Murid Baru

44.5K 1.1K 11
                                    


Enjoy with my story ☕


_____________________________________

Pagi ini terasa lebih sejuk. Angin berhembus dari arah berlawanan, membuat daun jatuh berguguran.

Rambutku tergerai indah. Rasanya angin membelaiku dengan halus, memberikan kesejukan yang dapat menjadikan penikmatnya berfantasi ke negeri dongeng. Senang rasanya seolah diperhatikan angin.

Aku menarik nafas dalam-dalam, merasakan tiap inci udara segar yang masuk melalui hidung kemudian menghembuskannya dengan perlahan.

Seperti biasa, rutinitasku tak akan jauh-jauh dari yang namanya sekolah. Meskipun terkadang merasa jenuh, aku harus menikmati masa sekolah ini. Banyak yang aku dapat dalam fase ini; ilmu, teman, pengalaman, dan tentunya pacar. Itupun jika ada yang mau–hehe.

Ketika masuk kelas, aku merasa heran. Pasalnya, sejak aku masuk, mereka seperti tengah menahan senyum. Reflek aku melihat tampilanku dan rasanya tidak ada yang aneh.

"Kayaknya ada yang lagi bahagia banget nih. Ngeliatin aku aja sampe senyum-senyum kayak gitu," sindirku pada mereka berdua.

"Iya nih, kita lagi seneng banget!" ucap Hana sambil menahan tawa. Begitu pun dengan Zahra.

"Kalian kenapa, sih?" tanyaku karena saking penasarannya.

"Mau tau aja apa mau tau banget?" tanya mereka berdua sembari menaik-turunkan alis mereka.

"Mau tau aja." Aku memutar bola mata malas.

"Aku alasan yang pertama, kamu alasan yang kedua," ucap Zahra kepada Hana dengan mengerlingkan salah satu matanya.

"Oke!" balas Hana.

"Jadi gini Cha, katanya bakal ada murid baru yang masuk ke kelas kita. Katanya juga sih dia itu ganteng," ucap Zahra sambil menutup mulutnya karena menahan tawa.

"Ya terus kenapa kalian senyum-senyum kayak begitu?" tanyaku heran.

"Ih, masa kamu gak peka sih!" jawab Zahra sedikit sebal.

"Masa gitu aja gak ngerti sih, Cha. Maksud Ara tuh gini, kan murid baru tuh cogan ya, ya siapa tahu salah satu di antara kita bisa aja jadi jodohnya. Iya, 'kan?"

Ya ampun aku pikir apa, sampai aku menepuk jidat sendiri. Ternyata seorang Zahra yang lugu dan solehah pun bisa seperti ini.

"Tadi kan katanya ada dua alasan tuh, nah alasan yang kedua apa? Sampe kalian senyum-senyum kayak gitu," tanyaku.

Mereka hanya saling berpandangan. "Lah, kok malah pandang-pandangan sih, bukannya jawab." Aku semakin heran dengan tingkah mereka.

"Tapi kamu jangan marah, ya?" ucap Hana sembari tersenyum kikuk.

"Iya."

"Coba deh, kamu pegang rambut kamu," ucap Hana sambil menunjuk rambut bagian atas kepalaku. Aku pun menurutinya dan alangkah terkejut dan malunya aku.

"Ini kan kotoran burung. Aaaa ...." Aku berlari ke toilet untuk membersihkan rambutku.

Untungnya setiap hari aku bawa peralatan mandi ke sekolah–kecuali gayung, gak mungkin kan aku bawa-bawa gayung ke sekolah.

sekarang aku bisa keramas rambutku. Kalau sampai tidak memakai sampo dan masih bau, tamatlah riwayatku, apalagi kalau Trio Sengklek sampai tahu, sudah pasti mereka menjadikanku bahan ejekan.

Tak lama kemudian, aku kembali ke kelas. Setelah itu, bel pembelajaran pun berbunyi.

Di sisi lain, Udang and The Gengs tengah berusaha memanjat dinding belakang sekolah. Mereka tak ingin terkena hukuman dari wakasek yang hits-nya minta ampun.

Pil Pahit Hijrahku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang