Stok bahan makanan sudah kosong, jadi hari ini Pram memutuskan pergi ke supermarket untuk belanja bulanan. Biasanya Pram selalu pergi bersama April, tapi karena putrinya sedang belajar kelompok, akhirnya Pram pergi berbelanja sendiri.
Jika dibandingkan dengan hari lainnya, suasana supermarket di Hari Minggu memang lebih ramai. Terbukti dengan antrian yang begitu panjang ketika hendak membayar, membuat Pram merasa jengah, bahkan kakinya sudah kesemutan.
"Mohon maaf sebelumnya, Kakak... saat ini kami tidak bisa menerima pembayaran non-tunai dikarenakan mesin EDC kami sedang bermasalah. Jadi, untuk saat ini kami hanya bisa menerima pembayaran dengan uang tunai."
Mendengar penjelasan Mbak Kasir Pram merasa beruntung karena tadi sempat menarik uang lebih dulu. Jadi drama putar balik mengambil uang dan berakhir mengulang mengantri di barisan belakang tidak terjadi.
"Kalau saya titip belanjaan di sini dulu, sementara saya mengambil uangnya, boleh?"
"Maaf, tidak bisa Kakak. Karena itu akan mengganggu pelanggan yang lain."
Melihat wanita di depannya yang nampak kebingungan membuat Pram menghembuskan napas pelan. Tak ingin semakin memperlama durasi, akhirnya Pram berjalan maju ke hadapan kasir.
"Maaf menyela, jika boleh pindai belanjaan saya, lalu masukan tagihan Mbaknya sekalian bersamaan dengan belanjaan saya."
Perkataan Pram membuat wanita itu menoleh dan sedikit terkejut ketika mengenal siapa orang yang sudah menolong membayar belanjaannya itu.
"Pak Pramuda?"
"Eh?" Awalnya Pram kaget karena wanita itu mengetahui namanya. Namun begitu sadar, Pram langsung berseru. "Ah, Gurunya April? Bu Prita, kan?"
Entah mengapa ketika pria itu menyebut namanya, Bu Prita mendadak berdebar. Apalagi melihat ekspresi Pramuda yang begitu ceria.
"Ah, i-iya benar."
Lalu keduanya berjalan bersama melewati pintu keluar.
"Terimakasih karena sudah membantu saya, Pak Pramuda." Lalu mengulurkan ponselnya ke arah Pram. "Silakan Pak Pramuda tulis nomor rekeningnya, nanti biar saya transfer."
"Tidak perlu, Bu Prita. Anggap saja permintaan maaf dari saya karena April selalu mengganggu Anda."
"Eh?"
Wanita cantik itu terkesiap.
"Bu Prita tidak perlu menganggap serius ucapan April. Bocah itu memang suka usil, jadi abaikan saja. Hehe"
Entah mengapa mendengar penjelasan Pramuda membuat Bu Prita sedikit kecewa. Abaikan saja?
"Sekali lagi saya minta maaf karena April membuat Anda tidak nyaman."
Bu Prita hanya bisa mengangguk.
"Kalau begitu saya duluan. Mari Bu Prita..."
Pram menunduk sopan seraya mengulas senyumnya, lalu pergi lebih dulu, menyisakan Bu Prita yang malah terdiam memandangi punggung Pram yang semakin menjauh.
▪🌻🌻🌻▪
[Syakilla: sebagai Narator]
"Siapa yang tidak kenal dengan putri juragan tanah, sekaligus pemilik kebun teh seluas ratusan hektar, orang terkaya di Batavia? Kulit kuning langsat, rambut panjang hitam sekelam malam, sepasang mata cokelat terang yang sangat indah. Aprilina Nirwana, namanya."
"Intrupsi!"
Tiba-tiba Elang mengangkat tangan membuat Syakilla berdecak sebal.
"Apa?"
"Gue mau protes! Adegan April sama Ajay yang pelukan itu harus di skip!"
"Dari tadi lo diem ya waktu buat naskah. Giliran udah jadi dan mulai latihan lo malah protes?!"
"Ya tadi gue nggak nyimak, setelah gue baca seluruh naskah kok ada adegan gituan."
"Gituan gimana sih maksud lo? Cuma pelukan doang elah! Lagian yang bersangkutan juga nggak pada protes tuh?"
Sontak Elang menoleh ke April dan Jayden yang terlihat sedang berlatih bersama.
[Singkat cerita dalam naskah: April sudah dijodohkan dengan Elang. Namun, April malah mencintai pria lain, yaitu Jayden, pria berdarah Belanda. Mereka berdua saling mencintai, namun tidak mendapat restu dari keluarga April. Intinya, teater ini menceritakan kisah cinta tragis pada masa penjajahan. Wkwk]
"Oi, Habanero! Yang bener aja lo selingkuhin gue?"
"Apa sih?" April yang tadinya sedang berdiskusi dengan Jayden kini menoleh tidak suka.
"Lo tuh calon istri gue. Kenapa lo malah pacaran sama Ajay? Sampai mau kawin lari segala lagi. Dan ini apa coba? Ada adegan pelukannya juga? Inget, kalian tuh bukan muhrim! Aish! Yang bener aja gue jadi sadboy di sini. Ogah gue!"
Dinda menghembuskan napas lelah. "Hadeh, Lang... please kerja samanya. Naskah udah jadi dan menurut gue udah bagus banget. Kita juga udah sepakat loh tadi."
"Yang sepakat kalian. Gue enggak!"
"Dari tadi lo nggak ikut kontribusi, tinggal terima jadi. Protes lagi gue depak lo!"
Syakilla angkat suara, gadis itu sudah murka karena ini sudah hampir petang. Pertanda membuat naskah tidak semudah itu dan membutuhkan waktu bahkan sampai setengah hari karena terlalu banyak revisi. Giliran sudah jadi, Elang malah berulah. Membuat tensi Syakilla naik saja.
"Yaudah depak gue! Depak sekarang!"
"Terus lo maunya gimana? Tuker peran sama Ajay?" Tawar Syakilla mencoba sabar.
"Nggak! Gue nggak mau tukeran." Protes Jayden. "Kapan lagi gue bisa pelukan sama April ye kan?"
Jayden malah menambahi minyak dalam kobaran api.
"Wah, lo beneran ngajak gelud ya, Jay?"
"Kill, mending peran gue dituker sama Dinda aja deh. Lagian menurut gue, Dinda lebih cocok jadi pemeran utamanya."
Usulan April membuat Syakilla berpikir sebentar, lalu menoleh ke Dinda.
"Gimana, Din? Lo mau tukeran peran sama April?"
"Ehmmm... yaudah deh."
"Oke, kalau gitu... Dinda jadi pemeran utama ceweknya. April sebagai adeknya Dinda. Terus, Elang yang jadi pemeran utama---
"Nggak! Nggak jadi. Ajay tetep jadi pemeran utama cowoknya."
Perkataan Elang mengundang pelototan mata dari keempat temannya.
.
3-11-2024

KAMU SEDANG MEMBACA
Irreplaceable
Romance🌻Ini kisahnya April dan Elang🌻 Menceritakan tentang arti cinta, keluarga, pengorbanan, kesetiaan, dan penantian~ [Sebenarnya ini Book lama, cerita pertama yang saya tulis (tahun 2017). Tapi ceritanya sempet hiatus, lalu saya unpub, saya revisi, te...