20. Keluh Kesah Dan Rahasia

11 0 0
                                    

"Ini saatnya kita bahas apa yang seharusnya kita bicarakan sedari dulu, bukannya tertahan di mulut lalu dibiarkan begitu saja. Semuanya memang tak baik-baik saja, tapi jangan berusaha sembunyi sendirian, ceritakan maka kita selesaikan."

===

"Gue cuman pengen lo bilang Han, apa yang selama ini lo tanggung sendiri ke gue, gue tau lo udah terluka banget karena gue. Jadi cerita, seenggaknya gue bisa mengurangi beban lo."

Jihan memainkan jarinya gugup, lalu menyurup minumannya yang sedari tadi datang. Ia menelan salivanya, sumpah kenapa ia jadi lebih gugup kali ini.

"Aku cuman pengen putus Vin, itu aja. Aku capek, aku lelah, aku putus asa akan cinta ku sendiri. Kamu yang berusaha aku gapai, seakan jauh banget padahal kamu tepat didepan ku." Kali ini Jihan harus bisa menyelesaikan segalanya, segala masalah yang selalu memusingkannya tiap malam.

"Kamu inget pertama kali kita ketemu? Itu awal mula dari banyaknya masalah yang harus bisa aku selesaiin sendirian Vin, dan aku nggak mau semua hal yang udah aku rencanain gagal."

Arvin terdiam. Ia ingat pertama kali ketemu dengan Jihan, bagaimana peristiwa-peristiwa mulai terjadi dan harus melibatkan Jihan, Arvin dan Clara.

Flashback on.

Seorang gadis manis dengan rambut yang diikat satu, wajahnya polos dengan bulu mata yang lentik, hidung mancung, bibir tipis dan kulit kecoklatan. Manis. Nametag terpasang rapi pada baju putih abu-abu miliknya. Jihan Anastasya.

Matanya menjelajahi sekolah barunya, ia baru saja menginjak masa putih abu-abu beberapa hari lalu. Ia masih harus menjalankan hidupnya meskipun sendirian, ini adalah titipan dari kakaknya yang sudah tak ada, sudah pergi bersama orang tuanya beberapa bulan yang lalu. Pergi selamanya.

Buku diary berwarna biru selalu ia genggam dengan erat, ia lelah karena seharian mencari seseorang yang belum pernah ia lihat wajahnya. Ia duduk di kuris panjang, yang dilindung oleh pohon yang rimbun. Tangannya membuka lembar demi lembar buku itu, membaca secara perlahan dan tentunya dengan hati-hati agar ia mudah mengerti.

12 Desember 2015.

Hari ini aku dan Arvin mulai berpacaran, kata dia aku adalah cinta dan pacar pertamanya. Tentunya aku senang, dia tampan dan sangat romantis. Ia baik dan sangat menyukai ku, aku juga sangat menyukainya. Entah sampai kapan hubungan ini akan berlanjut, tapi aku harap tak berhenti sampai kapan pun.

Jingga Senja.

Tulisan indah itu seakan memberi Jihan petunjuk, Arvin pacar kakaknya itu baik, dan pastinya tampan. Ia membaca lembar selanjutnya, buku ini titipan kakaknya sebelum berpamitan pergi kerumah neneknya yang sakit dan sekarat di rumah sakit. Jihan kala itu sedang sibuk mengerjakan tugas, ia memang anak kutu buku sedaru dulu, selalu mengerjakan tugas,tugas dan tugas. Sedangkan kakaknya tergolong santai, dan tak memusingkan segalanya. Entah perasaan Jihan, kakaknya kali ini seakan berpamitan untuk terakhir kalinya. Jihan masih ingat persis.

"Kamu kan udah gede, nggak lama lagi lulus SMP, jaga diri baik-baik dirumah yah. Oh iya satu lagi, kakak cuman mau kasih tau kamu kalo selama ini kakak nulis diary, dan kakak mau nitip diary itu ke kamu. Lanjutin kisah kamu dalam diary itu, kisah tentang seseorang yang  menjadi tokoh utama dalam diary itu." Ujar Jingga sembari mengelus lembut puncak kepala adiknya yang sedang duduk di meja belajar.

Stay With Me (?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang