FYI ini adalah cerita pertama yang saya terjemahkan sendiri dari website creepypasta.com dengan judul asli 'The Most Terrifying 911 Call I've Ever Received' yang dikarang oleh Cole Long. Jadi bila terjemahannya kurang baik mohon dimaafkan.
***
"911. Apa keadaan darurat anda?" Aku bertanya tepat setelah mengangkat telepon.
"Ada kelelawar di rumahku!" Suara teriakan terdengar dari seberang. "Tolong kirim seseorang kemari untuk menangkapnya."
"Baik nyonya, aku akan mengirim pengendali binatang secepat mungkin." Sang penelpon berterima kasih padaku dan berkata bahwa dia akan menunggu bantuan dari kami di luar. Aku menekan tombol untuk mengirim responden darurat dari unit terdekat.
Aku duduk dalam kubikelku, menggambar dengan menggunakan pulpenku di atas lembaran kertas putih kosong. Menjadi seorang pengirim bantuan tidak selalu mudah. Terutama di tengah antah-berantah Montana yang penduduknya hanya 500 orang. Kami sering menerima berbagai panggilan yang melaporkan kucing hutan, banteng, dan beruang masuk ke halaman depan, remaja yang hanya menelpon iseng karena bosan, dan tentu saja, berbagai keadaan darurat dalam kegiatan berburu. Namun panggilan-panggilan ini sangat jarang kami terima, terkadang kami bahkan tak mendapat satupun panggilan selama beberapa jam. Yang malah membuat shift malam terasa lebih sulit untuk dilalui.
"Kara?" Aku mendengar atasan datarku memanggil sambil menuruni tangga.
"Aku di sini!" Aku berteriak balik, masih menggambar di atas kertas. Aku mendengar suara langkah kakinya terhuyung berjalan ke arah mejaku.
"Oh, hey," katanya, menyembulkan kepalanya untuk melihat ke dalam kubikelku. "Aku sudah mau pulang. Apa kau membutuhkan sesuatu sebelum aku pergi?"
"Ku rasa tidak ada." Aku meneguk kopiku yang kini sudah dingin.
"Aku akan mematikan lampu-lampu yang tersisa kalau begitu. Semoga malammu menyenangkan."
Aku mendengar suara lampu-lampu dimatikan di lorong. Lampu yang kami miliki di kantor adalah lampu neon yang menimbulkan suara seperti dengungan lebah ketika kau berada di bawahnya. Aku benci ketika mereka dimatikan, seluruh kantor menjadi sangat hening. Berada di dalam bangunan ini sendirian sepanjang malam, imajinasi akan dengan mudah merasuki pikiranmu.
Aku duduk di mejaku menatap ke tujuh layar yang ditampilkan di monitor di hadapanku. Di setiap layar, aku bisa melihat masing-masing responden darurat dan di mana mereka berada. Aku mulai mengingat nama-nama jalan dalam area tempat kami beroperasi. Saat ini belum ada apapun yang terjadi. Sejauh ini malam berlalu dengan sangat tenang.
Meneguk kopiku yang telah dingin, aku mulai mencatat daftar belanjaanku untuk besok. Di titik ini kopi sangat membantuku untuk tetap terjaga pada jam satu pagi. "Apa yang ku butuhkan," tanyaku pada diriku sendiri. Aku menulis di kertas bahwa aku membutuhkan ayam, sayur, tisu toilet, wine... beberapa botol wine. Aku menyelesaikan daftarku, melipat dan memasukkannya ke kantong celana jeansku.
Suara bip mulai terdengar melalui headphoneku menandakan ada seseorang yang menelpon. Aku melihat ke layar seiring dengan munculnya nama dan nomor si penelpon.
"911, apa keadaan darurat anda?" Aku menanyakannya dengan jelas pada penelpon di seberang sana.
"Aku butuh bantuan," kata seorang anak kecil.
"Siapa namamu? Apa yang bisa kulakukan untuk membantumu?" Aku bertanya kembali kepada anak perempuan yang ketakutan ini.
"Aku butuh bantuan," katanya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Creepy Pasta
HororJangan terlalu terpengaruh. Nikmati saja. Karena masih ada yang lebih menakutkan dari hantu. Manusia.