"Kita ambil contoh a11, a12, dan a54, seperti pada gambar. a1 menyatakan elemen matriks A pada baris ke-1 kolom ke-1, nilainya adalah 0."
Di saat guru sedang menerangkan, dua penghuni meja paling belakang dekat jendela malah sibuk dengan dunianya sendiri.
Semalam, setelah makan-makan, anggota Akatsuki mengajaknya mampir ke tempat karaoke. Jam 2 dini hari, April baru sampai rumah. Alhasil, di saat jam pelajaran berlangsung, April malah ketiduran di kelas. Untung saja tadi pagi Elang datang ke rumahnya, jika tidak... mungkin hari ini April absen dengan alasan kesiangan.
Sedangkan Elang, pemuda yang tadi pagi dengan semangat menjemput April agar bisa pergi ke sekolah bersama, namun begitu jam pelajaran malah asik membaca novel yang ia pinjam di toko komik dua hari yang lalu.
Merasa di sebelahnya sunyi, Elang menoleh dan seketika pemuda itu geleng-geleng kepala begitu melihat April tidur dengan nyenyaknya sampai ilernya terjun bebas mengenai buku paket.
"Pantesan senyap."
Elang bergumam sambil mengamati wajah April yang benar-benar terlihat damai, mungkin gadis itu sedang bermimpi indah. Seketika sudut bibir pemuda itu menyeringai, sebuah ide terlintas di kepalanya.
"a12 menyatakan elemen matriks A pada baris ke-1 kolom ke-2, nilainya adalah 1."
Elang meraih tangan kanan April, menariknya ke atas dengan gerakan cepat membuat gadis itu terkaget dan membuka mata.
"Ya, April?"
Sontak seisi kelas menatap ke arah April. Kejadiannya begitu cepat, April yang baru saja bangun sempat ngebug dan sontak berdiri ketika ditanya oleh guru matematika tersebut.
"Paragraf pertama." Bisik Elang seraya menyodorkan novelnya yang dalam keadaan terbuka ke meja April.
"Oke, tengkyu." Balas April dengan suara pelan. Lalu dengan polosnya membaca paragraf yang Elang tunjukkan tadi dengan suara lantang.
"Sebenarnya yang ku mau adalah kamu mencintaiku. Aku akan membuktikannya saat kegelapan jatuh. Datanglah ke tempatku. Hanya satu kali kulakukan apa pun yang kau mau. Hormonmu---Eh?"
April merasa ada yang tidak beres apalagi mendapati suasana kelas semakin sunyi. Merasa curiga, gadis itu menutup buku tersebut. Begitu melihat sampul berwarna orange yang tidak asing, kedua mata April langsung membulat.
"Lanjutkan! Tadi sampai mana? Hormonmu?"
Ucapan guru matematika itu mengundang tawa teman sekelasnya.
"Lo!" April menoleh ke sebelahnya, mendapati Elang yang sudah tertawa sambil memegangi perutnya.
"Berdiri di depan kelas sampai pelajaran Ibu berakhir!"
"Aish!"
Dengan perasaan malu, April berjalan keluar kelas. Gadis itu berbalik sebentar untuk melihat ke arah Elang.
"Tunggu pembalasan gue!"
Apa Elang takut? Tentu tidak. Malah ia semakin menantikannya.
▪🌻🌻🌻▪
Begitu pelajaran matematika berakhir, Elang bergegas keluar kelas. Namun, dia tidak mendapati April di sana.
Elang baru ingat, ini adalah Hari Senin. Tandanya jatah piket April untuk berjaga di UKS.
"Airlangga."
Langkah Elang terhenti ketika guru matematika memanggilnya.
"Tadi spidolnya nggak sengaja kebawa. Ini, Ibu titipin ke kamu ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Irreplaceable
Jugendliteratur🌻Ini kisahnya April dan Elang🌻 Cinta, keluarga, pengorbanan, kesetiaan, dan penantian~