Aku mengenalnya pertama kali dari pertemananku di Facebook.
Sebelumnya aku akan menceritakan diriku terlebih dahulu, aku adalah seorang yang aktif di media sosial, aku suka menulis dan membuat cerita-cerita seram kemudian menyebarkanya lewat wall sebuah halaman milikku dan menggunakan nama Anonim untuk menyembunyikan jati diriku atau mempostingnya di blog pribadiku.Kebanyakan cerita yang ku tulis adalah, cerita-cerita fiksi yang ku buat dengan imajinasiku.
Kehidupan duniaku cukup normal, hanya sedikit teman dan tanpa kekasih. Cukup normal menurutku sebenarnya. Siapa yang butuh kekasih bila kau memiliki banyak teman di dunia maya yang siap mendengarkan ocehanmu ketika kau mengalami kesulitan.Dari aktivitas dunia mayaku, aku semakin terkenal. Banyak yang berhasil membongkar jati diriku. Siapa aku sebenarnya.
Bahkan banyak dari mereka yang mencoba berinteraksi denganku, seperti mengirimiku pesan atau sejenisnya. Ku pikir, aku cukup senang dengan aktivitas dunia mayaku ini.
Sampai aku mengenalnya.
Dia adalah gadis yang manis. Itupun bila foto-foto yang dia gunakan adalah benar-benar foto miliknya.
Awalnya dia mengirimiku pesan, mengatakan bila aku adalah seorang penulis berbakat dan kenapa aku tidak mencoba mengirim karyaku ke penerbit. Dia mengaku dia adalah penganggumku.
Aku membalasnya dan terjadi obrolan-obrolan ringan antara kami berdua.
Semakin lama, kami semakin akrab.
Namun hubungan kami terkendala jarak yang cukup jauh. Aku tidak mungkin mengunjunginya dan begitupun dengannya.
Suatu hari, ku pikir. Aku harus mengutarakannya. Mengatakan padanya bila aku mencintainya, meskipun kami tidak pernah bertemu sebelumnya.
Ku beranikan diri untuk menyatakan semua itu lewat sebuah pesan. Selama beberapa hari, tidak ada balasan.
Aku selalu menunggu jawaban pesanku. Sampai, akhirnya dia membalasnya. Dia terlihat ragu dengan hubungan kami. Dia menjelaskan, dia tidak akan bisa bertahan, jarak terlalu sulit untuk diterima.
Beberapa hari kemudian, aku melihat status hubunganya sudah bersama dengan pria lain. Pria yang menurutku tidak jauh lebih baik dariku.
Setelah itu, kami tidak lagi terlibat hubungan apapun. Aku tidak lagi membalas pesan-pesan miliknya.
Sampai suatu hari. Aku mengiriminya pesan. Mencoba bertanya, kepadanya. "Bagaimana kabarmu?"
Beberapa hari kemudian, dia membalasnya.
Dia bilang dia baik-baik saja. Dia bertanya hal yang sama kepadaku. Kami kembali terlibat obrolan ringan. Aku tidak pernah bertanya seputar hubunganya, alasan terbesarku.
Aku sudah kehilangan perasaan itu cukup lama.
Namun yang berbeda, dia semakin intens bertanya tentang kehidupan pribadiku.
Semakin hari, pertanyaanya semakin aneh. Dia bertanya sesuatu yang cukup pribadi, seperti berapa tinggiku, apa yang ku lakukan (dia bertanya ini bahkan sampai 10 kali), berapa ukuran bajuku.
Aku mulai cukup terganggu dengan pertanyaanya. Jadi, aku mulai menjauhinya.
Suatu malam, dia mengirimiku sebuah pesan.
"Kenapa kau menjauhiku?"
Aku mencoba menjelaskan kepadanya kalau aku cukup sibuk. Sepertinya dia tidak percaya, dan malam itu, dia bertanya sesuatu yang membuat bulu kudukku merinding.
"Kau percaya dengan hantu?"
"Hei. Aku tidak suka membicarakan hal ini," balasku.
"Kenapa?" Ia menjawab.
"Aku sebenarnya takut dengan hantu," aku kembali menjawab.
Setelah percakapan itu, dia tidak membalasnya. Setelah ku pikir, cukup untuk malam ini. Tiba-tiba dia kembali mengirimiku sebuah pesan aneh."Kau percaya, bila di sudut ruanganmu, ada wanita yang menatapmu, rambutnya panjang sampai menyentuh lantai?"
Saat itu, entah apa yang terjadi. Aku benar-benar merinding.
"Lelucon yang bagus, tapi aku sedang tidak mau bercanda."
"Kau pernah melihatku bercanda? Sepertinya kau harus percaya pada ucapanku," dia membalasnya.
Selama waktu itu, aku tidak berani menatap sudut kamarku. Entah apa yang terjadi, aku takut.
Untuk mengujinya, kemudian aku mengajukan sebuah pertanyaan kepadanya."Baiklah. Kau tahu apa yang sedang aku lakukan?"
"Kau sedang duduk menatap laptopmu," balasnya.
Aku tertawa sembari berbicara dalam hatiku.
"Tentu saja. Semua orang akan menjawab hal itu." Namun sebelum aku membalasnya, sebuah pesan masuk.
"Dan aku sedang melihatmu, tersenyum, berusaha menenangkan diri."
Setelah semua itu. Aku pergi keluar dan tidak kembali lagi ke kamarku.
Beberapa hari ini, dia tidak lagi mengirimiku pesan, begitupun juga denganku. Namun, aku masih penasaran dengan siapa dia sebenarnya. Ketika aku mencoba mencari tahu, aku teringat dengan kekasihnya. Sangat konyol bila aku begitu tertarik dengan gadis ini.
Aku menghubungi kekasihnya, dan dia menceritakan sesuatu yang membuatku tidak akan pernah percaya seumur hidup. Gadis itu telah meninggal 1 tahun yang lalu. Aku mencoba menahan untuk tidak bercerita soal akun sosial media miliknya.
Selama beberapa hari berikutnya, kami tidak lagi saling mengirimkan pesan dan aku masih membaca pesan-pesan sebelumnya. Aku mencoba memikirkan, hal yang masuk akal. Mungkin ada orang lain yang sekarang memegang akun miliknya.
Malam itu. Saat aku sedang menulis sebuah cerita, aku mendengar pesan masuk.
Itu adalah dia. Mengatakan "hai" dengan emoticon senyuman di ujung pesannya.
Aku membeku melihat pesan itu. Tiba-tiba pesan beruntun masuk.
"Jadi kau sudah tahu semuanya."
"Sekarang apakah kau percaya, wanita yang di sudut kamarmu itu aku."
"Aku harap, sekarang kau tidak takut. Karena aku akan selalu mengawasimu"
Sampai saat ini. Aku belum membalas pesanya. Satu cerita yang kini akan terus aku percayai. Kita tidak akan pernah tahu, mungkin di antara pertemanan di dalam kontak Facebookmu, beberapa adalah orang yang sudah meninggal. Ku harap. Kau lebih berhati-hati saat menerima pesan dari teman Facebookmu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Creepy Pasta
HorrorJangan terlalu terpengaruh. Nikmati saja. Karena masih ada yang lebih menakutkan dari hantu. Manusia.