16. Terbayar Lunas

714 141 77
                                    

Seokmin bangun pada jam delapan pagi. Ini adalah tidur ternyenyaknya, setelah satu bulan lebih berurusan dengan Jeon Wonwoo. Akhirnya. Meskipun ia sempat babak belur, tidak apa. Yang penting semua urusannya dengan gadis Jeon itu telah selesai. Sekarang ia hanya memiliki satu masalah yang bisa dianggap kecil. Hutang yang berjumlah sangat banyak pada Jisoo. Jumlahnya memang banyak, namun kenapa bisa Seokmin anggap kecil? Karena ia yakin, gadis Hong ini tidak akan memberatkan posisinya. Seokmin akan berusaha keras mencicil semua hutang itu secepat yang ia bisa.

Menoleh ke samping kiri, Seokmin mendapati sahabatnya yang bermarga Wen itu masih tidur nyenyak di sana. Mulutnya sedikit terbuka. Mendengkur halus, dengan mata terpejam rapat tentu saja. Seokmin sedikit mengerang begitu merasakan sakit di rahang kanannya. Ia ingat persis. Di sisi itu, Mingyu memukulnya tanpa ampun dan rasa kasihan.

Jam delapan, tentu saja matahari telah bersinar terang. Apartemen mewah berdesain minimalis itu pun nampak begitu terang, berkat jendela yang sudah terbuka lebar menyambut sang pusat tata surya. Pertanda bahwa Jisoo sempat mendatangi ruang tamu itu lagi untuk membuka semua gordennya. Seokmin tersenyum sejenak meski sakitnya masih terasa. Seorang bidadari mendatanginya pada waktu dini hari. Hanya untuk menanyakan apakah ia sudah merasa baikan atau belum. Seokmin terharu. Selain keluarganya dan juga Jun, baru kali ini Seokmin mendapat perhatian lebih dari seseorang. Seorang gadis pula.

Jika dilihat dari bagaimana apartemen ini tertata, sudah bisa dipastikan bahwa Jisoo adalah karakter gadis yang amat manja. Hal ini ditandai dengan warna putih dan pink yang mendominasinya. Juga terdapat banyak karakter lucu terpapar jelas di beberapa sudut dinding. Seokmin terkekeh. Kenapa ia baru memperhatikan ruangan ini? Padahal tentu saja ini bukanlah kali pertama ia datang berkunjung. Terlalu fokus pada kecantikan Jisoo, tentu saja. Seokmin masih sangat ingat. Saat pertama kali berkunjung kemarin, Seokmin bahkan tak sanggup berkedip, mengagumi betapa sempurnanya sosok gadis bernama Hong Jisoo.

Perlahan coba bangkit, Seokmin meraih pakaian yang dipakainya sewaktu kuliah kemarin. Pakaian yang menjadi saksi bisu pemukulan terhadap dirinya dan juga Jun. Tergeletak begitu saja di atas sofa, tepat samping pakaian Jun yang terlipat rapi. Merasa tak mau kalah, Seokmin duduk di sana. Menata ulang lipatan pakaiannya. Seokmin segera menjamah kamar mandi yang berada di dapur setelahnya.

Kaki panjang Seokmin terhenti sejenak begitu keluar dari kamar mandi. Dapur yang sebelumnya kosong, ternyata telah diisi oleh seorang wanita. Mengenakan kaus berlengan panjang namun tergulung hingga siku. Kaki jenjang kurus yang kemarin sempat membuat Seokmin menggigit bibir kuat-kuat kini telah tertutup oleh celana berbahan kain dan ketat. Untungnya setiap lekukan kaki Jisoo tersamarkan oleh kaus yang dipakai. Tidak jauh berbeda dari sebelumnya, ukuran kaus itu amat besar untuk ukuran tubuh kecil si gadis. Hampir menyentuh lutut. Sepertinya kaus besar dan longgar adalah gaya andalan Jisoo jika sedang bersantai di apartemen.

Seokmin masuk lagi ke kamar mandi. Namun kali ini ia hanya ingin melihat cermin. Memastikan bahwa penampilannya sekarang tidak seburuk saat pertama kali bangun tadi. Rambut dibasahi sedikit, ditata rapi kemudian. Wajah pun telah dibersihkan dengan menggunakan facewash yang ia yakini adalah milik Jisoo. Entah kenapa dibiarkan di kamar mandi luar. Aroma lemon yang begitu segar menyeruak saat Seokmin memakainya.

Setelah membenah diri dan layak muncul ke hadapan gadis impian, Seokmin mendatangi. Berdiri tepat di samping Jisoo yang tengah mengolesi roti bakar dengan selai nanas. Lengan mereka sedikit bertabrakan. Membuat Jisoo termundur, terkejut.

"Astaga..." raungnya. Seperti seekor kucing betina yang mendesis begitu melihat pejantan mendatangi.

"Butuh bantuan?"

Jisoo menggeleng. Mendorong tubuh besar Seokmin ke belakang, lalu menarik salah satu kursi. Mempersilakan duduk. "Tidak perlu, ini hampir selesai."

Fùzá (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang