Jeonghan dan Minghao berada tepat di hadapan Jisoo. Duduk, namun mata keduanya penuh intimidasi. Sebenarnya tidak. Hanya saja, Jisoo yang merasa demikian. Ia sungguh tak berpikir kalau rencana ini akan menyebar luas. Jisoo kira hanya sampai ke tangan tiga sekawan itu. Wonwoo, Jihoon dan Seungkwan. Tidak akan pernah tersebar. Tapi, siapa yang menyebarluaskan berita ini? Seokmin sudah pasti tidak mungkin melakukannya. Bahkan lelaki itu sempat berontak saat Jisoo mulai menyusun rencana demikian. Tersangka bergeser ke antara Wonwoo, Jihoon, atau Seungkwan. Atau mungkin lagi, malah mereka bertiga yang melakukannya.
Jisoo menelan ludah. Apa yang harus ia katakan sekarang? Bicara apa adanya dan menjelaskan semua rencananya dengan Seokmin? Tidak, itu tidak mungkin dilakukan. Bercerita sedikit saja, maka akan secara otomatis Jisoo kembali mempuanyai kewajiban untuk menjelaskan rencana apa yang telah disusun oleh Wonwoo dan kawan-kawannya. Jika Jeonghan sampai tahu, bisa-bisa perang dunia keempat segera terjadi.
"Kamu dan Seokmin sudah resmi berpacaran?" tanya Minghao lagi. Gadis itu memberikan Jisoo tatapan lugu. Penuh tanda tanya di atas kepalanya. Meskipun begitu, bagi Jisoo tetap saja mengerikan. "Apa gosip itu benar? Kamu juga menyukai Seokmin? Karena itu kamu selalu merespon acara pendekatan Seokmin? Marah padanya karena sempat mengubah penampilan secara mendadak?"
Jisoo menggeleng ragu. Sedikit menggigit bibir bawah, berucap. Mengatakan "tidak" tanpa mengeluarkan suara. Jisoo menjerit namun hanya bisa melakukannya di dalam hati. Minta bantuan pada Seokmin. Memanggil nama Lee Seokmin dengan cara berteriak lantang, berusaha mengirim sinyal alam.
Nampaknya, sinyal-sinyal permintaan tolong Jisoo telah berhasil terkirim dengan baik dan segera ditangkap oleh Seokmin dengan tak kalah baiknya. Karena setelah itu, Jisoo menerima panggilan telepon dari lelaki Lee itu. Bukannya menjernihkan suasana, hati Jisoo semakin berkabut. Masalahnya semakin pelik. Dengan tegas Jeonghan meminta Jisoo agar segera menerima panggilan telepon itu, namun harus di-speaker.
"Jisoo, kamu tidak apa-apa?" tanya Seokmin, begitu Jisoo menerima panggilannya. Nada penuh kekhawatiran terselip begitu jelas di sana. Hati Jisoo jadi sedikit lebih tenang.
"Sekarang aku bersama Jeonghan dan Minghao," ujar Jisoo. Ini cara satu-satunya agar Seokmin tak banyak bicara mengenai rencana mereka. Skenario harus tetap berjalan. Ini masih bagian awal. Jangan gagal di awal berperang seperti sekarang. "Seokmin, aku tidak menyangka kalau kedatanganmu ke apartemenku kemarin malah terlihat oleh mahasiswa lain. Sampai menimbulkan fitnah pula."
Seokmin mengerti dengan arah pembicaraan Jisoo. Seolah aktor profesional, Seokmin segera memainkan peran. "Ya... Aku minta maaf. Aku juga tidak sadar sama sekali kalau ada orang lain yang melihat. Padahal aku datang hanya untuk mengantarkanmu makanan. Maaf... Aku akan menjelaskan semuanya pada mereka."
Namun ternyata, Jisoo malah menggeleng kuat. Seokmin memang tidak tahu dengan jawaban Jisoo. Akan tetapi, Jeonghan dan Minghao melihatnya. Itu sudah lebih dari cukup. "Tidak perlu, biarkan saja. Ocehan mereka tidak penting. Semakin banyak bicara, semakin memperburuk keadaan. Mereka tidak akan pernah mau percaya."
"Tapi..."
"Sudah, Seokmin," sela Jisoo. Dilihatnya Jeonghan dan Minghao pun hendak mengajukan protes atas keputusan Jisoo. Namun ia tetap bersikukuh. Menyelesaikan semua masalah hanya berdua dengan Seokmin. Semakin sedikit orang yang terlibat, akan semakin baik. "Apa pun yang ditanyakan mereka, cukup diam saja. Jangan bicara apa-apa. Biarkan gosip itu menguap dengan sendirinya. Sudah, ya... Aku lelah. Besok ada kelas pagi. Selamat malam, Seokmin."
Telepon dimatikan. Seokmin membeku. Sedikit terkejut dengan nada bicara gadis itu. Nampak tenang, namun amat jelas nada kepasrahan di sana. Membuat Seokmin sangat menyesal sudah menyeret gadis itu dalam permainan aneh ini. Harusnya sejak awal ia tak pernah melibatkan Jisoo. Bahkan terkesan jauh lebih baik kalau ia dan Jisoo tidak pernah saling berinteraksi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fùzá (✓)
Fanfiction[SEOKSOO GS Fanfiction] Perpaduan antara sahabat dan cinta itu memang sering kali membuat mual. Namun terkadang, juga memperkuat ikatan hingga tak mungkin ada lagi yang mampu melepaskannya. Permusuhan antar wanita, secret admirer, persahabatan, hing...