Restoran ramen tempatku bekerja berada di tengah bagian kota yang menjadi "red light district" (wilayah lokalisasi untuk prostitusi). Banyak pelanggan kami adalah PSK yang memesan makanan sebelum mereka "bekerja" sore harinya. Ada beberapa tempat kos-kosan yang dihuni para PSK di wilayah tersebut sehingga pelanggan kami cukuplah banyak. Belum lagi jika ditambah pria-pria hidung belang langganan mereka.
Restoran kami cukup populer karena layanan pesan antar yang kami tawarkan. Restoran kami memiliki empat pekerja, seluruhnya adalah pekerja paruh waktu, termasuk aku. Kami akan dibagi menjadi 2 pasang dan secara bergiliran melayani pelanggan di restoran atau mengantar makanan. Aku biasa dipasangkan dengan pemuda bernama Satoshi. Ketika kami berdua ditugaskan mengantar ramen, biasanya aku akan bertugas di wilayah utara dan ia bertanggung jawab di wilayah selatan. Namun Satoshi selalu menceritakan bahwa ia memiliki seorang pelanggan yang aneh.
Pelanggan tersebut selalu memesan makanan yang sama: nasi goreng. Satoshi tak pernah mendengar suaranya ataupun melihat wajahnya. Apartemen dimana ia tinggal juga sangat misterius, sehingga muncul desas-desus kalau mereka yang tinggal di sana terlibat dengan yakuza.
Satoshi mengatakan bahwa setiap hari ia harus mengantarkan nasi goreng tepat jam 6 sore di kamar nomor 3 sebuah apartemen tua tak jauh dari restoran kami. Ia harus meninggalkannya di pintu dan kembali ke toko tanpa pernah melihat apalagi berbicara dengannya.
Dulu, seorang pria berpakaian serba hitam datang dan memesan makanan untuk orang tersebut. Karena kami tahu wilayah tersebut adalah daerah yang berbahaya karena dikuasai yakuza, maka kami tak menanyakan siapa dia sebenarnya.
Ketika Satoshi menceritakan tentang pelanggannya yang aneh tersebut, kami pun mulai menebak-nebak siapa dia sesungguhnya.
"Dia pasti seorang buronan."
"Atau dia bersembunyi dari seseorang... mungkin saksi pembunuhan?"
Satoshi mungkin tak pernah melihat orang tersebut atapun mendengar suaranya, namun ia tahu persis bahwa orang itu adalah seorang wanita. Karena tiap kali ia mengambil piring nasi goreng tersebut keesokan harinya, selalu nampak noda lipstik di piring tersebut.
Selain Satoshi, tak ada satupun dari kami yang pernah pergi ke apartemen tersebut sehingga kamipun tidak begitu penasaran. Satoshi di lain pihak, sangatlah penasaran tentang apa yang sebenarnya terjadi di sana.
Dia kadangkala bertanya dengan para pelanggan lain mengenai wanita tersebut, namun tak ada satupun yang mau menjawabnya. Bahkan bos kami, pemilik restoran, mengatakan, "Ada baiknya kamu tidak mengetahuinya. Biarkan saja, kamu mungkin bisa terluka."
Suatu hari, setelah kami menyelesaikan pekerjaan kami, Satoshi dan aku sedang berjalan pulang ketika ia kembali mengungkit masalah tersebut.
"Uhm.... kupikir aku harus mencoba mengetuk pintu pelanggan itu," ia berpikir dengan cara demikian, wanita misterius tersebut akan membuka pintu dan akhirnya Satoshi dapat melihat siapa dia sebenarnya.
"Itu kedengaran seperti ide yang bagus," aku menjawab sambil tertawa, karena kupikir ia bercanda, "Lakukan saja!"
Aku mengambil cuti panjang selama 3 hari selepas percakapan itu. Ketika aku kembali bekerja, bosku terlihat cemas.
"Hei, kamu berteman dengan Satoshi kan?"
"Ya. Ada apa memangnya? Apa terjadi sesuatu dengannya?"
Satoshi menghilang. Tiba-tiba saja ia menghilang.
Di hari dimana ia menghilang, ia melakukan pekerjaannya seperti biasa. Ia pergi mengantarkan pesanan wanita tersebut dan kemudian pulang untuk melayani pelanggan di sini. Namun pada suatu saat di sore tersebut, ia tiba-tiba menghilang.
Pegawai yang lain mengira ia mungkin berada di kamar mandi. Namun setelah dicari, ia tak ada di sana. Baju-bajunya masih berada di loker, begitu pula tasnya. Ia seakan-akan lenyap begitu saja.
"Apakah Satoshi mengatakan sesuatu padamu? Apakah ia sepertinya memiliki masalah sehingga kabur seperti itu?" bosku bertanya.
Aku menggeleng. Aku berteman baik dengan Satoshi, namun ia nampak baik-baik saja. Tak ada tanda-tanda ia akan kabur seperti itu.
Bosku mengecek keberadaan Satoshi di tempat tinggalnya, namun sepertinya ia juga belum pernah kembali ke sana. Kami menghubungi orang tuanya dan mereka segera mengirimkan laporan orang hilang ke kantor polisi.
Menghilang dari tempat kerja dan meninggalkan semua barang-barangmu... ini semua jelas sangat aneh!
"Aku menduga ia pasti terlibat dalam sesuatu yang berbahaya." kata salah seorang teman kerjaku. Akupun mengira demikian.
Namun tentu saja kecurigaanku jatuh pada wanita misterius yang menjadi langganannya itu. Apakah Satoshi benar-benar mengetuk pintunya? Apa yang terjadi setelah itu? Apa ia melihat sesuatu yang harusnya tidak ia lihat?
Setelah Satoshi menghilang, akupun menggantikannya mengantarkan pesanan ke wanita misterius itu. Seperti yang selalu digambarkan Satoshi, pelanggan tersebut selalu memesan nasi goreng. Setiap hari ia selalu memesan makanan yang sama.
Namun kali ini ada satu perbedaan.
Ia memesan tidak hanya satu, melainkan dua.
Pria berpakaian serba hitam datang lagi dan memberi pesanan baru selepas Satoshi menghilang.
"Tambah satu lagi nasi goreng. Pesanan ini harus diantar bersama pesanan biasanya ke kamar nomor 3."
Aku mengambil piring kotor keesokan harinya di depan kamar nomor 3. Ada dua pasang piring di sana. Salah satu piring kosong dengan noda lipstik, namun satu piring lagi memiliki acar di atasnya. Siapapun yang memakannya, menyisakan acar tersebut.
Akupun mulai gemetar ketakutan sambil menatap pintu yang tertutup di hadapanku.
Satoshi sangat membenci acar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Creepy Pasta
HorrorJangan terlalu terpengaruh. Nikmati saja. Karena masih ada yang lebih menakutkan dari hantu. Manusia.