"Mungkin luka selalu beriringan dengan suka-"
Inggrit seharusnya harus sadar akan hal ini sejak awal, sadar jika tidak ada hubungan apa-apa antara dia dan Bryan.Tapi, begitulah perempuan. Selalu mudah untuk mengambil hati. Dan lupa jika ia akan tersakiti.
Dari awal kan sudah jelas, bahwa Bryan hanya menganggapnya sebagai teman, tidak lebih. Akan saja yang membuat hati Inggrit merasa jatuh adalah ketika Bryan memilihnya ketika dia sangat sedih.
Cukup, jika diingat-ingat lagi akan menambah sesak saja.
Mungkin karena kelelahan atau entah apa, Inggrit dari sore kemarin sehabis pulang dari rumah tante Bryan tertidur panjang sampai pagi ini.
Mamanya yang melihat itu hanya geleng-geleng kepala saja. Tak berniat membangunkan, akan tetapi sekarang saatnya untuk sekolah.
"Ily, bangun. Udah jam setengah tujuh loh. Nanti telat, ayo bangun" ucap Mama Inggrit sambil membuka gorden di kamar Inggrit.
Merasa terusik dengan cahaya matahari yang menyilaukan matanya, Inggrit mengerjapkan matanya. Mungkin proses loading Inggrit sesudah tidur adalah melihat ke arah jam. Dan ketika sarafnya telah terhubung kembali lalu dia langsung bangun dari tempat tidurnya dan menuju kamar mandi.
"Ihh Mamaaaa, kenapa nggak bangunin akuu sih dari tadii kan jadi telat inii, Huaaaa" rengek Inggrit di dalam kamar mandi
"Makanya jangan galau-galau dong. Sampai tidur seharian gitu" Ujar Mamanya sambil berlalu dari kamar Inggrit
Dengan sekejap kilat, Inggrit memakai baju dan menyisir rambutnya dan tuka lupa menyusun buku mata pelajaran hari ini.
"Maa, aku berangkat duluuuuu" ujar Inggrit berlari keluar rumah dan berangkat sekolah diantar sama bapak supir kesayangan
"Anak itu, semoga aja mag nya nggak kambuh lagi"
Untung saja bapak supir kesayangannya ini bisa ligat. Sehingga Inggrit tidak terlambat ke sekolah. Pas pada jam tujuh tiga puluh.
Menyusuri koridor demi koridor untuk menuju kelasnya. Rupanya dari arah ruang guru Bu Berta sudah semakin dekat ke kelasnya. Melihat itu Inggrit langsung berlari dengan sekuat tenaga.
"Selamat pagi anak-anak"
"Pagi Buuu"
Melihat Inggrit yang ngos-ngosan dan melipat tangannya ke meja untuk menjadi bantalan Melanie langsung cemas.
"Ing lo kenapa?"
"Nggak apa-apa, tadi aku takut telat aja, makanya lari"
"Yaah gue kira lo lagi jatuh cinta"
"Cintanya udah mati, Mel" jawab Inggrit dengan suara pelan
"Hah?" Biasa, Melanie lah namanya kalau bicara selalu dengan nada Do tinggi
"Melanie kamu ada apa?" tanya Bu Berta
"Engg..enggaa ada kok, Bu. Hehehe" jawab Melanie berusaha tersenyum manis
"Baiklah, kumpulkan tugas minggu kemaren" ujar Bu Berta lugas
KAMU SEDANG MEMBACA
VOI
Teen FictionCinta itu ibarat candu. Jika kita semakin mendekatinya, maka akan semakin dekat pula rasa sakit yang akan diderita. Karena pilihan dalam percintaan hanya dua, yaitu mencintai dan dicintai. Dan lebih mengasyikkan lagi jika suatu hubungan itu saling...