Enjoy with my story ☕
______________________________________
Layu sebelum berkembang. Kalimat itulah yang menggambarkan keadaan Echa saat ini.
Wajah tampak temaram, mata tampak sayu, bahkan badan tampak kurus tak terurus. Ini semua terjadi karena harapan tak sesuai dengan kenyataan.
Emosi gadis itu tak bisa terkontrol dengan baik hingga air mata seakan enggan berdiam diri. Jiwanya memutuskan untuk memenjarakan raga dalam kamar hingga makan dan minum pun tak luput dilakukan di dalamnya. Hanya untuk keperluan membersihkan badan dan kebutuhan alam lainnya dia keluar dari sarang. Liburannya kali ini benar-benar kacau. Dia sama sekali tak menikmatinya.
Gadis itu benci dirinya yang seperti ini, benci dengan versi dirinya yang lemah seperti ini. Gadis itu benci ketika tak ada kata yang mampu terucap, ketika tak ada tindakan yang mampu tergerak, melainkan hanya air mata yang mampu mengungkapkan segalanya.
Dia tahu kedua orang tuanya khawatir terhadap dirinya, tapi dia tak punya pilihan lain, hatinya terlanjur hancur. Hatinya mudah rapuh, hatinya tak sekuat baja, hatinya tak sekeras intan permata, hanya saja hatinya serapuh kertas yang mudah sobek dan terkelupas.
Tanpa sepengetahuannya, kedua orang tuanya berusaha mencari cara agar anak gadis mereka kembali ceria. Mereka mencari cara agar cahaya hidupnya kembali menyala.
“Pa, kita harus gimana supaya Echa gak murung lagi kayak gini?” tanya Laura pada Bram dengan terisak di pelukannya.
“Mama gak mau Echa kayak gini terus, hiks, mama gak mau!”
“Mama tenang dulu, ya!” Bram mengusap air mata Laura kemudian memeluknya sembari mengusap lembut surai rambut wanita yang sangat ia cintainya itu.
“Mama punya kontak temen-temennya Echa?”
“Kenapa emangnya?” Laura balik bertanya dengan mata yang masih berkaca-kaca.
“Kalo mama punya, coba hubungi mereka, siapa tau mereka bisa ngehibur Echa. Jadi mood booster-nya gitu.”
Laura menyeka sisa air matanya yang masih menggenang kemudian menghubungi beberapa sahabat anak gadisnya dan meminta mereka untuk berkunjung ke rumahnya dengan tujuan untuk menghibur anak gadisnya yang tengah bersedih. Laura menutup sambungan teleponnya kemudian kembali memeluk Bram.
“Kamu itu loh dek, kalo dah nangis pasti manja kayak gini. Pantes aja Echa cengeng, orang mamanya aja cengeng.” Bram tertawa kecil.
Laura menatap ke arah Bram dengan tatapan yang sulit diartikan. “Oh jadi gak boleh adek kayak gini ke mas? Ya udah, mas cari aja istri baru yang gak cengeng kayak adek.” Laura tampak mengerucutkan bibirnya sembari menyilangkan kedua tangannya di dada.
Mendengar penuturan Laura, sontak Bram tertawa. Kemudian Bram menarik Laura ke pelukannya. “Kamu gak boleh bicara kayak gitu lagi. Mas sayang sama kamu, mas cinta sama kamu. Jadi, stop berbicara dan berpikir hal-hal ngawur lagi, ya?!”
“Dah jangan cemberut lagi, jangan nangis lagi. Kasian anak kita kalo liat mamanya sedih terus, nanti dia juga ikutan sedih,” sambung Bram sembari mengelus perut Laura.
Laura menarik kedua sudut bibirnya hingga membentuk sebuah senyuman yang begitu menghangatkan. Laura semakin mengeratkan pelukannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/141869543-288-k668535.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Pil Pahit Hijrahku
Spiritual⚠️Zona campur aduk; baper, kesel, sedih, kocak, bahagia, semuanya bersatu. _________________________________________ Rasya Hanifah. Seorang gadis yang kerap kali dipanggil Echa itu memiliki kisah yang cukup unik. Berawal dari ia yang telat ke sekola...