Satu minggu setelah kejadian pengeroyokan Seokmin dan Jun. Jumlah hari yang sama dengan sudah berapa lamanya Seokmin dan Jisoo tak lagi berkomunikasi. Sebenarnya Seokmin sungguh gatal tangan ingin mengambil ponsel genggamnya lalu menghubungi gadis itu. Namun, ia tidak boleh ingkar janji. Janji yang bahkan tanpa kesepakatan oleh kedua belah pihak. Hanya perasaan rapuh Seokmin yang dengan cepat mengambil kesimpulan. Jisoo sudah menutup akses. Tidak ada alasan untuk menelepon.
Jun ikut sedih melihat keadaan sahabatnya. Bersama beberapa tumpuk buku di hadapan beratas nama Hansol dan juga file tugas bernama Mingyu, ia coba tak protes untuk meminta bantuan kali ini. Masalah Seokmin jauh lebih pelik. Tentu. Masalah hati lebih menyayat, dibandingkan tugas kampus.
"Hubungi nomornya, tapi tidak usah mengeluarkan suara. Dengarkan suaranya saja," Jun coba memberi solusi.
Keduanya beradu pandang untuk sejenak. Solusi yang bagus padahal. Setidaknya, cara seperti itu nampak ampuh untuk menghilangkan rasa rindu. Dengarkan suara Jisoo. Namun, hal tersebut memiliki kesan yang terlalu berlebihan. Lebay. Seokmin mengurungkan niat untuk melaksanakan saran Jun. Menyembunyikan wajah di antara lipatan tangan di atas meja. Menghela napas dengan nyaring. Saking nyaringnya, berhasil menarik perhatian beberapa mahasiswa dan siswi lain yang juga tengah berada di dalam Perpustakaan.
Seolah mengerti dengan pikiran Seokmin, Jun membantah. "Sama sekali tidak berlebihan. Kupikir itu setimpal dengan rasa sakitmu sekarang."
"Apa tugas itu masih banyak?" tanya Seokmin, coba mengalihkan perhatian. Laki-laki itu mendekat setelah sebelumnya bersekat satu buah kursi kosong di antara ia dan Jun. Mengambil alih buku milik Hansol yang sama sekali belum terjamah oleh pemuda Wen itu. Ada lima buah soal esai di sana. "Ini cukup untuk mengalihkan pikiran."
Ucapan Seokmin terbilang tepat. Lima belas menit bergulat dengan soal statistik, cukup membuatnya lupa pada gadis bernama Hong Jisoo. Sesekali ia bergumam. Mengomeli Hansol yang dengan seenak hati mengambil jurusan namun tidak sesuai dengan minat dan bakat. Empat tahun kuliahnya akan berakhir percuma. Seokmin yakin itu.
"Yang aku dengar Hansol dipaksa. Karena orangtuanya pebisnis, dia jadi diwajibkan belajar banyak soal bisnis. Diminta meneruskan usaha keluarga," ujar Jun, selagi mematikan laptopnya. Tugas penelitian milik Mingyu telah selesai ia tuntaskan. "Padahal tergolong mudah, kan? Statistik ekonomi lebih ringan dibandingkan dengan jurusan lain."
"Ya... Ini tidak terlalu sulit. Tapi salah jika kamu membandingkan statistik antar jurusan. Tentu cakupannya berbeda," bantah Seokmin.
Jun tertawa. Memukul punggung sahabatnya main-main. Mungkin karena itulah mereka berdua hanya saling memiliki satu sama lain. Topik pembicaraan yang aneh. Tidak menarik sama sekali. Terbukti Seungcheol dan Chan pun nampak tidak betah berteman dengan mereka berdua. Dua anggota basket itu sudah menghilang selama tiga hari tanpa kabar.
"Materi nomor tiga tidak ada di buku ini." Seokmin berdiri dari kursinya. Mendorong sedikit buku tugas milik Hansol ke arah Jun, "kamu kerjakan dulu yang nomor empat atau lima. Aku cari materi nomor tiga di buku lain."
Jun tidak menjawab. Namun, ia mengacungkan jempol sebagai tanda persetujuan. Seokmin sungguh hafal dengan tata letak Perpustakaan. Menjadi rumah ketiga, setelah goshitel dan juga ruang kelas. Tanpa melihat komputer Perpustakaan pun, ia meluncur laju mendatangi salah satu rak.
Kaki Seokmin mendadak melakukan rem. Jika berperan sebagai mobil, berpotensi menimbulkan kecelakaan beruntun. Di rak yang Seokmin tuju, ada Jisoo yang tengah asik memilah buku. Seokmin ingat. Jisoo dan Hansol memang mengambil jurusan yang sama. Pasti gadis itu tengah berusaha mengerjakan tugasnya sendiri. Seokmin segera berbalik arah, sebelum terlihat oleh Jisoo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fùzá (✓)
Fanfiction[SEOKSOO GS Fanfiction] Perpaduan antara sahabat dan cinta itu memang sering kali membuat mual. Namun terkadang, juga memperkuat ikatan hingga tak mungkin ada lagi yang mampu melepaskannya. Permusuhan antar wanita, secret admirer, persahabatan, hing...