5. Aku Tahu Hari Ini Akan Jadi Hari yang Buruk

2.8K 154 6
                                    

Aku tahu hari ini akan jadi hari yang buruk saat aku menyaksikan seekor kucing tergilas mobil. Ban mobil itu melindas punggungnya dan setelah mobil itu menggilasnya, aku bisa melihat sekujur tubuhnya telah membengkok menjadi huruf U. Kepala dan ujung ekornya menunjuk ke atas, bagian perutnya hancur dan tumpah ruah di atas aspal. Makhluk malang itu tak mati seketika. Ia memuntahkan darah dan bernapas tersengal, dengan bola mata melotot lebar hingga hampir melompat keluar, dan mengeong kesakitan sebelum nyawanya akhirnya benar-benar tecabut dan ringkikan napasnya terhenti. 

Ketika melihatnya, aku menjerit dan berusaha keras agar tidak muntah. Si brengsek yang melindasnya bahkan tak repot untuk berhenti. Aku mulai mengatur napasku yang tersengal-sengal karena panik dan duduk di trotoar sementara air mata mulai mengaburkan pandanganku.

Aku sama sekali tak kuat dengan hal-hal yang berbau darah kental. Aku akui, aku memiliki mental yang lemah apabila berhadapan dengan hal-hal semacam itu. Aku mudah terkena serangan panik dan menghancurkan mental. Terapi yang seimbang dengan pemakaian obat-obatan anti-depresi telah membantuku menghadapi hal-hal yang membuatku tak nyaman atau membuat stress. 

Lucu bagaimana otakmu akan berusaha melindungimu dari hal-hal semacam itu. 

Ibuku sering mengatakan bahwa tiap hari adalah hadiah, penuh dengan kemungkinan dan harapan. Hari ini jelas tidak memiliki awal yang baik. 
Aku memikirkan tentang kucing itu sepanjang hari kerjaku. Aku terus mendengar suara retakan tulangnya yang hancur ketika ban mobil meratakannya di aspal. Aku mendengar hentakan napasnya yang terdengar putus asa dan pasrah, hampir terdengar seperti tangisan bayi. Tiap kali aku menutup mataku, yang terlihat hanya bayangan mengerikan itu. Terlalu banyak darah, serpihan tulang, dan semburan bagian dalam tubuhnya... aku tak bisa melepaskannya dari benakku. Mereka seakan sudah menodai alam bawah sadarku. 

Aku pergi keluar untuk makan siang di luar, mencoba menghirup udara segar dan melupakan kejadian tadi pagi. Aku tak ingin kembali ke tempat dimana kucing itu terlindas mobil, namun mau tak mau aku harus melewatinya agar bisa pergi ke cafe terdekat. Aku benar-benar memerlukan kopi saat itu, jadi aku pasrah saja. 

Ketika aku sudah hampir mendekati lokasi tersebut, aku melihat kerumunan orang. Aku juga melihat polisi mencoba mengatur lalu lintas dan pita kuning untuk mengamankan TKP direntangkan di sepanjang jalan. Ketika aku mendekat, aku melihat mobil polisi, ambulan, dan kerumunan orang yang berwajah pucat. Di tengah semuanya, aku bisa menyaksikan sebentang selimut, merah, bak terendam oleh darah, menutupi dimana kucing tadi terbaring tak bernyawa. Tak jauh dari selimut itu, aku melihat sebuah sepatu mungil, bernoda darah pula, tergeletak begitu saja di aspal. Aku merasakan kulitku merinding dan pandanganku mulai kabur ketika aku mendengar kembali tangisan terakhirnya dan suara retak saat mobil itu melindas tubuhnya. Suara itu kembali bergema di benakku. 

Lucu bagaimana otakmu akan berusaha melindungimu dari hal-hal semacam itu.

Creepy PastaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang