14. Tidak Tampan, Tapi...

643 143 82
                                    

"Perjanjian tetap perjanjian, bodoh!" amarah Wonwoo memuncak. Sejak tadi ia tak bisa berhenti mengumpati Seokmin dan Jun. Bahkan uang yang berhasil dua lelaki itu pinjam dari Jisoo untuk melunasi semua hutang pun telah berserakan di mana-mana. Layaknya kertas yang tak memiliki harga.

Jun mengepalkan tangan. Omelan Wonwoo sudah cukup. Jun tidak tahan lagi. Kalau saja Wonwoo bukan perempuan, pasti ia telah membalas makian itu sedari tadi. "Perjanjian kemarin, jika kami tidak berhasil mendekati Jeonghan, Jisoo atau Minghao, maka semua uang yang kalian keluarkan saat berusaha mengubah penampilan kami harus diganti, kan? Semua hutang sudah kami lunasi, itu artinya perjanjian sebelumnya sudah resmi dibatalkan!" Jun meneriaki Wonwoo, Jihoon dan Seungkwan dengan sangat lantang.

"Ya! Beraninya kamu!"

Tanpa disangka Mingyu, Soonyoung dan juga Hansol baru saja tiba di sana. Tidak sengaja sedikit mendengar amarah yang baru saja Jun keluarkan. Tentu mereka tidak terima begitu mengetahui bahwa sang kekasih telah dimaki seperti tadi. Membuat Wonwoo tersenyum penuh kemenangan. Bahkan Seungkwan memasang wajah merengut, meminta perlindungan pada Hansol.

Seokmin menelan ludah. Perkelahian antara dua lawan enam bukanlah ide yang bagus. Namun, dilihatnya Jun malah nampak tak getir untuk menghadapi. Seokmin memaklumi. Jun pernah bercerita bahwa ia sempat belajar bela diri saat sekolah menengah pertama, di China. Sebelum merantau ke Korea seperti sekarang. Meski sudah sangat lama, paling tidak Jun sudah memiliki kemampuan dasar. Sedangkan Seokmin, oh, astaga... Soal berkelahi, Seokmin berada di level nol.

"Ada apa ini?" tanya Soonyoung. Berdiri tepat di samping Jihoon. Merangkul.

Enggan menjawab, Jihoon mengangkat bahunya sekali. Bibirnya yang berwarna pink sedari tadi dimajukan. Membuat Soonyoung gemas. Menyentil sedikit, lalu mendapat balasan berlipat ganda. Pukulan bertubi-tubi di perut dan juga bokongnya. Laki-laki Kwon itu mengaduh dengan manja.

"Mereka ingin membatalkan perjanjian!" ujar Wonwoo, membuat laporan. "Aku kesal! Belum ada perkembangan sama sekali tapi mereka malah bertindak sesuka hati seperti ini!"

"Perjanjian? Oh... Mendekati Jisoo?" tanya Hansol. "Aku sudah memprediksi sejak awal. Mereka ini tikus got, mana bisa mendekati gadis populer."

"Tapi selera Jisoo itu sangat rendahan, tahu!" Wonwoo meralat. "Buktinya dia mau menerima Seokmin."

"Jadi gosip yang beredar itu benar?" Soonyoung heboh. Benar-benar tak menyangka jika gosip yang sempat membuat mahasiswa dan siswi di kampus mereka heboh itu adalah nyata. Menggeleng tak percaya. "Gila... Kamu beri pelet apa si Jisoo?"

"S-sebenarnya..." Seokmin tak yakin apakah tindakannya kali ini benar atau salah. Namun yang pasti, ini adalah kesempatan berharga untuk membuat pengakuan. Ia tidak mau lagi membawa nama Jisoo untuk masuk ke dalam permainan Wonwoo dan kawan-kawannya. "Itu tidak benar. Kami tidak berpacaran."

Wonwoo tercengang. Saking terkejutnya, ia segera melepas rangkulan Mingyu dan mendekat pada Seokmin. Ingin memastikan apa yang baru saja ia dengar. "Coba katakan sekali lagi," pintanya.

Jun meringis. Ia yakin setelah ini, habis sudah riwayat hidup mereka berdua.

"Aku mendatangi Jisoo ke apartemennya bukan untuk berkencan atau melakukan hal-hal aneh seperti pengakuan sebelumnya, maaf..." jelas Seokmin. "Aku tidak tega membuat persahabatan mereka rusak, jadi..."

"Bodoh!" sela Wonwoo, lalu memukul Seokmin sekencang-kencangnya. Seperti kesetanan. Menarik rambut Seokmin kuat-kuat. Ia sungguh kecewa. "Beraninya kamu membohongiku!"

Mingyu pun merasa panas dibuatnya. Ditariknya Wonwoo ke belakang, lalu menyiapkan jari-jari panjangnya untuk membalas rasa kesal kekasihnya.

Seokmin sudah sering melewati kejadian seperti ini. Lebih tragis, ada banyak. Tak terhitung jumlahnya. Kehidupan di kalangan anak populer membuatnya mabuk. Bukan berkat ikut minum, namun menjadi tempat pelampiasan mereka. Hidung berdarah bukanlah kejadian langka. Jika dihitung, mungkin sudah belasan kali ia mengalaminya. Rasa sakitnya pun jadi tak begitu terasa. Terbiasa. Seokmin yakin, semakin lama tubuhnya akan semakin terbiasa dengan pukulan.

Fùzá (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang