18. Alasan

650 145 48
                                    

Jeonghan dan Minghao dibuat ternganga saat melihat semua makanan yang sudah Jisoo sediakan sebagai hidangan makan malam mereka. Saling memandang satu sama lain, bertukar kalimat tanya melalui tatapan mata. Sudah lima hari Jisoo tidak bisa ditemui. Setiap kali diajak berkumpul, selalu ada saja alasannya. Namun, sekalinya mendapat kesempatan untuk berkumpul kembali, nampak jelas perubahan yang terjadi pada gadis Hong itu. Makanan yang sudah disediakan oleh Jisoo adalah makanan terlarang. Setidaknya, sebelum tingkah aneh Jisoo muncul, semua makanan itu terlarang. Manis, berlemak, dan porsi yang besar.

Awalnya Jeonghan tidak mau ambil pusing dengan segala perubahan yang Jisoo tunjukkan. Sikap manja yang sedikit terkikis? Tidak masalah... Mungkin sudah waktunya Jisoo berubah sikap menjadi lebih tenang dan nampak sangat bagus karena terkesan dewasa. Wanita pemakan segala, juga sama sekali tidak masalah. Mengingat tubuh Jisoo yang begitu kurus, meningkatkan berat badan hingga beberapa kilo rasanya sungguh wajar. Malah bagus untuk kesehatan.

Tapi, sejak awal Jisoo membukakan pintu untuk mereka berdua dan mempersilakan masuk, Minghao memiliki firasat lain. Ada yang lain dari gadis itu. Sebenarnya ia pun sudah coba membicarakan masalah ini pada Jeonghan saat Jisoo masuk sebentar ke dalam kamarnya, namun si gadis Yoon itu tidak sependapat. Mungkin Jisoo hendak mengubah sedikit perilakunya yang dianggap kurang relevan, ujar Jeonghan.

Minghao turut coba memaklumi untuk sesaat. Akan tetapi, setelah memperhatikan tingkah Jisoo sekali lagi, ia sudah tidak tahan.

"Jisoo, berat badan kamu meningkat berapa kilo?" tanya Minghao, berusaha tetap berperilaku biasa. Tenang. Mengambil cup cake isian keju.

"Lima. Memangnya kenapa?"

Suara tenang sekaligus tegas yang Jisoo keluarkan seperti angin pekuburan. Membuat merinding. Terasa mengerikan. Minghao menyenggol pergelangan tangan Jeonghan. Ia semakin yakin. Ada yang tidak beres dengan Jisoo. Minghao berfirasat buruk. Roh Jisoo sepertinya tertukar saat ikut berkunjung ke makam Neneknya Jeonghan.

"Wah... Bagus sekali. Pantas saja kamu terlihat lebih berisi. Pasti semakin digilai pria," ujar Jeonghan, tidak pandai berbasa-basi. Ia memang terbiasa bicara to the point. Membuat Minghao tepuk jidat.

Menggeleng pelan, Jisoo duduk setelah berhasil menata seluruh makanan. Ia mengambil segelas susu, lalu menaruh perisa makanan di dalamnya. Bubuk stroberi. "Jangan banyak bicara, tinggal makan saja apa susahnya?"

Minghao menelan ludah dengan susah payah. Kekhawatirannya sekarang terbukti. Jisoo yang sekarang duduk di hadapannya, bukanlah Jisoo yang ia kenal selama ini. Tidak kalah terkejutnya, badan lesu Jeonghan menegak seketika dibuatnya. Kalimat yang baru saja Jisoo keluarkan terlalu kasar. Bukan bahasa Jisoo sama sekali.

"Ya! Siapa kamu? Cepat kembalikan Jisoo kami!" Jeonghan tidak terima. Minghao gagal mencegat kemurkaannya. Gadis Yoon ini memang kurang pandai dalam hal mengontrol emosi. Semua sudah terlanjur. Bahkan Jeonghan berteriak. Suaranya melengking marah setelah mendengar ucapan Jisoo. "Hampir satu minggu kamu menghilang, sudah berubah drastis seperti ini. Siapa yang sudah mempengaruhimu? Lee Seokmin?"

Mendengar makian Jeonghan membuat aktivitas Jisoo menyantap banyak hidangan di sana terhenti seketika. Secara hati-hati ia membalas tatapan kedua sahabatnya itu. Bergantian. Diam-diam merasa takut. Akan tetapi, ia merasa ini masih di bagian awal. Terlalu dini untuk menyerah. Mata kecil Jisoo sedikit dilebarkan. Mencegah air mata yang hampir keluar. "Jangan pernah bawa nama Seokmin, aku mohon. Kalian tidak mengerti apa-apa."

"Jangan membohongi kami, Hong Jisoo! Kamu berubah seperti ini karena Seokmin, kan? Sejak awal aku sudah memperingatkanmu agar jangan terlalu menanggapi proses pendekatannya!" Suara lantang, wajah tegas. Jeonghan menekan suaranya saat menyebut nama Seokmin.

Fùzá (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang