Study Tour (3)

41.4K 1K 7
                                    


Enjoy with my story ☕

______________________________________

"Cha, bangun Cha!" Aku menggeliat malas.

"Merica, bangun ih!" ucap si Udang kesal kemudian memegang kedua pundakku dan menggoyang-goyangkannya.

Aku terbangun dan menguap. "Udah nyampe mana?" tanyaku sembari menggosok-gosok mataku, berusaha menghilangkan kantuk yang masih menggelayut.

"Ayo turun, kita udah di rest area. Kamu kan belum makan, jadi ayo cepet turun. Saya gak mau kena cairan yang keluar dari mulut kamu lagi," ucapnya dengan wajah dingin.

"Iya-iya, bawel banget sih."

"Udang!" panggilku.

"Apa lagi sih?" tanyanya dengan wajah malas.

"Maaf." Aku terkejut. Bisa-bisanya mulutku ini melontarkan sepatah kata yang berbobot ini. Aku menundukkan kepala saking malunya.

"Gak salah denger nih? Coba ulangin sekali lagi!" ucapnya.

"Iya, aku minta maaf karena gak denger ucapan kamu dan akhirnya malah muntahin kamu. Terus minta maaf juga karena susah dibangunin, jadinya kamu telat turun dari bus," ucapku dengan cepat.

Dia hanya tertawa. Terlihat puas sekali tertawanya.

"Malah ketawa. Aku serius, Kampret!" ucapku ketus. Dia akhirnya menghentikan tawanya.

"Sorry, aneh aja liat kamu bisa minta maaf sama saya. Berasa jadi keajaiban dunia yang ke-8," ucapnya kemudian diiringi tawanya yang khas.

"Dasar Kampret! Mubazir minta maaf sama kamu, gak ada faedahnya." Akhirnya kata hatiku terungkap juga.

Aku pergi meninggalkannya, bergegas mengisi perutku yang sudah keroncongan karena didemo masa cacing di perut.

Si Udang terdiam sejenak, kemudian melangkahkan kakinya ke tempat dua sohibnya.

💊

"Dari mana aja?" tanya Rusdi saat Rasyid menghampiri mereka.

"Iya, dari mana aja, Bradah?" Rusydan mendukung pertanyaan Rusdi.

"Biasa, abis bangunin kebo betina," jawab Rasyid santai. Mereka berdua saling pandang setelah mendengar jawabannya.

"Maksudnya?" tanya mereka berdua kebingungan.

"Ya itu siapa lagi, si Merica. Kalo dah tidur kagak inget dunia tuh bocah," jawabnya.

"Maneh bangunin Echa? Tumben baik sama dia," ucap Rusdi dengan terkekeh. Rasyid memutar malas bola matanya.

"Urang emang baik kali," ucapnya dengan kepercayaan diri yang sangat tinggi.

"Tapi khusus untuk si Merica, saya baik kali ini karena kasian aja dan juga amanat dari pak Ucok, gak lebih gak kurang," sambungnya.

"Heleh, biasanya juga maneh mah sableng sama guru. Tumben kali ini nurut-nurut aja sama pak Ucok," ucap Rusydan menimpali.

Pil Pahit Hijrahku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang