10. Skenario Ala Jisoo

727 135 92
                                    

Seokmin tidak bisa tenang selama perjalanan pulang. Pikiran laki-laki Lee itu melayang ke mana-mana akibat ucapan Seungcheol sebelum meninggalkan Seokmin dan Jun hanya berdua di kantin. Ia akan menargetkan tiga orang gadis sekaligus. Jeonghan, Minghao, dan tentu juga Jisoo. Tidak... Itu tidak boleh terjadi. Kalau pun Seokmin gagal mendapatkan Jisoo, Seungcheol tidak boleh menyakiti gadis itu. Jisoo sudah membantu Seokmin banyak. Meski tanpa disadari. Tugas pertama yang diberikan oleh Wonwoo berhasil dijalankan dengan sangat baik, hingga Seokmin terlepas dari siksaan. Itu semua berkat keramahan si gadis Hong. Sekarang Seokmin harus melakukan sesuatu, sebagai tanda balas jasa.

Meraih ponsel genggamnya, sesekali Seokmin melirik ke arah luar jendela. Jalanan sedang lengang. Penumpang bus pun tidak seramai biasanya. Mungkin efek masih jam kerja. Jun juga tidak bisa ikut pulang bersama Seokmin karena mendapat tugas khusus dari Mingyu. Lagi. Namun kali ini sedikit lebih ringan. Tugas dadakan akibat dosen tidak bisa mengisi kelas. Jun bersikeras mengerjakannya seorang diri. Nanti kalau ia sudah kewalahan, berjanji akan menghubungi Seokmin secepatnya.

Selama hampir satu jam berbincang ringan di kantin tadi, sedikit banyak Seungcheol mengajarkan Seokmin dan Jun bagaimana cara menggaet wanita. Salah satunya melalui pesan singkat. Tidak ada salahnya mulai dipraktikkan. Seokmin harus mulai langkah awal sekarang juga dan dengan serius mendekati Jisoo. Tidak boleh kalah dari Seungcheol.

Jisoo, aku merindukanmu...

Bohong jika Seokmin tidak panas dingin saat mengirimkannya. Dengan tangan basah akibat peluh, pemuda berhidung mancung itu kelimpungan begitu sadar bahwa pesannya langsung dibaca setelah beberapa detik terkirim. Namun, satu menit, dua menit, lebih dari tiga menit, belum juga mendapat balasan. Seokmin hampir hilang harapan. Mungkin gadis itu masih marah padanya. Barulah setelah menunggu hampir lima menit, pesannya mendapat balasan. Bukannya senang, Seokmin malah dibuat tercengang akibat balasan yang diterimanya dari Jisoo.

Kamu bukan Lee Seokmin!

Laki-laki berkacamata bulat itu menelan ludah. Pesan berupa teks itu seperti secara otomatis dapat mengeluarkan suara. Voice note. Suara yang sama persis dengan teriakan Jisoo saat pertama kali melihat Seokmin mengubah penampilan. Kalau dipikir-pikir, kejadian penolakan kemarin telah berlalu lima hari lamanya. Setelahnya, selama itu pula ia dan Jisoo tidak pernah bertemu lagi. Wajar jika gadis Hong itu tidak tahu kalau Seokmin sudah kembali ke penampilan asal.

Mengedar pandangan ke sekitar, bus masih sangat sepi. Semua penumpang pun sibuk dengan aktivitas masing-masing. Bahkan ada yang tertidur lelap sambil mendengkur halus. Secara diam-diam Seokmin mengambil selca. Memasang pose wajah penuh keimutan yang luar biasa, berharap Jisoo luluh. Ia harus membuktikan bahwa penampilannya sekarang sudah kembali seperti semula.

Dengan bibir sedikit dimajukan, Seokmin yakin foto itu akan membuat Jisoo gemas. Namun, dugaannya kembali meleset. Jisoo malah mengiriminya balasan yang tidak kalah mencengangkan dari sebelumnya.

Syukurlah. Ini genting, Seokmin. Kita harus membicarakannya secara langsung. Hanya berdua. Datanglah ke apartemenku. Aku akan mengirimkanmu alamat. Kalau mau, katakan saja pada Wonwoo, supaya dia puas. Kita susun skenario berdua. Lebih aman.

Wonwoo? Susun skenario berdua? Mata pemuda berhidung mancung itu membulat sempurna dibuatnya. Seokmin sungguh tidak menyangka kalau Jisoo sudah tahu dengan perjanjian antara ia dan Wonwoo. Pasti karena itulah Jisoo bertingkah baik. Hanya sekadar ingin membantu Seokmin agar dapat menuntaskan tugasnya. Lolos dari siksaan. Seokmin terkulai lesu. Menutup mata sejenak. Belum mulai pendekatan, sudah patah hati terlebih dulu. Patah hati yang kedua kalinya pula. Dugaannya bahwa Jisoo telah membuka hati meleset jauh. Gadis itu hanya terlalu baik.

Fùzá (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang