3. Siksa Satu, Tersiksa Semua

947 150 124
                                    

Selain rambu lalu lintas, hal apa lagi yang dapat menghentikan perjalanan kalian untuk sejenak? Polisi yang sedang melakukan rajia? Ah, tidak... Mana mungkin polisi melakukan rajia di dalam area kampus. Lagipula, mereka sedang tak mengendarai mobil. Tidak mungkin mobil bisa memasuki lorong Fakultas.

Jadi, apa yang sudah terjadi sehingga membuat langkah Jeonghan, Jisoo dan Minghao terhenti begitu saja?

Di salah satu lorong yang memang sudah padat, semakin padat dibuatnya akibat jalanan yang tersendat. Bahkan Jisoo menabrak punggung Jeonghan, tak sadar perempuan di depannya itu telah berhenti melangkah untuk sejenak. Tubuhnya memang lebih pendek dari Jeonghan. Tak bisa melihat kalau sudah berada di belakang seperti ini.

Pinggul Jisoo bergoyang ke kiri. Menyenggol Minghao. Gadis itu baru saja mundur dari posisi berdirinya yang tadi tepat berada di samping Jeonghan. Mendapat respon, Jisoo mengangkat alis kiri, mempertanyakan apa yang telah terjadi tanpa sepengetahuannya. Namun sayang, Minghao hanya menggeleng pelan. Ia pun tidak tahu dengan apa yang terjadi. Atau yang lebih tepatnya, tak mau ambil pusing. Biar Jeonghan yang menyelesaikan.

"Mau apa kamu?" tanya Jeonghan, dengan nada yang tidak santai. Dagu terangkat. Merasa ditantang.

Jisoo semakin penasaran dibuatnya. Menilik sebentar, terdapat guratan di kening Jisoo setelahnya. Ada seorang pria aneh yang telah menghalangi jalan mereka.

"A-aku..."

Pria aneh itu nampak tergagap. Membuat Jisoo tertarik untuk melihatnya secara dekat. Keluar dari persembunyian, Jisoo menghampiri laki-laki itu. Memperhatikan penampilannya dari atas hingga bawah. Kemeja lusuh juga celana kain yang longgar membalut tubuhnya. Kulit sedikit lebih tan dibandingkan mahasiswa lain, namun tidak seeksotis kulit Mingyu. Rambut mangkoknya berantakan, kering, dan memerah akibat sinar matahari. Kacamata tebal bertengger di hidungnya yang menjulang tinggi. Jisoo belum pernah melihat fashion stylist mempublikasikan gaya seperti ini sebelumnya. Apakah ia tertinggal salah satu acara fashion show?

Semakin mendekat, Jisoo membaui. Hidungnya tersingut, seperti kucing yang tengah membaui makanannya sebelum disantap. Wajah Jisoo seketika ditekuk.

"Kamu bau!" pekik Jisoo, sambil menutup hidung rapat-rapat. "Sudah berapa lama tidak mandi?"

"Eh? A-aku mandi sebelum berangkat tadi. Tapi..."

"Tapi?" tanya Jisoo, penasaran.

"Aku tidak memakai sabun atau parfum. Dua-duanya habis," ujarnya lalu menyengir lebar. Cerah. Membuat Jisoo silau.

"Aish! Pantas saja!" Jisoo meraih tas punggung mini kesayangannya. Mengeluarkan sebotol parfum yang kebetulan ia bawa hari ini. Mengomel, sambil menyemprotkan parfum itu ke tubuh pria aneh tadi. "Jangan dekat-dekat kami kalau bau seperti ini!"

Pria itu terpejam. Sedikit menutup mata, khawatir semprotan parfum Jisoo akan masuk ke matanya. Setelahnya ia membungkuk. "Terima kasih, kamu perhatian sekali."

Minghao terbelalak. Spontan tertawa nyaring mendengarnya. "Itu hinaan, bodoh!"

"Jadi apa maumu?" tanya Jeonghan lagi. Pertanyaannya belum juga dijawab. "Sengaja menghalangi jalan kami?"

Ah, hampir saja ia melupakan misi penting. Misi yang diberikan oleh Wonwoo kemarin sore.

Seokmin sempat tidak bisa tidur untuk memikirkan tugasnya hari ini. Bagaimana caranya menyelesaikan tugas Wonwoo, tanpa harus membuat masalah baru pada Jeonghan dan kawan-kawannya. Sempat terbesit untuk membuat perjanjian. Namun, Seokmin menggeleng kuat setelahnya. Solusi itu bahkan jauh lebih buruk. Bagaimana kalau perjanjian itu bocor dan ketahuan oleh Wonwoo? Kalau sampai itu terjadi, maka habislah riwayatnya.

Fùzá (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang