Hati-hati saat mengatakan terlalu benci, perasaan seseorang itu ibarat waktu, ia akan berubah, berjalan, dan berlalu seiring waktu juga
"Lo buta? Ga bisa liat mata gue?" jawab Kenzo saat ini ia masih anteng-anteng saja karena ia tidak merasa bersalah tentunya
"Apa sih salah gue sama lo Ken? Mulai sekarang gue benci sebenci-bencinya sama lo!! Dan ingat, jangan pernah liatin muka lo di depan gue lagi" ujarnya lalu pergi dari kerumunan yang telah melingkarinya tadi dan segera menghapus air matanya yang menetes
Kini ia berjalan menuju UKS, rasa sakit akibat terjatuh tadi sudah mulai terasa. Padahal di awal-awal ga ada terasa apa-apa. Mungkin rasa malu mengalahkan segalanya. Ditambah cowok paling menyebalkan yang Melanie jumpai seumur hidupnya.
Luka yang ada di dagu Melanie sudah diobati yang menjadi petugas UKS hari ini. Untung saja lukanya tidak terlalu besar, cukup diperban saja.
"Sakit ya Mel? Kalau ga kuat masuk kelas gapapa ntar gue izinin ya. Atau ngga lo pulang aja gimana?" tanya Inggrit cemas
"Ga terlalu sih, gapapa kok Ing. Iya gue pulang ajadeh, lo tolong izinin gue ya Ing"
"Istirahat dirumah ya. Lo bisa pulang sendiri? Kalau ngga gue minta tolong Arga buat nganterin lo gimana? Kan karna temennya lo jadi luka begini"
"Ah ga usah Ing. Males gue repotin orang"
"Yaudah hati-hati ya Mel" ujarnya sambil tersenyum ke arah sahabatnya itu
Melanie berjalan ke arah parkiran dan mendekati motornya.
"Mel tunggu" dari kejauhan Revan memanggil Melanie, Melanie memang selalu membawa motor ke sekolah.
"Ngapain lo?" tanya Melanie jutek, ia pasti masih kesal karena Kenzo tadi dan berguna juga untuk teman-temannya. Cewek emang gitu. Sekali kesel sama orang, kesel juga sama temen-temennya.
"Gue anter!" itu adalah kalimat perintah bukan pertanyaan sepertinya
"Ogah"
"Kenzo minta tolong gue buat nganter lo"
"Oh temen lo itu merasa bersalah? Knapa ga dia aja yang berhadapan langsung sama gue? Ga brani? Merasa bersalah?"
Revan tidak menjawab, dia menarik tangan Melanie menuju motornya.
"Eh trus motor gue gimana? main tarik-tarik tangan anak orang aja lo"
Sejenak Revan berfikir. Ternyata Inggrit masih melihat mereka daritadi.
"Inggg" panggil Revan
Inggrit yang merasa dipanggil lalu Inggrit mendekat ke arah Revan dan Melanie "Titip motor Melanie ya, ntar lo bawa. Bisa kan?" ujar Revan
"Bisa kok. Lo anterin Melanie selamat sentosa sampe rumahnya ya Van"
Belum sempat Revan menjawab Melanie sudah menggas duluan.
"Eh enak aja lo, ntar Inggrit jatoh gimana?!" Melanie masih saja ngegas dan menghawatirkan sahabatnya itu
"Ih gue pro kok Mel. Seloww"
"Sok pro lo, ntar lo jatoh gue yang brabe"
"Udah punya SIM gue Mel, brarti udah pro itu" jawab Inggrit meyakinkan temannya dengan mengedipkan matanya beberapa kali
"Yaudah, hati-hati ntar. Gue karna lemes aja nih, kalau ngga ga akan mau gue dianterin sama jomblo ngenes" Ujarnya yang menatap angkuh ke arah Revan, Inggrit hanya tertawa mendengar ocehan temannya itu
KAMU SEDANG MEMBACA
VOI
Teen FictionCinta itu ibarat candu. Jika kita semakin mendekatinya, maka akan semakin dekat pula rasa sakit yang akan diderita. Karena pilihan dalam percintaan hanya dua, yaitu mencintai dan dicintai. Dan lebih mengasyikkan lagi jika suatu hubungan itu saling...