Creepypasta ini menceritakan tentang trauma masa lalu yang dialami seorang pemuda sehingga ia tak pernah mandi menggunakan shower selama 21 tahun.
***
Aku selalu bermimpi buruk. Aku terjebak di dalam kamar mandi. Lubang pembuangannya tersumbat dan air tak mau berhenti mengalir. Air menggenang hingga ke pergelangan kakiku, naik hingga pinggangku, hingga akhirnya membenam kepalaku. Tirai kamarku seakan berubah mengeras menjadi kaca. Aku tenggelam di dalam kamar mandiku sendiri dan teriakanku segera berubah menjadi gelembung-gelembung udara. Sebuah bayangan hitam menempelkan wajahnya di dinding kaca, mengawasiku dari sisi yang lain. Aku mencoba memohon belas kasihannya, namun ia tak mau membiarkanku keluar. Aku menelan air dan kehabisan napas. Akhirnya mengapung tak berdaya di dalam peti mati kacaku.
Aku terbangun dengan terengah-engah.
Aku tahu darimana mimpi buruk itu berasal. Aku tak perlu menggali terlalu dalam ke dalam pikiranku untuk mengetahuinya. Insiden yang menyebabkan mimpi buruk selalu tak pernah jauh dari alam bawah sadarku. Menemukannya itu mudah.
Melupakannya, itu yang sulit.
Aku ingat dengan baik hari di mana semua itu dimulai. Pada ulang tahunku yang ke-12 ketika keluarga Hudson pindah ke seberang rumah. Saat pertama kali melihat mereka, ada tiga anggota keluarga itu, salah satu di antara mereka adalah seorang nenek yang benar-benar kurus. Tubuhnya kecil, kurus, hingga hanya terlihat seperti tulang yang terbungkus kulit. Rambutnya yang tipis berwarna seputih salju. Ia mengenakan gaun berwarna biru dengan motif bunga-bunga yang kuno. Kepalanya seakan tergantung di lehernya dan bergerak seperti bandul ketika sang pria mendorongnya di atas kursi roda memasuki rumah. Pada waktu itu, aku bahkan tidak tahu apakah nenek itu masih hidup ataukah sudah mati.
Beberapa menit kemudian ia muncul di balik jendela lantai atas, masih duduk di kursi rodanya. Ia duduk menghadap tepat ke arah kamar tidurku, yang juga berada di lantai dua rumahku. Rasa penasaranku mendorongku untuk menyibakkan tirai jendela sedikit untuk mengintipnya. Kepalanya tiba-tiba tegak, menatapku. Ia terus menatapku, tanpa mengedipkan matanya sekalipun.
Aku menutup tiraiku kembali.
Selama berhari-hari ia hanya duduk di depan jendela. Ada banyak yang bisa ia lihat dari jendela lantai dua kamarnya. Ada mobil yang lalu lalang dan anak-anak yang tengah bermain di jalan. Namun nenek itu hanya memilih menatap ke depan, ke arah kamarku. Aku tak pernah melihat seorangpun selain nenek itu di dalam kamar itu. Bahkan aku tak pernah melihat kursi rodanya bergerak sedikitpun. Pada malam hari, aku dengan gugup mengintip dengan menyibakkan sedikit tirai jendelaku. Siluetnya masih terlihat samar di jendela, dengan lampu mati, dan posturnya masih menatap ke arah kamarku. Aku bisa mengatakan bahwa bahkan pada malam hari, ia masih mengawasiku.
Cerita tentang nenek aneh segera menyebar dengan cepat di kalangan teman-teman sekolahku. Ada yang mengatakan nenek itu sebenarnya penyihir. Ada juga yang mengatakan nenek itu sebenarnya sudah meninggal. Ada yang mengatakan nenek itu hanyalah sebuah boneka. Tentu saja hal yang menyebabkan rumor-rumor itu adalah kenyataan di mana tak seorangpun pernah melihatnya bergerak sedikitpun dan meninggalkan jendela kamarnya. Bahkan aku tak pernah sekalipun melihat kepalanya bergerak atau menoleh. Aku bisa merasakan bahwa ia sedang mengawasiku, mempelajariku. Sendirian di dalam kamar saar malam, aku selalu menutup tirai jendelaku rapat-rapat. Kadang-kadang aku terbangun tengah malam dan gemetar. Aku tahu ia sedang memperhatikanku, aku tahu itu.
Aku mulai tidur di atas lantai. Semakin rendah aku berada, semakin baik. Mungkin ia tak bisa melihatku jika aku berbaring di lantai.
Aku mengatakan pada orang tuaku bahwa nenek yang berada di seberang jalan membuatku ketakutan. Aku memohon mereka agar berbicara dengan keluarga Hudson dan meminta mereka memindahkan nenek itu ke sebuah ruangan tanpa jendela. Mereka malah menertawakanku dan menyuruhku agar membiarkan nenek itu menghabiskan sisa umurnya dengan tenang. Ia hanya ingin melihat jalan dan orang-orang, kata mereka, dan mungkin itu bisa membuatnya bahagia dan merasa lebih muda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Creepy Pasta
HorrorJangan terlalu terpengaruh. Nikmati saja. Karena masih ada yang lebih menakutkan dari hantu. Manusia.