mandi dengan rambut yang basah. Dia menghampiri Erigo yang masih tidak percaya dengan apa yang terjadi, lalu menepuk bahu sahabatnya itu dengan pelan.
"Kedua kalinya tunggu sah aja, ya, Go. Kalau nggak, jadi nggak beres, bro."
"Kenapa nggak dibangunin, sih, Sam?" seru Erigo kesal. "Terus, kenapa lo bisa masuk ke sini? Tidur di kamar gue lagi. Katanya nginap di hotel."
"Eh, uang kita juga melayang, kali gara-gara lo." balas Sam, tidak mau kalah. "Jadi gini..."
Tadi malam, Sam dan Nella tiba di rumah Erigo hampir tengah malam, mau menjemput Olip. Tetapi, tidak ada yang membukakan pintu. Jadi, Sam menelepon Milo dan bertanya apakah Erigo berada di kantornya. Namun, Milo bilang, hari ini Erigo tidak kemanapun dan pria itu menjamin Erigo ada di apartemen. Lalu, Milo memberitahu Sam kata sandinya dan seperti itulah mereka bisa masuk ke apartemen Erigo. Mereka mendapati Erigo, Olip, dan Gita tertidur pulas di sofa. Awal mulanya, Sam hendak membawa Olip saja dan segera pulang ke hotel tanpa membangunkan Erigo dan Gita. Tetapi, kalau begitu, berarti mereka menyisakan Erigo dan Gita saja di rumahnya. Melihat mereka bertiga tidur dengan nyenyak, membuat Nella tidak tega membangunkannya, dan mereka memilih menginap di apartemen Erigo. Karena rumah Erigo hanya memiliki dua kamar dan hanya ada satu kamar yang memiliki penghangat ruangan, yaitu di kamar Erigo, akhirnya mereka tidur di sana. Padahal tadi malam, mereka menggeledah dapur Erigo untuk memasak karena kelaparan. Tetapi, di antara mereka bertiga, tidak ada yang terbangun dengan suara-suara berisik.
Seperti itulah kronologi kejadiannya.
Erigo melirik Olip dan Gita secara bergantian, lalu teringat kembali tragedi tadi malam. Entah kenapa, Erigo tersenyum tipis begitu mengingatnya. Walaupun lelah dan frustasi bercampur aduk, rasa lega dan bahagia mengalahkan segalanya.
Gita perlahan membuka matanya. Mungkin, ia pun menyadari silaunya mentari yang menembus jendela. Begitu matanya terbuka lebar, yang ia lihat adalah Erigo yang tengah menatapnya. Ah, ada Sam juga yang sedang membangunkan Olip.
Wajah Gita tidak terlihat tenang.
"Jam berapa, Go?" tanya Gita serak.
Erigo melihat jam dinding. "Jam delapan."
Begitu mendengarnya, Gita sontak berdiri dari sofa dan meraih tas dan jaketnya. "Duh, sorry, sorry, gue harus balik ke kantor. Duluan, ya!"
"Sarapan dulu, Git. Gue udah masak." ujar Nella dengan celemeknya.
"Sorry banget, nih, Nel. Besok aja kita makan malam sama-sama. Gue traktir." tolak Gita dengan halus.
Erigo menghampiri Gita yang tengah memasang sepatu. "Ayo, aku anterin."
"Nggak usah. Deket, kok," jawab Gita pelan, lalu tersenyum. "Duluan, ya. Nanti aku telepon."
Dalam sekejap saja, Gita telah menghilang dari pandangan Erigo. Erigo segera menyusul Gita keluar dan menahan lengan Gita begitu wanita itu memencet tombol lift, membuat tubuh mereka berhadapan.
"Ih, nggak apa-apa. Kamu bisa anterin aku lain kali. Hari ini, sarapan aja sama Sam, Nella, dan Olip." ucap Gita, berusaha meyakinkan Erigo.
Pria itu melingkarkan kedua lengannya di leher Gita dan mencium pucuk kepala wanita itu. "Hati-hati, ya. Kalau ada bahaya, langsung telepon aku."
Gita melingkarkan lengannya dipinggang Erigo. "Oke. Janji."
Begitu lift terbuka, mereka saling melepas pelukan dan dengan berat hati, Erigo harus merelakan Gita bersama dengan pekerjaannya lagi. Kalau bisa menjelma jadi apa saja, Erigo ingin menjelma menjadi borgol di saku Gita aja biar selalu ada didekatnya.
Begitu Erigo berbalik menuju apartemennya, ia berdecak kesal. Frustasi.
Karena ia telah merindukan Gita kembali.
****
Erigo memilih meliburkan diri lagi hari ini karena ia bangun kesiangan.
Setelah sarapan, Sam dan keluarganya pergi jalan-jalan, entah kemana lagi. Kali ini, mereka membawa Olip. Sam juga tahu diri dan tidak ingin merepoti Erigo lagi, walau pria itu tidak keberatan. Saat ini, Erigo hanya menonton televisi karena ia tidak tahu apa yang harus ia kerjakan. Semua pekerjaan rumah telah diselesaikan Nella. Jadi, Erigo merasa sedikit bosan.
Erigo melirik handphonenya beberapa kali, lalu memutuskan untuk mengambilnya dan menelepon Gita. Sedari tadi, ia menimbang-nimbang untuk menelepon Gita karena takut mengganggu gadis itu. Ah, sudahlah. Erigo hanya akan menelepon dan mendengar sepatah-dua kata suara Gita.
"Halo."
Kata itu sukses membuat Erigo tersenyum. "Lagi ngapain?"
"Baru aja keluar dari ruangan Detektif Roo, kena ceramah dari gue nyampe kantor tadi," omel Gita, "Dua jam, nggak berhenti. Gue, sih cuman bisa ngangguk-ngangguk aja, kan salah gue."
"Maaf, ya. Seharusnya gue nggak tidur juga."
"Ya, nggak apa-apa, sih. Udah lama juga gue nggak tidur kayak tadi malam." ujar Gita cepat.
Erigo memanggut-manggut. "Udah makan, nggak?"
"Belum."
"Makan, dong. Nanti sakit lagi."
Gita berdehem. "Eh, udahan dulu, ya. Lagi sibuk, nih. Dah.."
"Ih, kok gitu, sih?"
Sambungan terputus. Erigo sedikit mengkhawatirkan Gita yang belum makan sejak dari rumahnya. Gadis itu, kalau Erigo hendak mengocehinya, ia pasti menghindar seperti tadi. Kebiasaan Gita, memang, sedari dulu. Tidak berubah.
Lalu, pria itu berjalan ke dapur dan memasak nasi goreng. Ia akan pergi ke kantor Gita dan memberikannya ke gadis itu. Ia hanya ingin mengingatkan gadis itu secara langsung, walau sesibuk apapun Gita, ia tidak boleh melewatkan jam makannya karena itu tidak baik untuk kesehatannya sendiri. Kalau bertemu langsung, Gita tidak bisa menghindar seperti tadi, sehingga omelan Erigo bisa didengarnya dengan jelas.
Selain itu, alasannya yang lain adalah bahwa ia ingin melihat wajah Gita. Selama yang ia bisa.
****
![](https://img.wattpad.com/cover/136345025-288-k102409.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
EnG's-02: Stairway [COMPLETE]
Novela Juvenil[SEQUEL OF ELEVATOR] Erigo dan Gita, dua orang yang dulunya tidak pernah mau akur. Tapi itu 'dulu', sebelum ada jembatan yang menghubungi hati mereka masing-masing. Ya, sebelum ada cinta. Mereka dipertemukan di Paris, setelah delapan tahun...