🌻6

53 8 0
                                    

"Mau sampai kapan kita seperti ini? Lusa, Ayahmu sudah sampai Batavia, kan? Dan bulan depan adalah pernikahan kalian."

"Bisa berhenti membahas pernikahan?"

Jayden menunduk, Dinda beranjak dari duduknya.

"Ayo kita kawin lari saja!"

Jayden mendongak, wajahnya terkejut.

"Kita saling mencintai, kenapa harus berpisah hanya karena tidak mendapat restu? Ini hidup kita. Mengapa mereka yang menentukan?"

"Tidak, Dinda... kita tidak bisa melakukan itu."

"Lalu apa mau mu? Menyerah dengan hubungan kita?"

Jayden menunduk, Dinda kembali duduk di sebelah pria itu. Hening menyelimuti keduanya yang terdiam beberapa saat.

Dinda merasakan firasat buruk ketika tiba-tiba Jayden memeluknya.

"Dinda, mari kita akhiri saja. Jadilah istri yang baik untuk Elang. Tunjukan apa itu arti cinta dan keluarga kepadanya. Jangan membuat anak-anak kalian nanti mengalami nasib yang sama seperti aku dan Elang. Dia pria yang baik, Elang pasti bisa membuat kamu bahagia."

Kedua mata Bu Prita sudah berkaca-kaca, merasa terharu. Begitu juga dengan respon teman-teman sekelas, beberapa di antara mereka ada yang sudah menangis, mengelap ingusnya dengan tissu.

"Kenapa harus berpisah?"

Seruan Elang membuat seisi kelas menatap penuh ke arahnya, Dinda dan Jayden yang terkejut sontak melepas pelukan mereka, ikut menoleh ke pemuda itu.

"Gue paling nggak suka sama cerita sad ending, So... mending kalian yang nikah aja. Lagian gue juga nggak suka sama Dinda."

Perkataan Elang mengundang pelototan mata dari keempat anggota kelompoknya, seakan mengatakan...

[Dinda] Lo tuh apa-apaan sih?

[Jayden] Bocah edan! Nggak ada di naskah, ego!

[Syakilla] Nyesel gue nggak jadi depak tuh manusia satu!

[April] Elang Babik, gue bunuh lo sekarang!

Tapi Elang tidak peduli, malah semakin menjadi. Bahkan dia tidak menggunakan bahasa baku, membuat anggota kelompoknya terutama Syakilla frustasi dibuatnya.

Bahkan Bu Prita juga bingung, kembali mengecek naskah milik kelompok 1. Tapi guru cantik itu tidak menemukan dialog yang di katakan Elang barusan.

"Sebenernya, gue sukanya sama adek lo, Dinda."

Elang menggenggam tangan April, membuat gadis itu terbelalak kaget.

Meski kepalanya mumet, Syakilla tetap tidak menyerah memberi kode pada Elang melalui gerakan bibirnya... bahasa! Pake bahasa baku, dodol!

"Elang, apa maksudmu? Bukankah kau sangat mencintai Kak Dinda? Kau bahkan rela membantu Kakakku setiap mau menyelinap kabur hanya untuk menemui Jayden."

April mengatakan kalimat itu dengan mata melotot, berharap Elang menerima kodenya dan kembali pada naskah awal.

"Tidak, April. Kau salah. Selama ini aku mencintaimu, bukan Kakakmu!"

Perkataan Elang membuat April menginjak kaki pemuda itu. Kelakuan randomnya memang sulit diprediksi.

"Omo!"

"Wah wah... ape nih?"

"Berasa nonton drakor, anjay!"

"Anjir, akting apa beneran nih?"

IrreplaceableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang