🌻23

60 7 0
                                    

Elang terus memperhatikan April, merasa khawatir karena seharian ini gadis itu nampak anteng di tempat duduknya. April terlihat lesu, kepalanya direbahkan di atas meja menghadap jendela.

April kenapa sih?

Karena Elang tak lagi duduk semeja dengan April, alhasil pemuda itu melempar pesawat kertas ke arah April. Tepat sasaran mengenai kepala gadis itu.

Biasanya, April akan langsung berteriak mencari siapa yang menjahilinya dan berakhir mengejar Elang kemudian menghajar pemuda itu. Tetapi kali ini tidak. Meski Elang sudah melempar pesawat kertasnya yang ke sepuluh pun, April tetap tidak merespon.

"Lempar sekali lagi, gue lempar sepatu!"

Itu bukan suara April, melainkan siswi gemuk yang duduk di sebelah April.

Tempat duduk Elang memang berada di barisan paling belakang dekat pintu keluar, sedangkan tempat duduk April berada di barisan paling belakang dekat dengan jendela. Jadi jarak antara tempat duduk Elang dan April adalah empat meja, sehingga ketika Elang melempar pesawat kertas tadi ada beberapa yang nyasar dan diantaranya mengenai teman sebangku April.

"Oke, sorry."

Elang menghentikan aksi melempar pesawat kertas, akan tetapi kedua netranya masih terus memperhatikan April.

Merasa ada yang aneh, Elang beranjak, berencana menghampiri April untuk mengganggu gadis itu lagi. Namun sayangnya, guru matematika sudah lebih dulu masuk membuat Elang mengurungkan niatnya.

Sementara itu...

"Berapa kali saya bilang saya tidak mau. Saya tetap akan tinggal bersama Ayah. Saya tidak mau tinggal bersama kalian. Titik!"

"Baiklah jika itu keputusan April. Namun jangan salahkan Papa jika nanti Papa menjebloskan Pram ke penjara ya."

Loga hendak menepuk puncak kepala April, namun gadis itu lebih dulu menangkis tangan Loga.

"Apa maksud Anda? Kenapa Ayah saya harus masuk penjara?"

"Papa bisa saja menuntut Pram atas penculikan anak. Kebetulan Papa memiliki kenalan pengacara kondang, yang jelas akan membantu Papa untuk mendapatkan hak asuh kamu. Jika itu terjadi... Papa tidak akan membiarkan kamu menemui Pram lagi. Bila perlu, Papa akan melenyapkan si brengsek itu---

April tidak bisa menahan diri sehingga langsung meninju wajah Loga membuat pria itu terhuyung.

"Jangan mengatai Ayah saya!"

Loga menyeka sudut bibirnya yang berdarah kemudian menyeringai, menatap April dengan wajah dingin membuat gadis itu merinding.

"Ayah?! Siapa yang kau panggil Ayah itu, April? Pram? Dia bukan Ayahmu. Tapi aku! Aku lah Papa kandungmu! Berapa kali harus kujelaskan agar kau mengerti?!"

Di sela guru matematika menjelaskan mengenai kisi-kisi mid semester yang akan diadakan beberapa hari lagi, April malah termenung. Percakapannya dengan Loga kemarin terus terngiang, membuat kepalanya mumet sampai ingin menangis.

"Ini tawaran Papa terakhir. Besok, Papa akan menjemputmu. Menginap di rumah Papa selama seminggu dan jangan menemui Pram. Jika April melanggar... "

Loga kembali menyeringai, kemudian menepuk puncak kepala April. "Papa benar-benar akan membuat Pram membusuk di penjara. Mengerti?"

April memejamkan matanya, hatinya menjadi gelisah sekaligus takut. Perkataan Loga kemarin semakin meyakinkan dirinya jika Papa kandungnya itu bukanlah orang baik. Menurut April, Loga adalah manusia paling menyeramkan yang pernah ia temui.

IrreplaceableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang