Enjoy with my story ☕______________________________________
Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba. Walaupun semalam aku tak bisa tidur dengan nyenyak, akan tetapi subuh kali ini rasanya berbeda. Rasanya penat dan kantuk pergi begitu saja. Aku seperti mendapatkan kekuatan super anti kantuk untuk mengalahkan mata lelah dan rasa ingin tidur kembali.
Pukul 05.00 WIB, aku bersama seluruh temanku akan melakukan perjalanan yang cukup melelahkan. Namun, aku berharap perjalanan ini akan menjadi perjalanan yang menyenangkan.
Hawa dingin menyelimuti sekolah. Kali ini kedua orang tuaku mengantarkanku ke sekolah. Orang tua teman-temanku pun sudah berada di sekolah. Melihat suasana seperti ini, rasanya seperti waktu SD dulu. Sejenak aku seperti terbang melampaui ruang dan waktu, menyaksikan serangkaian peristiwa-peristiwa tempo dulu.
Ada rasa sedih saat akan melakukan perjalanan ini. Walaupun hanya beberapa hari, rasanya aku tak kuasa meninggalkan mereka berdua di rumah. Rasanya aku akan pergi meninggalkan mereka untuk selamanya. Namun, aku tepis semua perasaan itu. Aku tak mau berpikiran buruk. Aku yakin semuanya akan baik-baik saja.
Setelah seluruh siswa berkumpul dengan kelasnya masing-masing, para wali kelas membimbing anak-anaknya untuk segera menuju bus. Tak butuh waktu lama, satu per satu bus bergerak meninggalkan area sekolah. Para orang tua melambaikan tangannya saat bus mulai bergerak, dibalas lambaian tangan dari buah hatinya masing-masing. Saat aku melihat orang tuaku melambaikan tangan, aku pun membalasnya dengan lambaian tangan pula. Namun, lagi-lagi perasaan itu timbul kembali. Rasanya ini adalah lambaian tangan perpisahan. Tanpa kusadari, air mataku bergulir jatuh. Aku senderkan kepalaku ke jok kemudian memejamkan mata sejenak untuk menghilangkan rasa gundah ini.
Echa, percayalah! Semua akan baik-baik saja.
"Kenapa? Sampe nangis kayak gitu." Tiba-tiba orang yang duduk di sebelahku— yang tak lain dan tak bukan adalah si Udang bertanya. Aku sedikit terkejut sekaligus malu.
'Aduh, kenapa pake acara ngeliat sih nih bocah somplak!'
"G–gak papa kok. Lagian siapa juga yang nangis?" jawabku sedikit gugup.
"Heleh, pake ngeles segala. Terus itu yang bening-bening keluar dari mata kamu apaan kalo bukan air mata? Belek?" Aku membulatkan mata mendengar pertanyaannya.
"Apaan sih, aku gak nangis kok, orang cuma kelilipan," elakku dengan wajah sedikit sebal.
"Kelilipan? Dalem bus ber-AC, kelilipan apaan? Kelilipan AC? Ya kali AC mau kelilipin bocah kayak kamu," ledeknya dengan menaikkan salah satu sudut bibirnya.
'Nih orang resenya minta ampun. Minta dibacok pake tongkat sung go kong keknya.'
"Rese banget sih jadi orang!" Aku memalingkan wajah ke arah jendela. Malas sekali harus ribut dengannya di pagi buta begini. Lebih baik aku memakai bantal leherku kemudian melanjutkan tidurku yang tertunda.
Baru beberapa detik memejamkan mata, belum sempat aku terjun ke dunia mimpi, lelaki di sampingku ini memanggil.
"Merica!"
"Apaan?" ucapku sedikit malas dengan tidak menghadapkan wajahku ke arahnya.
"Mau minum antimo, gak?" tanyanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pil Pahit Hijrahku
Espiritual⚠️Zona campur aduk; baper, kesel, sedih, kocak, bahagia, semuanya bersatu. _________________________________________ Rasya Hanifah. Seorang gadis yang kerap kali dipanggil Echa itu memiliki kisah yang cukup unik. Berawal dari ia yang telat ke sekola...