3. Menghilang dan Mencari

8 0 0
                                    

"Ada tapi tak dianggap.
Hilang lalu dicari.
Mau mu apa?"

===

Author.

Langkah kaki itu melangkah dengan tidak sabaran, ia hanya memikirkan gadis itu saat ini. Gadis yang semalam lalu membuatnya kalang kabut.

"Dit, Jihan ada nggak?"

Cowok yang sedang duduk dikursi panjang depan kelasnya mendongak.

"Ehh, Arvin. Lo lagi nyari Jihan?" Tanya cowok yang bernama Dito itu.

Cowok itu Arvin.

Ia mengangguk.

"Jihan nggak dateng." Jawabnya.

Ia menghela nafas pelan, ada yang aneh pada gadis itu. Ia bukannya khawatir atau kepo, ia hanya takut gadis itu pergi meninggalkannya. Ia masih menyangkal dengan keras tak ada perasaan lebih pada gadis itu, selain perasaan kasihan.

"Thanks, gue duluan."

"Yoi."

Arvin berbalik, ia sendiri bingung mengapa ia tiba-tiba mencari gadis itu. Apalagi mimpinya semalam membuatnya sangat cemas. Mimpi itu adalah mimpi terburuk yang pernah ia bawa hingga kedunia nyata. Dimana mimpi itu Jihan berkata akan pergi jauh hingga ia tak akan merasakan rasa yang biasa Arvin beri.

Arvin sendiri kurang peka soal kata-kata, apalagi ucapan ambigu seorang gadis seperti Jihan. Ia masih belum mengerti. 

Ia mengambil ponselnya, mencoba menghubungi gadis itu lagi. Kali ini jawabannya tetap sama, ia tak bisa dihubungi. Ia merasa tak tenang kali ini. Tak biasanya Jihan berani mengabaikan panggilan telefon cowok itu.

Namun setelah itu ponsel Arvin bergetar menandakan sebuah panggilan masuk, ia dengan bergegas melihat kearah layar pipih itu. Namun setelah itu ia menghela nafas, kali ini dari pacarnya.

"Halo?"

"Vin, kamu bisa ke UKS nggak?" Tanya Clara.

"Kamu kenapa?"

"Ngh ... Aku habis jatoh tadi." Jawabnya pelan.

"Iya, aku ke sana sekarang." Ucapnya lalu mematikan panggilan secara sepihak.

Ia sudah pusing soal Jihan, dan sekarang gadis yang berhasil mengisi hatinya itu sedang dalam keadaan terluka. Ini benar-benar diluar dugaannya, ia kira Jihan tak akan bisa meninggalkan dirinya barang sedetik kemudian namun nyatanya gadis itu hilang tanpa pamit.

Langkah kakinya mengarah ke UKS, saat sampai didalam ruangan serba putih itu ia melihat seorang gadis cantik yang sedang duduk diatas brankar. Lututnya di perban, keningnya di plester. Ia menatap kearah Arvin.

"Kamu kenapa Ra? Kok bisa jatuh sih?"

"Aku tadi jalan nggak liat-liat terus kesandung batu deh." Jelasnya.

"Kamu pulang aja dulu, aku nganter gimana?"

"Kamu kan belajar."

"Kalo itu kamu, aku bakal nggak perduliin semuanya."

Clara tersenyum simpul.

Hal ini yang ia suka dari Arvin, cowok itu selalu menjadikan dirinya prioritas. Ia benar-benar bahagia memiliki cowok itu, apalagi ia yakin cowok itu akan lebih memilih dirinya dibanding Jihan. Cewek yang tiba-tiba dateng ke hubungan mereka, menjadi parasit bagi dirinya dan Arvin.

Arvin membantu gadis itu berjalan, ia membawanya kedalam mobil. Lalu mengantarnya pulang kerumah gadis itu. Sekalian ia ingin pergi ke rumah Jihan, memastikan bahwa gadis itu masih bernafas.

Stay With Me (?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang