"Aku bahagia hari ini,
Walaupun nanti atau
Esok aku kembali sakit."===
Author.
Antariksa. Cowok itu sedang memerhatikan gadis yang beberapa bulan ini berhasil menjadi teman duduknya. Gadis itu baik, polos, dan mudah untuk dibodohi.
Gadis itu Jihan, ia sedang duduk sembari menulis. Tatapan matanya terfokus sepenuhnya pada buku tulis yang ada dihadapannya, sesekali ia diam seperti sedang berfikir. Lalu di detik berikutnya ia membeku, tangannya berhenti menulis saat merasakan usapan lembut sangat lembut di puncak kepalanya. Ini hal yang biasa jika Anta yang melakukannya, namun kali ini disertai ucapan yang bisa menghentikan jantung gadis itu.
"Lo mau jalan bareng gue pulang sekolah nanti nggak?"
Ini memang ucapan biasa, namun bagi Jihan ini luar biasa. Pertama kali dalam hidupnya seorang cowok mengajaknya jalan dengan tulus, tidak seperti Arvin yang selalu memaksa dan pada akhirnya meninggalkan ia sendiri.
Jihan menoleh, menatap Anta yang seperti sedang menunggu jawaban Jihan. Jihan lupa, Arvin pernah menyuruh dirinya berjaga jarak dengan Anta bukan? Dan saat ini Jihan bingung mau mengatakan apa.
"Mmm, gimana yah? Aku takut Arvin marah." Ucap Jihan tak enak.
Selama ini Anta baik padanya, tak pernah sekalipun membuat gadis itu merasa sendiri. Walaupun terkadang Jihan harus tau diri, ia dan Anta beda.
"Kenapa Arvin mau marah?" Tanya Anta.
Anta sendiri berfikir kalau Jihan itu terlalu menurut pada Arvin, terlalu patuh kepada Arvin tanpa sadar menyiksa diri sendiri.
"Dia cuman nggak mau aku terlalu deket sama kamu." Jawab Jihan seadanya.
Ia hanya ingin jujur, kalau bohong ia bisa dalam bahaya. Apalagi kalau ketahuan Arvin, cowok itu akan ngamuk bukan karena cemburu tapi karena ia dekat sama sahabatnya.
"Nanti gue ngomong sama dia." Ucap Anta.
Jihan diam.
"Anta memang baik."
"Jadi lo mau kan?"
Jihan mengangguk.
"Iya."
Anta tersenyum sembari mengacak rambut gadis itu. Ini sudah kebiasaan Anta, membuat gadis itu tak yakin jika nanti ia bisa terus biasa-biasa saja.
"Ngomong-ngomong Han, lo lagi kerjain apa?" Anta melirik penasaran kearah buku yabg yang ada dihadapan Jihan.
Jihan tak menoleh, hanya fokus kepada buju yang ada didepannya.
"Oh...ini tuh tugas Arvin, sengaja aku kerjain sekarang supaya nanti nggak nabrak tugas dia yang lainnya."
Anta kasihan, gadis itu benar-benar perlu perlindungan. Ia hanya percaya pada Arvin walaupun sering disakiti.
"Lo nggak kerepotan emangnya? Kayaknya tuh tugas banyak banget."
"Ini belum seberapa sama tugas-tugas dia yang sebelumnya. Kerepotan sih iya, tapi Arvin gamuk benar-benar buat aku takut."
"Lo setakut itu yah sama Arvin?"
"Arvin ngamuk tuh serem banget, aku kadang takut kalo udah ngamuk didepan ku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me (?)
Teen FictionJika perpisahan adalah hal yang terbaik. Mengapa kita harus bertemu? Mengapa harus hati yang menjadi korbannya? Mengapa harus ada tangis yang menjadi soundtrack ketika kata pisah yang terucap? Semua hal itu masih terngiang jelas di fikiran Jihan Ana...