"Bisa berhenti membahas putri hayalanmu?"
Seorang pria tampak frustasi menghadapi istrinya yang menurutnya kembali tidak waras. Sepulang dari acara perayaan kelahiran bayi rekan bisnisnya, tiba-tiba istrinya kembali membahas soal anak perempuan yang pernah mereka miliki.
"Dengar, Lian... kita hanya memiliki satu putra. Alaric!"
"Tidak, Loga. Kita juga memiliki satu putri. Di mana dia sekarang?"
Loga memijit pelipisnya, kepalanya berdenyut pusing dengan tingkah istrinya.
Dua belas tahun yang lalu, Lian mengalami kecelakaan. Wanita itu koma selama satu tahun, begitu sadar malah kehilangan ingatannya.
Awalnya tidak ada yang aneh dengan kondisi istrinya itu. Semua terlihat baik-baik saja. Akan tetapi setahun belakangan ini istrinya suka tiba-tiba menangis dan sering membahas soal anak perempuan.
"Loga, aku mohon... cari dia! Dia pasti ada di suatu tempat."
"Aku rasa kita harus pergi ke psikiater, Lian."
"Sudah berapa kali aku bilang, aku tidak gila. Aku tidak gila!"
Begitu membahas psikiater, istrinya itu malah pergi, mengurung diri di dalam kamar.
"Mungkin sebentar lagi aku yang akan gila." Loga mengusap wajahnya frustasi.
Merasa ponselnya bergetar, Loga mengeceknya. Ada panggilan masuk dari kantor yang memberitahu jika ada masalah yang mengharuskan dirinya datang sekarang juga.
Dalam kondisi lelah, ditambah masalah istri juga perusahaannya, membuat Loga stress sampai kepalanya kini berdenyut pusing.
Begitu berhenti di lampu merah, Loga merasakan nyeri di sekitar dada kirinya. Lama-kelamaan, nyeri itu menjadi sesak sehingga ia kesulitan bernapas, dan tak lama setelah itu ia hilang kesadaran.
Tadi Loga belum sempat mengangkat rem tangan, mengakibatkan kendaraan itu bergerak maju menerobos lampu merah.
▪🌻🌻🌻▪
"Tadi lo tuh keren banget anjay!"
"Emang pernah gue nggak keren?"
Bukan April namanya jika merendah. Begitu dipuji, dia akan langsung naik roket.
"Tch!"
Elang menurunkan tangannya yang tadi mengacungkan jempol.
"Bentar! Tangan lo kenapa, Nyet?!"
Jantung Elang seakan turun ke lambung ketika April menarik tangannya mendekat sehingga wajah mereka kini berdekatan.
Anjay, Elang salting brutal.
"Ah, itu... paling tadi kegores dikit."
"Darahnya ampe luber begitu lo bilang dikit? Emang babik lo! Ikut gue!"
Meski sedang dimaki, Elang malah cengar-cengir kayak odgj. Apalagi ketika April menarik tangannya menuju ruang UGD, semakin kesenengan dia.
Elang meringis saat perawat membersihkan lukanya dengan antiseptik.
"Tahan!"
April melototi Elang yang berada di sampingnya, menyuruh pemuda itu untuk berhenti merengek.
Seketika Elang memasang wajah memelas.
"Emang sakit banget?"
Elang mengangguk lucu.
"Rasain! Haha."
Elang langsung pasang wajah datar, berharap April menenangkannya dengan memberi pelukan nyatanya tidak berhasil. Dia lupa kalau gadis di sampingnya ini adalah April. Bukannya di kasih pelukan, malah diketawain. Masih bersyukur tidak mendapat tendangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Irreplaceable
Teen Fiction🌻Ini kisahnya April dan Elang🌻 Cinta, keluarga, pengorbanan, kesetiaan, dan penantian~