Epilog

1.2K 159 174
                                    

"Kalian yang memberi tahu Wonwoo?" tanya Mingyu, dengan sorot mata yang tajam. Gemuruh di dadanya tidak dapat dikendalikan lagi. Takut Wonwoo benar-benar pergi meninggalkannya. Mengembuskan napas dengan kasar, Mingyu membuang muka. Sudah kehabisan akal bagaimana caranya memperbaiki keadaan.

Melihat Mingyu yang hendak mengamuk, Seungcheol menarik Seokmin ke belakang. Mengambil alih posisi. "Kamu benar-benar mencintai Wonwoo?"

"Kenapa masih bertanya?" tanya Mingyu lagi dengan nada tidak terima. Penuh tekanan di sana-sini. Frustrasi. Berteriak. Dengan kepala yang menunduk, Mingyu melihat lagi beberapa foto bertebaran di lantai. Meski tidak mendekat, Mingyu dapat melihatnya dengan cukup jelas. Membuat laki-laki Kim itu terkekeh, entah kenapa.

"Jika kamu mencintainya, kenapa malah selingkuh?" tanya Seungcheol lagi.

Mingyu tidak memberi respon sejenak. Matanya masih fokus pada foto-foto itu. "Siapa yang mengambil semua foto ini? Kamu?"

"Ya, aku pelakunya."

"Kita sama! Jangan sok jadi pahlawan!"

"Kita berbeda, bodoh! Aku tidak pernah sekali pun memacari mereka semua dalam satu waktu!" teriak Seungcheol, tidak terima. "Patuhi ucapan Wonwoo. Jangan pernah datangi dia lagi, sebelum kamu benar-benar menyadari semua kesalahanmu!"

"Tidak bisa seperti itu! Wonwoo milikku dan selamanya akan terus begitu!"

"Wonwoo berhak merasa bahagia," tanpa disangka Seokmin berani mengeluarkan suaranya. Meski jauh lebih pelan jika dibandingkan Mingyu dan Seungcheol yang sedari tadi berteriak, keduanya bisa mendengar dengan jelas argumen itu. Seokmin melangkah satu kali. Berdiri tepat di samping Seungcheol. "Wonwoo mengorbankan banyak hal untuk mempertahankan hubungan kalian, termasuk persahabatannya. Tidak heran jika dia sangat kecewa begitu tahu bahwa selama ini dia telah dikhianati. Sekarang biarkan dia mencari kebahagiaan sendiri."

Mingyu menggeleng pelan. Tidak terima. Berujar dengan tidak kalah pelan, seakan ada orang yang sedang mencekik lehernya. "Wonwoo milikku. Tidak ada yang boleh mendapatkannya selain aku."

"Yakin tidak mau mampir ke apotek dulu? Apa stok obat-obatan di apartemen Jeonghan lengkap?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Yakin tidak mau mampir ke apotek dulu? Apa stok obat-obatan di apartemen Jeonghan lengkap?"

"Tidak usah panik seperti itu, Ge... Aku hanya demam biasa, karena kelelahan. Ditambah jadwal bulananku tinggal beberapa hari lagi," jawab Minghao, sambil terus berkonsentrasi dengan jalanan di depan. Meski masih sedikit pusing, mau tidak mau harus Minghao yang menyetir karena memang Jun tidak bisa. Jun tidak pernah menyetir mobil sebelumnya.

Mendengar panggilan Minghao tadi, Jun sempat terbelalak. "A-apa? Kamu panggil aku apa tadi?" tanyanya, untuk memastikan bahwa pendengarannya tidak salah. Yakin, tentu saja. Terakhir kali ia membersihkan telinga adalah dua hari lalu, saat bertandang ke kamar Seokmin. Meminta pembersih telinga milik sahabatnya itu. Sambil bercerita kalau pendekatannya dengan Minghao berjalan amat lancar akhir-akhir ini.

Fùzá (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang