"Aku sudah memaafkan hal dulu, rasa sakit dulu yang kamu berikan. Mungkin kamu yang tak akan bisa memaafkan aku kelak, jika akhirnya aku harus pergi tanpa pamit."
===
Suara tawa itu mengisi keheningan yabg tercipta akibat memikirkan masalah masing-masing, entah itu berat atau ringan, nyatanya tak mudah dilewati.
"Jadi beneran?"
Cowok yang mengenakan kaos hitam dan celana jeans selutut itu mengangguk kuat. Matanya sesekali menatap gadis manis disampingnya yag mengenakan celana jeans hitam dengan atasan sweater pink bergambar kelinci kecil ditengahnya.
"Iya, gue malu pake banget. Taik banget tuh Pak botak."
Gadis itu tertawa, pasalnya cowok itu bercerita bahwa kemarin ada razia rambut, dan cowok itu lupa mencukur rambutnya.
"Pantesan Nta, kamu sedikit beda gitu." Jawab gadis itu jujur.
Mereka adalah Jihan dan Antariksa. Cowok itu mengajak Jihan malam mingguan diluar, katanya bad mood kalo cuman di rumah main game online sampe pagi. Jadi ia memutuskan jalan-jalan, ke pantai, mall atau kemana saja.
"Jihan, lo emang polos gitu yah?" Tanya Anta.
"Ha? Polos, maksud kamu?"
"Iya, lo nggak tau kalo lo ngomong gitu, buat gue deg-degan."
"Kamu deg-degan?" Itu pertanyaan, namun pernyataan bagi Anta.
"Iya Jihan, jantung gue berdebar nggak karuan kalo lo natap gue kayak gitu."
Jihan terkekeh. "Maaf, lain kali janji deh nggak bakal lagi."
Tak lama tiba-tiba Jihan memegang kepalanya yang terasa sakit, ia berusaha tak berteriak. Rasanya sangat, sangat sakit. Tubuhnya bergetar hebat, Anta yang sedang menatap kearah jalan, langsung memarkirkan mobilnya, ia lalu memeluk tubuh mungil itu.
"Han, lo kenapa? Lupa minum obat lagi?" Tanya Anta panik, pasalnya kalo sudah begini hanya dua kemungkinan Jihan harus minum obat atau dirawat inap dirumah sakit.
Tak ada jawaban Jihan hanya menangis dan sedikit berteriak kecil. Dia menyerah, dia sangat kesakitan. Sumpah rasanya ia ingin bunuh diri saja. Ia fikir semuanya akan baik-baik saja jika tak mengkonsumsi obatnya satu harian, tapi malah semakin memburuk. Beberapa menit kemudia Jihan mulai tenang, ia sudah mulai merasa lega. Anta menegakkan posisinya, amarah tiba-tiba hinggap namun ia berusaha agar di kontrol.
"Lo itu belum minum obat kan?" Tanya Anta.
Jihan menggeleng. "Belum."
"Sejak kapan? Kalo baru tadi, reaksinya nggak bakal langsung kayak gitu, lo jujur sama gue sekarang!" Tegas Anta, ia hanya ingin yang terbaik bagi gadis itu.
"Sejak kemarin Nta." Cicit Jihan ketakutan. Ini yang ia takuti dari Anta, cowok itu menahan amarah, namun jika menahannya sikapnya bakal berubah jadi seperti begini. Tidak mengenakkan sama sekali.
"Yaampun Jihan, gue kan udah bilang lo itu harus rutin minum obat, karena cuman obat itu yang nopang hidup lo selama lo nggak dirawat inap." Jelas Anta. Kali ini ia tak akan membawa gadis itu jalan-jalan, ia akan membawa ke rumah sakit, mumpung sedang kosong jam ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me (?)
Fiksi RemajaJika perpisahan adalah hal yang terbaik. Mengapa kita harus bertemu? Mengapa harus hati yang menjadi korbannya? Mengapa harus ada tangis yang menjadi soundtrack ketika kata pisah yang terucap? Semua hal itu masih terngiang jelas di fikiran Jihan Ana...