7. Bukan Lee Seokmin

803 143 150
                                    

Minghao merasa terganggu dengan tingkah beberapa mahasiswa dan siswi di kelasnya. Berdiri mengitari jendela, tanpa memperdulikan siapa saja yang kebetulan duduk di dekat sana dibuat terganggu olehnya. Termasuk Minghao. Jisoo juga. Jeonghan masih aman karena gadis itu duduk dekat dengan jalan. Tidak seperti Minghao yang malah tepat berada di samping jendela tinggi.

Gadis perantauan China itu getir mengangkat bibir atas. Kesal. Ingin memaki. Bukan ingin lagi. Sebenarnya sedari tadi ia sudah mengomel tak jelas. Suaranya pun terdengar cukup lantang padahal. Sayangnya masih kalah nyaring dengan suara bisik-bisik mereka semua.

Tak tahan menahan emosi, Minghao berdiri di atas kursinya. Memukul meja. Mendapat perhatian seluruh penghuni kelas. "Bisa tidak pagi-pagi seperti ini jangan mengganggu ketenangan orang lain?!"

Dengan wajah murka Minghao mengomel. Namun perhatian yang ia dapat hanya sebentar. Setelahnya, mereka semua kembali berbisik, yang sebenarnya tidak pelan sama sekali. Terdengar jelas oleh Jisoo, meski tidak mengerti.

"Minghao," tegur Jisoo, ikut penasaran. Sekalian saja minta dilihatkan karena gadis dengan rambut sebahu itu belum juga turun dari kursinya. "Memangnya ada apa di luar?"

Penuh dengan rasa malas Minghao menengok ke arah luar jendela. Jisoo memperhatikan reaksi gadis itu dari bawah. Dilihatnya Minghao mengangkat alis tinggi-tinggi, tak mengerti. Hanya sebentar, lalu membulatkan mata setelahnya. Heboh. Turun dari kursinya. "Jisoo-ya, orang gila yang terus mengikutimu berada di luar!"

Mendengar ucapan Minghao, seluruh orang yang berada di dalam kelas beralih memperhatikan Jisoo. Membuat gadis itu bingung. Mengerjap beberapa saat. Tak mengerti. Sudah seperti orang bodoh. "Selama ini aku diikuti oleh orang gila?"

Minghao murka. Menarik salah satu earphone yang terpasang di telinga Jeonghan. "Jeonghan-ah! Seokmin berubah drastis!"

"Apa hubungannya denganku?" tanya Jeonghan, tanpa banyak memberi ekspresi.

Masih tak mengerti, Jisoo mengajukan protes dengan lantang. Kesal karena merasa telah diabaikan. "Xu Minghao! Apa yang terjadi di luar? Siapa orang gila itu?"

Berdecak sebal, Minghao menggenggam erat tangan Jisoo. Ditariknya gadis itu agar ikut keluar dari kelas. Melihat secara langsung siapa yang sedari tadi menjadi pusat perhatian seluruh mahasiswa dan siswi di dalam kelasnya.

Seperti terkena sihir, Jisoo mematung begitu mendapati siapa yang semua orang perhatikan sedari tadi. Tak banyak berbuat, hanya mengerjap. Berusaha memproses jalan otaknya. Jisoo tahu meski tidak yakin. Orang gila yang Minghao maksud tadi adalah Lee Seokmin. Pemuda culun yang beberapa hari terakhir ini Jisoo respon dengan baik proses pendekatannya. Tapi, ada yang berbeda. Pakaiannya, gaya rambutnya, bahkan sepatu dan tas. Jisoo memperhatikan pemuda Lee itu dari atas hingga bawah.

"Hei, Jisoo," sapa Seokmin, seraya mendekat. Bukannya menjawab, gadis itu mundur selangkah. Membuat Seokmin mengerutkan keningnya. Jisoo nampak ketakutan. "Kenapa mundur?"

"Siapa kamu?" tanya Jisoo, tanpa mengubah ekspresi. Malah terlihat semakin mengeraskan wajah. Menantang pria yang menurutnya asing itu.

Seokmin tertawa renyah. Sambil menggigit bibir bawahnya, berusaha tampil dengan tampan. Sebelum berangkat kuliah, ia dan Jun menyempatkan diri untuk menonton beberapa drama populer. Meneliti bagaimana pria tampan dalam drama tersebut bertindak. Salah satunya adalah bagaimana cara mereka tertawa. Seokmin yakin, sekarang dirinya terlihat sangat tampan. Anggapan itu terbukti. Banyak mahasiswa dan siswi berkumpul di sekitaran dirinya dan Jun, hanya untuk menyaksikan perubahan drastis yang terjadi.

"Ini aku..." ujar Seokmin lagi, suara dibuat sedikit serak agar terdengar seksi. "Lee Seokmin."

Gadis Hong itu menggeleng kuat. Mundur lagi selangkah. Menabrak Jeonghan yang berdiri tepat di belakangnya. "Lee Seokmin bukan seperti ini."

Fùzá (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang