🌻5

49 8 0
                                    

Latihan berjalan lancar, sampai tak terasa hari sudah gelap. Mereka berempat memutuskan pulang, setelah menghabiskan camilan yang Syakilla suguhkan.

"Yok, Pril gue anter!"

"Apaan? April balik sama gue!"

Elang langsung bersuara ketika Jayden menawari April untuk pulang bersama.

"Lah, rumah lo kan berlawanan arah, Lang. Udah gitu jauh pula. Biar barengan sama gue aja, rumah kita searah. Ya kan, Pril?"

"Ke sini sama gue, pulang juga harus sama gue. Ntar kalau Ayah lo nanyain kenapa gue nggak nganterin lo gimana? Bisa jatuh martabat gue di depan Ayah mertua."

"Widih... Ayah mertua nggak tuh?" Ledek Jayden.

"Buruan, Pril!"

Elang menyuruh April untuk bergegas naik ke motornya.

"Duluan aja. Gue mau nemenin Dinda nunggu jemputan."

"Apaan? Ajay kan ada. Suruh aja Ajay buat nganterin Dinda."

"Eh nggak papa, kalian duluan aja. Lo juga, Pril. Sopir gue udah deket kok." Kata Dinda yang sedari tadi memegangi ponselnya.

"Yaudah, biar gue tungguin sampe sopir lo nyampe."

"Ih nggak papa April. Bentar lagi juga sampe. Lo duluan aja."

"Tapi---

Perkataan April terpotong ketika Elang mengangkat tubuhnya dan mendudukkannya di jok motor.

"Lo tuh apa-apaan sih?!"

"Lo nggak peka apa gimana? Mereka berdua tuh lagi dalam rangka pdkt biar dapet chemistry. Itu aja nggak ngerti." Bisik Elang ke telinga April membuat gadis itu terbelalak, sempat ngebug.

Dan hal itu dijadikan Elang untuk bergegas melajukan motornya, meninggalkan pekarangan rumah Syakilla.

"Pegangan!"

"Ogah!"

Dibalik helm fullfacenya, Elang tersenyum jahil, dan detik berikutnya pemuda itu menancap gasnya.

April terhuyung ke depan, kepalanya sampai nubruk punggung Elang dan kedua tangannya sontak melingkar di perut pemuda itu.

"ELANG BABIK! NGGAK USAH MODUS YA, NYET!"

Elang malah terbahak mendengar makian April serta geplakan bertubi-tubi di punggungnya.

▪🌻🌻🌻▪

"Makasihnya mana?"

"Mksh."

Elang terkekeh melihat wajah judes April. Rasanya bahagia banget setiap berhasil membuat gadis itu marah.

"Dari mana aja? Jam segini kok baru pulang?"

Sontak keduanya terlonjak lalu menoleh ke sumber suara, mendapati Pram yang menyembulkan kepalanya di atas pembatas pagar dengan wajah yang datar.

"Kan tadi udah pamit kerja kelompok di rumah Syakilla, Yah."

"Kerja kelompok sampai 10 jam?"

"Tadi banyak kendala jadi tugasnya baru kelar, Yah."

April menekan setiap katanya seraya memandang Elang membuat pemuda itu nyengir kecil. Tahu betul kalau gadis itu sedang menyindir dirinya.

"Iya, Om. Kita nggak mampir-mampir kok, begitu tugas kelar, kita langsung pulang."

April manggut-manggut, membenarkan ucapan Elang. "Kalau nggak percaya Ayah tanya aja Syakilla."

"Ayah percaya kok. Sengaja aja biar ada percakapan. Yaudah, buruan masuk!"

April melangkah masuk, sedangkan Elang menghampiri Pramuda.

"Elang balik dulu, Om." Elang mau salim ke Pram, tapi...

"Udah makan?"

Elang ngebug sebentar, lalu menggeleng pelan.

"Kalau gitu masuk dulu! Ikut kita makan malam. Skuy!"

Pram merangkul Elang, menggiringnya masuk ke rumah.

"Lah, kok lo masih di sini?"

April yang baru kelar mandi, sudah mengganti pakaiannya dengan kaos oversize dan kolor sedengkul dibuat terkejut melihat Elang duduk di meja makan bersama Ayahnya.

"Buruan duduk, Pril. Dari tadi kita nungguin kamu tau."

April mengambil duduk di kursi sebelah Ayahnya, namun tatapannya masih tertuju pada Elang. Seakan mengatakan... Ngapain lo masih di sini? Numpang makan segala lagi.

Elang cuma nyengir membuat April ingin sekali menendang pemuda itu.

"Kamu doyan kangkung nggak, Lang?" Tanya Pram sebelum mengambil tumis kangkung, kemudian meletakannya di atas piring Elang setelah mendapat anggukan dari pemuda itu.

"Punya alergi udang?"

Sontak Elang membelalak. "Bagaimana Om tau?"

Pram mengulas senyum bangga, padahal tadi ia hanya bertanya. Siapa sangka mendapati ekspresi Elang yang seterkejut itu, seakan menganggapnya bisa membaca pikiran.

"Tapi bisa makan ayam, kan?"

"Wah, Om bener-bener cenayang atau apa?"

"Tch! Dasar penjilat." Gumam April tak suka. Elang mah bodo amat.

"Sebelum makan, mari berdoa menurut kepercayaan masing-masing."

Mereka bertiga kompak berdoa.

"Berdoa selesai. Selamat makan anak-anak, kalau kurang ambil sendiri. Jangan manja!"

Pertama kalinya dalam hidup Elang, tidak sendiri menyantap makan malam di meja makan seperti ini.

"Gimana, Lang? Enak nggak masakan Om? Nggak kalah kan sama chef bintang lima?"

"Ya jelas enak lah. Chef Pramuda gituuu~"

"Ayah nanya Elang, bukan kamu, Pril."

"Tch!"

Sebenarnya Elang merasa asing, sedikit tidak percaya saat ini ia tengah makan malam bersama April dan Ayahnya dalam satu meja makan yang sama. Sensasi yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Namun, Elang juga tak bisa memungkiri jika saat ini dirinya merasa sangat bahagia dengan suasana hangat seperti ini.

"Jadi begini, rasanya makan malam bareng keluarga?"


IrreplaceableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang